Skripsi Teknik Pertanian 4

Saturday, March 17, 2012

Merancang Prototipe Reaktor Bio Gas Dengan Pengaturan Temperatur Pada Digester dan Pengaturan pH Sludge


I.  PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
          Setelah terjadinya krisis energi yang mencapai puncak pada dekade 1970, dunia menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi, sebagai salah satu tulang punggung produksi energi terus berkurang. Bahkan beberapa ahli berpendapat, bahwa dengan pola konsumsi seperti sekarang, maka dalam waktu 50 tahun cadangan minyak bumi dunia akan habis (Pinske, 1993 dalam Salim, 2005).
          Sebagai konsekwensi logis, tanpa bahan baku (energi), kehidupan ini tidak ada, oleh sebab itu akan merupakan suatu keharusan bagi setiap orang untuk melakukan usaha penyeimbangan antara  kebutuhan dengan ketersediaan. Usaha-usaha tersebut bisa berupa pencarian dan pemanfaatan sumber bahan lain (pengganti). Pemanfaatan bio gas merupakan salah satu usaha untuk mengurangi kebergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui (Judoamidjojo dkk., 1992).
Berbagai bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil, dan juga bahan bakar tradisional, yaitu kayu. Walaupun masih digunakan, penggunaan kayu bakar terbatas dengan berkurangnya hutan sebagai sumber kayu. Tapi, dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang tinggal di pedesaan, kebutuhan energi rumah tangga masih menjadi persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
          Bahan utama bio gas adalah metan (CH4) yang mencakup 60-70 persen, sedangkan sisanya berupa CO2, H2S dan gas lainnya (Nitrogen, Hidrogen) (Judoamidjojo dkk., 1992). Teknologi  bio gas adalah transformasi dari limbah organik oleh bakteri metanogenik melalui fermentasi anaerobik untuk menghasilkan bio gas, misalnya metan (CH4) (Koottatep dkk.,  tanpa tahun). Secara alami teknik ini terjadi di dalam lambung ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba).

1.2     Permasalahan
          Penelitian yang pernah dilakukan, lebih banyak menggunakan volume digester dan kebutuhan biomassa dalam skala besar yang membutuhkan biaya investasi yang cukup besar pula, namun produksi bio gas yang dihasilkan masih kurang optimal karena kondisi di dalam digester tidak sesuai bagi bakteri metanogenik untuk memproduksi bio gas dalam jumlah besar.  Sebagai contoh pada digester model kubus dengan volume 8,5 m3, kapasitas 80 Kg kotoran sapi pada suhu sludge ± 20oC dan pH 4,5 – 5 menghasilkan gas sebanyak 1,4 m3 per hari (Cooney, 1983).
          Menurut Wilson (1977), satu keluarga dengan empat orang anggota keluarga membutuhkan 2,8 m3 bio gas untuk masak dan penerangan setiap hari. Jadi untuk memenuhi kebutuhan harian satu keluarga, setiap rumah tangga harus memiliki reaktor bio gas dengan volume minimal 17 m3, sedangkan untuk membuat reaktor bio gas dengan volume digester 17 m3 memerlukan biaya investasi sangat besar dan tidak ekonomis apabila diaplikasikan dalam skala rumah tangga.
          Apabila pada digester diberi perlakuan seperti di dalam lambung ruminansia, ada kemungkinan akan meningkatkan produksi bio gas, sehingga dapat diaplikasikan dalam skala rumah tangga dengan kebutuhan bahan baku yang tidak terlalu besar. Selain itu juga diharapkan mampu menekan biaya investasi alat.
          Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka perlu dirancang suatu reaktor yang mampu memproduksi bio gas yang lebih optimal yaitu dengan memberikan perlakuan pada digester seperti pada lambung ruminansia melalui pengaturan temperatur dan pH yang optimal untuk perkembangbiakan bakteri metanogenik di dalam digester.
1.3     Tujuan Penelitian
          Tujuan penelitian ini adalah merancang prototipe reaktor bio gas dengan pengaturan temperatur pada digester dan pengaturan pH sludge agar menghasilkan output bio gas yang optimal dengan volume digester yang tidak terlalu besar sehingga dapat diaplikasikan di tingkat rumah tangga dan industri kecil.
1.4     Manfaat Penelitian
          Dengan dirancangnya prototipe reaktor bio gas ini diupayakan dapat membantu mengatasi krisis energi dan membantu masyarakat melalui aplikasi di tingkat rumah tangga dan industri kecil.
II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Proses Mikrobiologi
          Pada dekomposisi anaerob atas limbah, beberapa organisme anaerobik bekerja bersama untuk mengkonversi bahan organik dalam limbah dan menjadikannya hasil akhir yang stabil. Kelompok mikroorganisme pertama sangat peka pada polimer hidrolyzing organic dan lipid untuk blok bangunan dasar yang terstruktur seperti asam lemak, monosakarida, asam amino dan senyawa-senyawa lain yang terkait.
          Bakteri anaerobik kelompok kedua memfermentasikan produk yang teruraikan oleh kelompok mikroorganisme pertama menjadi asam organik yang lebih sederhana, yang paling sering adalah asam asetat. Kelompok mikroorganisme kedua ini dikenal sebagai mikroorganisme non metanogenik, terdiri atas bakteri anaerobik fakultatif dan obligat yang sering diidentifikasikan di beberapa literatur sebagai acidogen atau pembentuk asam.
          Kelompok mikroorganisme ketiga mengubah hidrogen dan asam asetat yang dibentuk oleh acidogen menjadi gas metan dan karbondioksida. Kelompok bakteri ini yang memerlukan kondisi anaerob maksimal disebut bakteri metanogenik dan teridentifikasi di beberapa literatur sebagai metanogen atau pembentuk metan (Koottatep, dkk., tanpa tahun).
          Sistem untuk menghasilkan metana dengan cara yang paling efisien dan kompleks dalam alam terdapat pada saluran cerna hewan pemamah biak. Sistem yang anaerob ini tidak pernah berhasil direproduksi sepenuhnya di luar tubuh sapi dan dikenal sebagai suatu interaksi yang kompleks antara bakteri, protozoa dan jamur dalam jumlah yang besar. Semua program bioreaktor yang dipelajari secara intensif dan bertujuan untuk menciptakan metanogenesis di bawah kondisi yang terkendali memperlihatkan bahwa keluaran gas yang tinggi memerlukan pemantauan laboratorium yang cermat dan pengendalian variabel lingkungan yang sangat akurat seperti suhu, pH, kadar kelembaban, guncangan dan keseimbangan serta masukan bahan mentah. Sampai saat ini, beberapa aplikasi metanogenesis yang paling praktis telah dilakukan dengan tingkatan teknologi yang sangat rendah (Smith, 1995).
          Pada lambung hewan ruminansia dapat ditemui beberapa jenis bakteri metanogenik, di antaranya adalah methanobacterium ruminantium dan methanobacterium mobilis. Bakteri ini merubah H2 menjadi metana (Arora, 1989).
2.2     Proses Konversi
          Pada hakikatnya energi yang terkandung pada bahan/limbah organik adalah energi matahari yang diikat oleh tanaman melalui proses fotosintesis. Pada proses ini energi matahari dikonversi menjadi energi kimia yang didapatkan dalam bentuk karbohidrat (C6H12O6)n. Pemanfaatan kembali menjadi energi, baik secara langsung maupun tidak langsung pada dasarnya adalah mengambil kembali energi radiasi matahari yang terikat pada biomassa (limbah pertanian dan peternakan). Bila proses pemanfaatan limbah sebagai energi melalui teknologi bio gas maka prosesnya adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + mikroorganisme                 CH4 + CO2
Apabila energi ini dimanfaatkan, maka proses yang terjadi adalah:
CH4 + 2O2                               CO2 + H2O + energi
(Judoamidjojo, dkk., 1992).
2.3     Bio Gas
          Bio gas adalah hasil fermentasi secara anaerobik. Fermentasi anaerobik merupakan proses perombakan suatu bahan menjadi bahan lain dengan bantuan mikroorganisme tertentu dalam keadaan tidak berhubungan langsung dengan udara bebas (anaerob) (Judoamidjojo, dkk., 1992).
          Menurut Koottatep, dkk. (tanpa tahun), bio gas mengandung CH4 (50-70%), CO2 (30-50%) dan beberapa jenis gas lain seperti H2, O2, H2S dan N2. Untuk menjamin  produksi bio gas yang optimal, ketiga kelompok mikroorganisme harus bekerja bersama. Apabila terlalu banyak bio massa, kelompok organisme pertama dan kedua akan memproduksi asam organik dalam jumlah besar pula, hal ini akan menurunkan pH di dalam reaktor dan berpengaruh buruk bagi kelompok mikroorganisme ketiga yang mengakibatkan hanya sedikit gas bahkan tidak ada gas yang dihasilkan. Sebaliknya apabila terlalu sedikit bio massa yang ada, maka tingkat penguraian oleh mikroorganisme sangat rendah dan produksi bio gas akan menurun sangat signifikan. Pada Tabel 2.1 disajikan jumlah bio gas yang bisa dihasilkan dari limbah pertanian dan peternakan.
Tabel 2.1 Jumlah Bio Gas yang dihasilkan oleh Limbah Pertanian dan Peternakan
No.
Bio massa
Produksi gas
(L/Kg-padatan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Babi
Sapi
Ayam
Kuda
Domba
Jerami
Rumput
Kulit Kacang
Enceng Gondok
340-550
90-310
310-620
200-300
90-310
105
280-550
365
375
Sumber: Koottatep, dkk. (tanpa tahun)
          Bio gas mempunyai sifat mudah terbakar, panas pembakarannya berkisar antara 19,7 sampai 23 MJ/m3, energi yang dapat dihasilkan rata-rata setaraf dengan 21,5 MJ atau 563 Btu/ft3, kerapatan relatifnya 80 persen kerapatan udara dan 120 persen kerapatan metan. Titik kritis bio gas ini Agak sulit ditentukan, namun sebagai pendekatan digunakan titik kritis metan yaitu 82oC dan tekanan 45,8 atm. Pada temperatur dan tekanan tersebut metan akan mencair dengan terjadinya penyusutan volume sampai 1/600 kali. Beberapa sifat fisik dan kimia gas metan dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Prescot dan Dunn, 1959).
2.4     Faktor Lingkungan
          Proses fermentasi anaerob dapat berlangsung dengan optimal apabila populasi ketiga kelompok bakteri dalam keadaan seimbang. Bakteri-bakteri ini sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Temperatur adalah salah satu faktor lingkungan yang utama, telah diketahui bahwa temperatur lingkungan ideal untuk fermentasi anaerobik berkisar pada 35oC. Apabila temperatur berada jauh di bawah 35oC, maka aktivitas bakteri akan menurun demikian pula produksi bio gas. Sebaliknya bila temperatur lingkungan berada jauh di atas 35oC maka beberapa jenis bakteri akan mati sehingga produksi bio gas juga akan menurun.
Tabel 2.2 Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Gas Metan
No.
Sifat fisik dan kimia
Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.




8.
9.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Formula
Berat molekul
Titik didih pada 14.696 psia (760 mm)
Titik beku pada 14.696 psia (760 mm)
Tekanan kritis
Suhu kritis
Berat jenis
Cair (pada 262.2 F/-164 C)
Gas (77 F/25 C dan 1 atm)
Volume spesifik pada 60 F (15.5 C) dan    1 atm
Nilai kalori 60 F (15.5 C) dan 1 atm
Udara yang diperlukan untuk pembakaran ft3/ft3
Flamnibility limits
Octane rating
Titik nyala
Reaksi pembakaran
O2/CH4 untuk pembakaran sempurna
CO2/CH yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna
CH
16.042
-258.68 F (-161.49 C)
-296.46 F (-182.48 C)
673 psia (47.363 kg/cm)
-161.5 F (-82.5 C)

0.415
0.000658

23.16 ft3.lb
7012 Btu/ft3 (38130.17 KJ/m)
9.53
5-15 % volume
130
1202 F (650 C)
CH4 + 2O2               CO2 + H2O
3.98 (by weight) 2.0 (by value)

7.4 (by weight) 1.0 (by value)
Sumber: Prescot dan Dunn (1959).
          Pengisolasian, pendauran panas, injeksi uap, pemanasan menggunakan  elemen dsb. dilakukan dengan tujuan mengontrol temperatur di dalam digester. Pengaturan temperatur penting untuk diperhatikan pada saat merancang sebuah digester. Fermentasi anaerobik dapat juga terjadi pada temperatur ruang, namun segala metode yang telah dilakukan untuk menjaga temperatur digester pada kisaran 35oC terbukti dapat meningkatkan produksi bio gas (Gracelon dan Clark, tanpa tahun).
          Proses fermentasi anaerob dapat ditemui pada rumen (lambung) seekor sapi sebagai reaktor bio gas alami. Seekor sapi dengan berat badan 400 Kg memiliki berat rumen sekitar 70 Kg, keadaan di dalam rumen adalah anaerob, memiliki temperatur 39oC dan pH 6 - 7 dapat menghasilkan 2 Kg gas metan per jam (Tillman, 1976).
          Saat paling kritis terjadi ketika digester mulai bekerja. Saat digester diisi sludge, bakteri pembentuk asam segera menghasilkan asam. Populasi bakteri metanogenik mungkin tidak cukup untuk mengubah asam yang dihasilkan bakteri kelompok pertama dan kedua dan menetralkan pH. Apabila pH berada jauh di bawah 6,5, populasi bakteri metanogenik akan mati dan populasi ketiga kelompok bakteri menjadi tidak seimbang, kondisi di dalam digester menjadi asam dan tidak memproduksi bio gas.
          Dalam rangka menumbuhkan bakteri metanogenik pada sludge, dapat dilakukan penambahan alkali untuk memberikan efek buffer. Sebagai contoh, pH dapat ditingkatkan pada kisaran 7,5 dengan menambahkan baking soda (sodium bikarbonat) (Gracelon dan Clark, tanpa tahun).          
2.5     Reaktor Bio Gas
          Bagian utama reaktor bio gas adalah sebuah ruang tertutup, terisolasi dari udara bebas yang dikenal sebagai digester, kondisi di dalam digester adalah anaerob. Ada dua jenis digester. Jenis pertama adalah sistem batch. Pada jenis ini digester diisi campuran biomassa dan air yang dikenal sebagai sludge kemudian digester akan memproduksi bio gas sampai makanan bagi bakteri metanogen habis. Jenis ini banyak digunakan pada digester pada skala laboratorium untuk menyelidiki produksi bio gas dengan berbagai perlakuan.
          Digester jenis kedua menggunakan sistem continuous. Pada jenis ini digester diisi sludge secara teratur. Bio gas dihasilkan terkumpul di permukaan sludge dan menekan sludge sehingga keluar melalui lubang pengeluaran sejumlah volume bio gas yang terkumpul. Selanjutnya digester diisi sludge kembali sebesar volume sludge yang keluar, sehingga volume sludge di dalam digester konstan. Digester jenis ini biasa digunakan untuk skala industri untuk hasil yang berkelanjutan (Gracelon dan Clark, tanpa tahun).
          Bio gas yang dihasilkan selama dekomposisi anaerobik dikumpulkan dalam sebuah penampung gas, selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan, proses pendinginan maupun pemanasan dan untuk kepentingan pertanian lainnya seperti sumber energi untuk mesin pertanian.
          Digester dengan suhu tinggi (30-35OC) akan memproduksi lebih banyak gas dibandingkan suhu yang lebih rendah, namun kebutuhan bahan baku harian semakin besar. Di samping itu siklus fermentasi akan lebih singkat. Tabel 2.3 menunjukkan perkiraan produksi gas per ton bahan baku untuk periode fermentasi dan temperatur yang berbeda.
Tabel 2.3    Jumlah Produksi Gas per Ton Bahan Baku pada Periode Pencernaan dan Temperatur yang Berbeda
No.
Temperatur
(oC)
Produksi gas
(m3/hari)
Periode fermentasi
(bulan)
1.
2.
3.
4.
5.
15
20
25
30
35
0.150
0.300
0.600
1.000
2.000
12
6
3
2
1
Sumber: Koottatep, dkk. (tanpa tahun).
                Beberapa contoh digester dapat dilihat pada Gambar 2.1, pada gambar tersebut diperlihatkan sebuah reaktor bio gas jenis batch dengan tipe kubah (dome) dan penampung bio gas (Koottatep, dkk., tanpa tahun).
(a)
(b)
(a) Reaktor Bio Gas Tipe Kubah; (b) Penampung Bio Gas
Gambar 2.1 Penampung Bio Gas
          Metana sebagai suatu sumber energi mungkin mempunyai nilai ekonomi bila diproduksi dalam skala kecil, sedangkan masa depan produksi metana melalui proses komersial yang berskala besar sangat diragukan. Beberapa argumentasi ekonomi yang menentang produksi metana berskala besar melalui proses mikrobal adalah sebagai berikut.
1.      Metana terdapat dengan jumlah yang berlimpah dalam alam, khususnya di daerah-daerah ladang minyak dan gas alam.
2.      Produksi metana dengan gasifikasi batubara secara komersial lebih menarik.
3.      Produksi metana dengan menggunakan mikroba lebih mahal biayanya dibandingkan produksi gas alam.
4.      Biaya penyimpanan, pengangkutan dan distribusi bahan bakar gas masih belum memberikan keuntungan ekonomi.
5.      Metana tidak dapat digunakan untuk kendaraan bermotor dan perubahan metana dari bentuk gas menjadi bentuk cair merupakan proses yang sukar dilakukan serta mahal biayanya.
III. METODE PENELITIAN

3.1     Tempat dan Waktu Penelitian
          Rancang bangun prototipe reaktor bio gas dilakukan di Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember dan bengkel las Daya Cipta Jember, sedangkan pengujian alat dilakukan di PT. Susu Sehat Alami, Mangli, Jember, dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2006.
3.2     Alat dan Bahan Penelitian
          Alat yang digunakan dalam perancangan prototipe reaktor bio gas adalah gergaji besi, rol meter, penggaris, penggaris siku, timbangan analitis, las listrik, las asitelin, bor listrik tangan, gerinda listrik tangan, kunci pas, kunci ring, tang, obeng, mesin bubut dan gunting.
          Alat yang digunakan dalam uji fungsional dan uji elementer adalah manometer, thermometer digital, pengaduk, timbangan analitis, pH meter digital, ember, bak plastik, kompor minyak, kompor bio gas
          Bahan yang digunakan dalam perancangan prototipe reaktor bio gas adalah drum bekas penyimpan oli, plat besi, besi pejal bulat Ø 0,5 inchi, stop kran, pipa besi Ø 1 inchi, lem silikon, lem besi, lem fox, selang plastik dengan Ø 0,5 inchi, selang plastik Ø 1 inchi, besi siku, thinner dan cat besi.
          Sedangkan bahan yang digunakan dalam uji fungsional dan uji elementer adalah kotoran sapi, sodium bikarbonat (baking soda), minyak tanah dan air.
3.3          Perencanaan Penelitian
1.      Studi literatur
                    Studi literatur berbagai buku dan karya tulis yang mencakup informasi mengenai teknologi bio gas, limbah sapi, gas metan, bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian serta informasi lain yang menunjang.
2.      Penelitian pendahuluan
                    Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui jenis alkali yang dapat menaikkan pH sludge tanpa mematikan bakteri penghasil metan, mengetahui perbedaan produksi bio gas dalam 24 jam dan mempelajari karakteristik bio gas yang dihasilkan.
3.      Perencanaan
                    Tahap ini digunakan untuk menentukan bentuk, ukuran, bahan dan alat yang akan digunakan dalam pembuatan prototipe reaktor bio gas.
4.      Pembangunan
                    Tahap selanjutnya setelah perencanaan adalah pembangunan alat. Dalam hal ini pembangunan alat dilakukan di bengkel las dengan pengawasan agar hasil yang didapat sesuai dengan rancangan yang ada.
5.      Pengujian
          Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Pengujian alat meliputi uji fungsional dan uji elementary/verifikasi dengan menggunakan bahan olah produksi, serta uji ergonomika.
            Pengujian fungsional yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a.       Pengujian kebocoran cairan dilakukan dengan mengisi air dalam digester kemudian diamati dalam beberapa hari.
b.      Menguji kebocoran gas dengan memompa digester yang telah terisi air sampai didapatkan tekanan tertentu, tekanan yang terjadi tidak boleh berubah dalam beberapa hari.
c.       Menguji transfer panas dari boiler ke pipa spiral
            Uji elementer dilakukan untuk mengetahui kemampuan reaktor menghasilkan bio gas dan kemampuan boiler dan pipa spiral menaikkan suhu sludge yang diinginkan. Data yang akan diambil adalah pengaruh variasi derajat keasaman (pH) sludge (6 dan 7) dan temperatur digester (30o dan 40o) terhadap tekanan gas. Waktu pengambilan data 1 kali sehari pada jam yang sama selama 6 hari untuk setiap perlakuan. Variasi derajat keasaman dan temperatur ditunjukkan oleh Tabel 3.1.
          Volume bio gas yang terproduksi sama dengan jumlah sludge yang keluar dari digester, sehingga pengukuran volume bio gas dilakukan dengan menampung sludge yang keluar kemudian dilakukan pengukuran volume sludge tersebut.

Tabel 3.1 Variasi Derajat Keasaman (pH) dan Temperatur
Parameter variasi
Temperatur 30o
(A1)
Temperatur 40o
(A2)
pH 6 (B1)
A1B1
A2B1
pH 7 (B2)
A1B2
A2B2
          Uji Ergonomi mencakup pengujian kenyamanan dan keamanan operator dalam mengoperasikan alat hasil desain dan rancangan. Metode pelaksanaan uji ini dilaksanakan melalui wawancara dengan operator, dalam hal ini operator yang dimaksud adalah mahasiswa yang terlibat dalam pengoperasian alat.
6.      Penilaian kelayakan
                    Apabila setelah pengujian, baik fungsional maupun elementer, ditemukan kekurangan-kekurangan yang berpengaruh pada kinerja reaktor bio gas, maka dapat dilakukan perbaikan sebagai upaya peningkatan kinerja reaktor bio gas pada penelitian selanjutnya.
7.      Analisis biaya
   Analisis biaya yang dilakukan dalam perancangan reaktor bio gas ini meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Menurut Srivastava (1993), biaya tetap mencakup biaya depresiasi atau penyusutan, nilai investasi serta biaya pajak, asuransi dan tempat. Biaya depresiasi atau penyusutan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
                                                                            …(3.1)
di mana:
            D = depresiasi alat pertahun (Rp./tahun),
            P = nilai pembelian awal alat (Rp.),
            S = harga jual alat setelah umur ekonomis habis (Rp.),
            L = umur alat secara ekonomis (tahun).
Nilai akhir suatu alat atau mesin biasanya diperkirakan 10% dari harga pokok (Wagito, 1986).
Nilai investasi dapat dihitung dengan persamaan:
                                                i                                     …(3.2)
di mana:
I  = nilai investasi,
P = nilai pembelian awal,
             i  = suku bunga bank.
Pemeliharaan dan perbaikan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Wagito, 1986).
                                        R & M = 0,00018.PT                                  …(3.3)
di mana:
            P = nilai pembelian awal,
            T = jam kerja per tahun.
         Biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang dikeluarkan pada pengoperasian alat hasil rancangan. Biaya ini disebut juga dengan biaya operasional, dalam hal ini meliputi biaya tenaga kerja dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan dalam proses pembentukan bio gas.
8.      Laporan
            Laporan disusun untuk menjelaskan penelitian yang telah dilaksanakan sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban sebuah karya tulis. Tahapan perencanaan penelitian secara skematis dapat dilihat dalam bagan pada      Gambar 3.1.
3.4     Perancangan alat
3.4.1  Landasan Desain
          Prototipe reaktor bio gas didesain menggunakan sistem continuous dengan mekanisme kerja yang dijabarkan sebagai berikut.
          Digester diisi sludge dengan pH yang telah disesuaikan dengan penambahan sodium bikarbonat sampai penuh melalui inlet tank, gas yang dihasilkan ditandai dengan perubahan tekanan dan diamati melalui manometer,  selanjutnya gas dialirkan ke kompor bio gas untuk memastikan bahwa gas yang terproduksi adalah bio gas.
          Bio gas yang terproduksi dari fermentasi sludge oleh mikroba akan naik dan terakumulasi di permukaan sludge. Akumulasi gas ini akan menekan sludge sehingga keluar dengan sendirinya melalui outlet pit, karena letak outlet pit lebih rendah  daripada inlet tank.



Gambar 3.1 Bagan Tahapan Perancanaan Penelitian
          Selama proses fermentasi, pH dan temperatur di dalam digester harus tetap sesuai dengan kondisi yang diinginkan. pH diatur dengan jalan penambahan sodium bikarbonat pada sludge, sedangkan pengaturan temperatur dilakukan dengan mengalirkan air panas ke dalam digester melalui pipa spiral. Pemakaian pipa spiral bertujuan memperpanjang pipa agar perpindahan panas dari air ke sludge dapat berlangsung dengan lebih optimal.
          Pengisian digester sistem continuous feeding sesuai untuk jenis bahan baku berupa sludge karena sistem pembilasan digester dilakukan dengan mengalirkan sludge dari inlet tank ke outlet pit, digester akan diisi secara berkala untuk mengganti sludge lama tanpa menghentikan proses fermentasi dalam digester.
          Prototipe reaktor bio gas yang akan dirancang harus memiliki spesifikasi kemampuan sebagai berikut.
a.       Dimensi reaktor tidak terlalu besar.
b.      Desain sederhana dengan kebutuhan bahan yang mudah ditemui sehingga dapat diaplikasikan di skala rumah tangga.
c.       Biaya pembangunan murah.
d.      Bahan baku bio massa (kotoran sapi) tidak terlalu besar.
e.       Bio gas yang dihasilkan optimal.
3.4.2  Desain Alat
          Fungsional alat yang dirancang meliputi beberapa hal berikut.
a.   Lubang pemasukan (inlet tank) terbuat dari pelat besi yang berfungsi sebagai celah masuknya sludge yang telah dicampur alkali.
b.   Digester berbentuk tabung terbuat dari baja atau besi dengan kondisi anaerob di dalamnya sebagai media tumbuh bakteri metanogenik yang menfermentasikan sludge dan menghasilkan bio gas.
c.   Boiler berfungsi memanaskan air panas untuk menghangatkan digester sesuai suhu yang diinginkan.
d.   Lubang keluaran limbah (outlet pit) sebagai celah pengeluaran sludge yang  terdesak oleh tekanan gas di dalam digester.
e.   Manometer sebagai pengukur tekanan bio gas yang dihasilkan dari fermentasi sludge di dalam digester.
f.    Thermometer sebagai pengukur suhu sludge di dalam digester.
g.   Pipa spiral mensirkulasikan air panas dari boiler untuk menghangatkan digester sesuai suhu yang diinginkan.
          Fungsional alat yang dirancang disajikan secara skematis pada Gambar 3.2.


3.5     Pembuatan alat
          Sketsa desain prototipe reaktor bio gas dapat dilihat pada Gambar 3.3, gambar desain prototipe reaktor bio gas limbah sapi disajikan selengkapnya pada lampiran 1.
 







Gambar 3.2 Skema Fungsional Alat Yang Dirancang
Gambar 3.3 Sketsa Desain Prototipe Reaktor Bio Gas Limbah Sapi
3.5.1 Inlet tank
          Untuk membuat inlet tank seperti tampak pada Gambar 3.4 dibutuhkan pelat besi berukuran panjang 85 cm dan lebar 90 cm dengan ketebalan 0,5 mm. Penyambungan pelat dilakukan dengan las asitelin.
          Pada bagian dasar inlet tank dibuat berbentuk kurva agar air dapat mengalir dengan lancar tanpa tertinggal di sudut yang dapat mengakibatkan korosi. Setelah mendapatkan bentuk yang diinginkan, selanjutnya inlet tank disambung pada potongan drum yang telah dilubangi dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar 10 cm. Penyambungan dilakukan menggunakan las asitelin.
3.5.2 Digester
          Tabung digester dibuat dari drum bekas penyimpan oli berbentuk tabung dengan dimensi 85cm x 58 cm dan memiliki volume sebesar 0,2 m3. Salah satu permukaan drum dipotong untuk pembuatan inlet tank sedangkan permukaan lain dilubangi sebagai tempat pemasangan outlet pit. Digester harus bebas dari kebocoran dan terlindungi dari udara bebas agar proses fermentasi anaerobik dapat berlangsung dengan optimal.
3.5.3 Outlet Pit
          Outlet pit (Gambar 3.5) dibuat menggunakan pipa besi dengan Ø 3 inchi dan memiliki ketebalan 1 mm. Celah keluaran outlet pit dibuat rata dengan bagian teratas digester agar sludge tidak keluar pada saat memenuhi digester. Selain itu permukaan outlet pit dibuat 10 cm lebih rendah daripada permukaan inlet tank agar sludge mengalir keluar melalui outlet pit pada saat mendapat tekanan dari bio gas yang terakumulasi di dalam digester. Apabila hal ini tidak dilakukan maka kemungkinan sludge akan kembali ke inlet tank saat mendapat tekanan dari bio gas, sehingga sludge baru yang belum menghasilkan bio gas akan terbuang.
Gambar 3.4 Sketsa Desain Inlet Tank
3.5.4  Boiler
          Boiler berfungsi memanaskan air yang akan digunakan untuk menghangatkan sludge di dalam digester. Boiler (Gambar 3.6) terdiri atas dua buah tabung yaitu tabung bagian dalam yang berlubang pada bagian atas dan bawahnya dan berfungsi mengalirkan panas dari pemanas secara vertikal. Dalam hal ini pemanas yang dimaksud adalah kompor minyak yang diletakkan di bawah tabung pertama. Tabung bagian luar yang diberi alas dan berbatasan dengan tabung bagian dalam berfungsi menampung air. Pada bagian atas boiler diberi penutup yang berfungsi memerangkap panas sehingga suhu air bisa dinaikkan. Apabila suhu yang diinginkan telah tercapai maka penutup dibuka sehingga suhu dapat terjaga pada kisaran yang diinginkan.
3.5.5 Pipa Spiral
          Pipa spiral berfungsi untuk mensirkulasikan panas dari air panas ke sludge sampai suhu yang diinginkan. Pipa spiral ini menggunakan bahan pipa besi dengan Ø 0,75 inchi sepanjang 12 m serta digulung spiral dengan ukuran panjang 66 cm dan diameter spiral 35 cm. Jarak/gang antar pipa sebesar 10 cm sehingga jumlah lingkar pipa sebanyak 6 buah. Tujuan pembuatan pipa spiral adalah memperbesar volume air panas yang masuk ke dalam digester sehingga perpindahan panas dari air ke sludge dapat berlangsung lebih optimal.

Gambar 3.5 Sketsa Desain Outlet pit
Gambar 3.6 Sketsa Desain Boiler
3.5.6 Outlet Gas
          Outlet gas dibuat dengan dua percabangan di mana salah satu percabangan disambung menggunakan pipa plastik dan terhubung langsung dengan manometer, sedangkan pada percabangan yang lain dipasang sebuah kran yang berfungsi menahan bio gas di dalam digester sebelum dialirkan untuk pengujian nyala dengan kompor bio gas. Pipa plastik yang terhubung dengan manometer memiliki luas permukaan sebesar 1 cm2 sehingga dapat dengan mudah diketahui bahwa setiap kenaikan 1 cm skala manometer maka tekanan yang terjadi di dalam digester sebesar 1gram/cm2.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1     Hasil Perancangan
          Prototipe reaktor bio gas yang tampak pada Gambar 4.1 ini dirancang untuk memberikan kondisi digester mendekati keadaan di dalam lambung ruminansia dalam segi suhu dan derajat keasaman dengan teknologi sederhana dan murah serta diharapkan mampu memberikan keluaran produksi bio gas yang optimal bagi keperluan rumah tangga dan industri kecil.
Picture 007
Gambar 4.1 Foto Prototipe Reaktor Bio Gas Tampak Depan
          Prototipe yang telah dirancang memiliki beberapa komponen utama yaitu Digester, inlet tank, outlet pit, boiler, pipa spiral dan outlet gas. Inlet tank berfungsi sebagai celah pemasukan sludge. Bagian atas dibuat berukuran lebih lebar daripada bagian bawah untuk mempermudah operator memasukkan sludge ke dalam digester.
          Sludge yang dimasukkan melalui inlet tank (Gambar 4.2a) mengalir ke dalam digester dan selanjutnya terakumulasi sampai digester penuh terisi sludge. Pengisian digester sampai penuh ini dilakukan agar tidak ada udara yang tertinggal di dalam digester, sehingga proses fermentasi anaerob akan berlangsung dengan sempurna.
          Sesaat setelah digester terisi penuh maka proses fermentasi anaerobik segera menghasilkan bio gas yang karena perbedaan berat jenis maka  gas akan naik ke permukaan sludge dan terkumpul di bagian atas digester. Akumulasi gas di bagian atas digester akan menghasilkan tekanan sehingga sludge terdesak keluar melalui outlet pit (Gambar 4.2b).
          Hasil percobaan pendahuluan menunjukkan bahwa gas yang terakumulasi sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) yang terperangkap di dalam sludge sebelum dimasukkan dalam reaktor sehingga gas yang terkumpul tidak memiliki daya bakar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gracelon dan Clark (tanpa tahun), bahwa pada saat pemasukan sludge pertama kali akan segera menghasilkan gas namun sebagian besar adalah CO2 dan amoniak sebagai hasil fermentasi aerobik di luar digester. Oleh karena itu gas harus dikuras dengan membuka keran pengeluaran gas sampai tekanan pada manometer pada skala 0. Langkah ini juga berguna untuk menghilangkan kotoran yang menyumbat outlet gas agar gas dapat dikeluarkan dengan mudah selanjutnya.
          Gas yang dihasilkan terkumpul di dalam digester, sehingga dapat dikatakan digester juga berfungsi sebagai penampung gas sebelum dialirkan untuk pemakaian lebih lanjut. Desain ini menyebabkan siklus produksi menjadi lebih singkat karena semakin besar bio gas yang terproduksi maka volume sludge akan semakin berkurang sehingga bio gas yang terproduksi akan semakin berkurang pula. Selain itu apabila permukaan sludge sejajar dengan lubang inlet maka bio gas akan menerobos keluar melalui lubang inlet tersebut sehingga tekanan gas akan tetap.
          Usaha untuk meningkatkan dan menjaga suhu dilakukan dengan memanaskan air yang ditampung dalam boiler, selanjutnya air panas akan mengalir ke dalam digester melalui pipa spiral (Gambar 4.3) untuk menghangatkan sludge, sedangkan untuk meningkatkan suhu air panas maka panas dari kompor diperangkap dengan menutup bagian atas boiler, kemudian apabila suhu sludge mencapai kisaran yang diinginkan maka penutup boiler dibuka untuk menurunkan suhu air panas.   
          Pengukuran suhu dilakukan dengan membuat celah pemasukan kawat thermocouple yaitu sebuah pipa besi dengan salah satu ujung berada di bagian atas digester sedangkan ujung yang lain berada di dasar digester (Gambar 4.4). Selanjutnya kawat thermocouple dimasukkan melalui pipa ini sehingga didapat suhu sludge di dalam digester tanpa menyebabkan kebocoran gas.
 

inlet         outlet
                                 (a)                                                     (b)
(a) Inlet tank; (b) Outlet pit
Gambar 4.2 Foto Inlet Tank dan Outlet Pit.
                       
Pipa Spiral edit
Gambar 4.3 pipa spiral
          Lubang pengeluaran gas (outlet gas) terdiri atas dua buah lubang yang menyerupai huruf Y (Gambar 4.5). Lubang pertama langsung terhubung dengan manometer sehingga tekanan gas yang terjadi dapat diukur secara berkelanjutan, sedangkan lubang yang lain dipasang kran yang berfungsi menahan gas di dalam digester sebelum dialirkan untuk pemakaian.
          Lubang pengeluaran gas ini harus bebas terhadap hambatan berupa padatan atau cairan yang melekat pada mulut lubang karena dapat menghambat aliran gas menuju manometer maupun pada saat pemakaian gas. Setiap pengurasan gas pertama kali lubang pengeluaran ini harus dibersihkan dengan menghembuskan udara melalui salah satu mulut outlet gas.
        pipa termometer2
                                    (a)                                                                           (b)
             (a) Celah pengukuran suhu (tanda panah); (b) Cara pengukuran suhu
Gambar 4.4 Celah Pengukuran Temperatur Digester dan Cara Pengukuran Temperatur
         
gas outlet
Gambar 4.5 outlet gas
4.2     Uji Fungsional
          Reaktor bio gas pada dasarnya memiliki persyaratan mutlak untuk menunjang fermentasi anaerobik secara optimal. Persyaratan tersebut adalah tidak ada kebocoran cairan dan gas dari dalam digester, harus memiliki ruang yang cukup bagi sludge sebagai bahan baku dan gas yang akan dihasilkan, memungkinkan gas mengalir keluar digester dengan mudah tanpa terkontaminasi dengan gas lain, tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat membunuh bakteri-bakteri penghasil metan.


4.2.1  Kebocoran Cairan
          Untuk menguji kebocoran cairan yang terjadi di dalam digester, operator mengisi digester dengan air sampai penuh, kemudian diamati selama 24 jam. Setiap titik kebocoran diberi tanda yang berguna untuk perbaikan reaktor bio gas.
          Pada saat pengujian diketahui bahwa terjadi kebocoran pada sambungan inlet dan digester serta pada sambungan pipa spiral bagian luar dan dalam. Kebocoran ini diatasi dengan memberikan lem silikon pada setiap sambungan yang mengalami kebocoran. Penggunaan lem silikon ini karena sifatnya yang kuat, lentur serta kedap air. Selain itu lem silikon yang telah mengeras dapat dilepas dengan mudah melalui pemotongan apabila reaktor bio gas akan dibongkar.
          Setelah setiap titik kebocoran yang terjadi diberi lem silikon, ternyata setelah 24 jam volume air dalam digester tidak berubah. Hal ini menandakan tidak terjadi kebocoran cairan dalam digester sehingga pengujian kebocoran dianggap cukup sesuai dengan perancangan dan dapat dilanjutkan dengan pengujian kebocoran gas.
4.2.2  Kebocoran Gas
          Pengujian kebocoran gas dilakukan segera setelah pengujian kebocoran cairan selesai. Digester yang terisi penuh oleh air diberi tekanan melalui outlet gas sehingga air akan tertekan dan menciptakan rongga di dalam digester. Pemberian gas dilanjutkan sampai batas air berada sedikit di atas lubang inlet, kemudian tekanan yang terjadi dicatat dan diamati selama 24 jam.
          Hasil pengamatan setelah 24 jam ternyata tidak terjadi perubahan tekanan udara di dalam digester sehingga pengujian kebocoran gas dinyatakan sesuai dengan perancangan.
4.2.3  Kinerja Boiler dan Pipa Spiral
          Pengujian kinerja boiler dilakukan dengan memanaskan air dalam boiler sekaligus melakukan pemeriksaan apabila terjadi kebocoran pada boiler. Setiap kebocoran yang terjadi harus ditambal sampai boiler benar-benar bebas dari kebocoran air. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap transfer panas dari boiler ke pipa spiral. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur suhu air dalam boiler sampai didapat suhu air maksimal serta mengukur suhu air dalam digester pada saat yang sama. Apabila suhu air dalam digester dapat ditingkatkan maka hasil pengujian dinyatakan sesuai dengan perancangan. Berdasarkan hasil pengujian transfer panas dari boiler ke pipa spiral dapat berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Suhu Air Dalam Boiler dan Suhu Air Dalam Digester
No.
Waktu
(menit)
Suhu air  dalam boiler
(oC)
Suhu air dalam digester
(oC)
1.
0
26,4
26,1
2.
15
73,2
32,3
3.
30
94,8
42,6
4.
45
98,5
47,4
5.
60
98,8
49,6
 (Sumber: data primer)
4.3     Uji Elementer
          Setelah uji fungsional selesai maka dilakukan uji elementer untuk mengetahui kemampuan reaktor bio gas dapat berfungsi sesuai dengan perancangan apabila menggunakan bahan yang sesungguhnya.
          Uji elementer ini terdiri atas pengujian kinerja reaktor dalam menghasilkan bio gas dan pengujian kinerja boiler serta pipa spiral dalam menghangatkan sludge di dalam digester.
4.3.1  Kinerja Digester
          Untuk menguji kinerja digester dalam menghasilkan bio gas digunakan dua unit prototipe reaktor bio gas dengan desain yang sama, selanjutnya dilakukan pengisian sludge untuk masing-masing perlakuan seperti pada Tabel 3.1. Untuk tekanan bio gas dilakukan pengamatan satu hari sekali selama 6 hari setiap pukul 13.00 WIB, sedangkan temperatur sludge dan temperatur ruang diamati 5 jam sehari yaitu pukul 08.00-13.00 WIB selama 6 hari.
          Sebelum dimasukkan ke dalam reaktor, kotoran sapi diencerkan dengan perbandingan volume kotoran sapi dan air 2 : 1, kemudian dilakukan pengadukan hingga tersuspensi merata. Hal ini dilakukan agar sludge dapat mengalir secara sempurna di dalam digester serta memudahkan bio gas yang dihasilkan terkumpul di permukaan sludge. Untuk sludge yang mendapat perlakuan pH terlebih dahulu dilakukan penambahan baking soda terhadap air sebagai bahan pengencer sebelum dicampurkan dengan kotoran sapi.
          Rata-rata pH kotoran sapi sebelum penambahan baking soda adalah sebesar 5,3 sehingga untuk mendapatkan sludge dengan pH 6 maka diperlukan penambahan baking soda sebanyak 0,9 gram untuk setiap liter sludge, sedangkan untuk mendapatkan pH 7 diperlukan penambahan baking soda sebanyak 1,9 gram untuk setiap liter sludge.
          Pengisian reaktor memerlukan bahan baku sludge sebanyak 200 liter dengan perbandingan volume kotoran sapi dan air 2:1, sehingga volume kotoran sapi yang diperlukan sebesar 133 liter dan volume air sebesar 67 liter. Karena berat jenis air adalah 1 gram/cm3 dan berdasarkan percobaan pendahuluan diketahui rata-rata berat jenis kotoran sapi sebesar 1,375 gram/cm3 berarti dalam 200 liter sludge terdapat 67 Kg air dan 182,875 Kg kotoran sapi. Menurut Sosroamidjojo (1975) rata-rata berat kotoran sapi per ekor per hari sebanyak 27 kg, maka untuk pengisian awal diperlukan bahan baku kotoran dari 8 ekor sapi.
          Hasil pengamatan harian untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada  lampiran 2. Berdasarkan data harian tekanan bio gas yang terkumpul, dibuat grafik perubahan tekanan harian sebagaimana Gambar 4.6.
Text Box: Tekanan (gram/cm2)
Keterangan:
 

Gambar 4.6 Grafik perubahan tekanan harian bio gas tiap perlakuan
          Pengukuran volume bio gas yang dihasilkan dilakukan dengan menampung sludge yang terbuang melalui outlet pit kemudian diukur volumenya, hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa volume bio gas yang dihasilkan sama dengan volume sludge yang keluar dari digester. Data volume harian biogas dicatat dan dibuat grafik seperti tampak pada Gambar 4.7 untuk mengetahui tingkat produksi bio gas tiap perlakuan.
Keterangan:
 

Gambar 4.7 Grafik Tingkat Produksi Harian Bio Gas Tiap Perlakuan
          Pada Gambar 4.5 diketahui bahwa prototipe reaktor bio gas dapat memproduksi bio gas sesuai dengan perancangan. Namun patut disadari bahwa produksi bio gas dapat lebih ditingkatkan secara signifikan apabila bio gas yang dihasilkan dialirkan pada sebuah penampung bio gas sehingga sludge dalam digester tidak banyak terbuang karena tekanan bio gas.
          Dari hasil penelitian diketahui bahwa prototipe reaktor bio gas dapat memproduksi maksimal 112,1 liter bio gas dalam 6 hari dengan volume sludge 200 liter, sehingga dapat diasumsikan setiap liter sludge menghasilkan 0,6 liter bio gas. Apabila produksi bio gas akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga harian yaitu 2,8 m3 maka diperlukan sebuah digester dengan volume sebesar 4,7 m3. Apabila dikorelasikan dengan pernyataan Wilson (1977),  untuk menghasilkan bio gas sebesar 2,8 m3 dibutuhkan volume digester sebesar 17 m3, maka reaktor bio gas hasil penelitian ini lebih memungkinkan untuk diaplikasikan untuk skala rumah tangga dan industri kecil.
          Setelah gas terkumpul dalam digester langkah selanjutnya adalah uji nyala bio gas dengan mengalirkannya pada kompor bio gas seperti pada Gambar 4.6. Berdasarkan hasil uji nyala terlihat bahwa gas yang dihasilkan merupakan bio gas. Hal ini dibuktikan oleh gas yang dapat terbakar dengan mudah dan nyala api yang dihasilkan berwarna biru yang menandakan bio gas yang dihasilkan memiliki kandungan gas metan yang cukup tinggi. Namun sesekali nyala api diselingi warna merah yang diketahui berasal dari karbon yang terkandung dalam bio gas.
          Hal ini sesuai dengan pernyataan Koottatep, dkk. (tanpa tahun), bahwa bio gas mengandung 50-70% CH4 dan CO2 sebanyak 30-50%. Kemungkinan karbon yang menghasilkan nyala merah berasal dari CO2 yang terkandung dalam bio gas.
          Pada saat uji elementer diketahui bahwa kinerja outlet pit tidak sesuai dengan perancangan karena lubang keluaran terlalu kecil, maka pada saat sludge mendapat tekanan besar dari bio gas maka sebagian sludge keluar melalui inlet tank. Hal ini dapat merugikan karena sludge terbuang sebelum menghasilkan bio gas, selain itu inlet tank akan dipenuhi oleh sludge sehingga digester tidak bisa diberi penambahan sludge baru untuk menggantikan sludge lama ataupun sludge yang telah terbuang. Seharusnya lubang keluaran outlet pit disesuaikan dengan lubang inlet tank sehingga memperlancar aliran sludge.
Burn4
Gambar 4.8 Uji Nyala Bio Gas


4.3.2 Kinerja Boiler
          Kinerja boiler diuji dengan mengamati kemampuan boiler dan pipa spiral dalam meningkatkan suhu sludge dalam digester. Pengamatan dilakukan dengan menyalakan boiler mulai pukul 08.00 hingga pukul 13.00  WIB selama 6 hari sedangkan untuk perlakuan kontrol diamati tanpa menyalakan boiler. Data yang didapat disajikan pada lampiran 2.
          Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa peningkatan suhu sludge hingga 30oC membutuhkan waktu rata-rata 2,5 jam, sedangkan untuk suhu 40oC tidak dapat dicapai karena boiler dan pipa spiral hanya mampu meningkatkan suhu sludge hingga 38,7oC. Keadaan ini terjadi karena volume pipa spiral hanya sebesar 18,79x10-6 m3 sedangkan volume digester sebesar 0,2 m3. Hal ini dapat diatasi apabila diameter pipa spiral diperbesar dengan menggunakan pipa besi     Ø 1 inchi sehingga volume air panas bertambah besar pula.
4.4     Uji Ergonomi
          Uji ergonomi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kenyamanan dan rasa aman operator dalam mengoperasikan prototipe reaktor bio gas serta mengetahui persyaratan keselamatan kerja yang diperlukan dalam mengoperasikan reaktor bio gas.
          Pengujian dilakukan dengan melibatkan beberapa mahasiswa untuk mengoperasikan reaktor bio gas. Secara umum cara pengoperasian reaktor dapat dipahami dengan mudah oleh operator. Pengadukan dan pemasukan sludge dalam digester dalam jumlah besar hanya dilakukan pada pengoperasian pertama reaktor bio gas. Pengisian selanjutnya tidak memerlukan terlalu banyak sludge karena fungsinya hanya untuk menggantikan sludge lama dan yang terbuang secara berkala sehingga jam kerja operator tidak terlalu lama.
          Berdasarkan wawancara dengan operator diketahui bahwa kesulitan terbesar terletak pada pengadukan sludge dan pemasukan sludge melalui inlet tank karena pengadukan sludge dilakukan secara manual dengan pengaduk kayu sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuat kotoran sapi tersuspensi secara merata dengan air dan dapat mengakibatkan rasa pegal pada tangan operator apabila pengadukan dilakukan pada sludge dengan jumlah yang besar. Untuk pemasukan sludge, kesulitan terjadi karena letak mulut inlet cukup tinggi sehingga untuk memasukkan sludge sebanyak 15 liter memerlukan dua orang operator untuk mengangkat bak yang berisi sludge. Hasil wawancara disajikan pada Lampiran 6.
          Pada saat memasukkan sludge ke dalam digester, operator harus dilengkapi dengan sarung tangan karet untuk menghindari penyakit apabila kulit terkena sludge. Setelah memasukkan sludge operator harus mencuci tangan dan kaki dengan sabun antiseptik. Kran pengeluaran gas harus tertutup rapat pada saat tidak digunakan. Hal ini untuk menghindari kebakaran karena gas metan memiliki daya bakar yang cukup tinggi apabila terkena api.
          Secara umum reaktor bio gas dapat berfungsi dengan memuaskan dan layak untuk berproduksi, namun tidak menutup kemungkinan kinerja reaktor dapat lebih ditingkatkan dengan membenahi beberapa bagian yang dirasa masih memiliki kelemahan.
4.5     Analisis biaya
          Prototipe reaktor bio gas diharapkan dapat digunakan oleh rumah tangga pedesaan dan industri kecil. Karena itu perlu dilakukan analisis biaya penggunaan reaktor ini. Untuk perhitungan analisis biaya penggunaan reaktor bio gas maka beberapa hal pokok yang digunakan sebagai acuan untuk keperluan tersebut adalah seperti berikut.
a. Harga pokok alat                             :  Rp. 1.200.000,-
b. Umur pakai                                     : 2 tahun.
c. Harga jual setelah 5 tahun               :  10% harga pokok alat = Rp. 120.000,-
d. Bunga modal                                  :  11% per tahun tunggal.
e. Produksi gas per hari                       : 15,88 lt (A1B1); 17,35 lt (A1B2); 18,03 lt (A2B1); 18,68 lt (A2B2).
f.  Biaya baking soda                          :  Rp. 1800,-/minggu (pH 6);
                                                               Rp. 3800/minggu (pH7).
g. Operator (2 orang)                          :  @ Rp. 781,25,- /jam
                                                               = Rp. 300.000,-/tahun.
h. Jam kerja per tahun                         :  192 jam.      
          Biaya per satuan kerja untuk memproduksi bio gas menggunakan prototipe reaktor bio gas diketahui untuk variasi perlakuan variasi perlakuan suhu 30oC dan pH 6 (A1B1), suhu 30oC  dan pH 7 (A1B2), suhu 40oC dan pH 6 (A2B1) dan suhu 40oC dan pH 7 (A2B2)  berturut-turut sebanyak Rp. 156,-; Rp. 158; Rp. 137; Rp. 147,-.
          Ketersediaan bahan bakar untuk pemenuhan kebutuhan manusia merupakan  sebuah komponen utama permasalahan yang harus segera ditangani secara tepat dan memiliki kemampuan penyediaan energi dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Pemanfaatan bio gas sebagai energi alternatif selalu lebih menguntungkan mengingat bahan baku yang selalu tersedia selama masih terdapat bio massa dalam jumlah yang cukup di bumi ini.
          Pengembangan prototipe reaktor bio gas ini  ke arah penggunaan praktis dalam skala rumah tangga dan industri kecil akan menciptakan sebuah peluang yang sangat besar bagi kemajuan mikro dan makro ekonomi Indonesia mengingat krisis energi fosil mengakibatkan harga minyak mentah dunia melonjak mencapai taraf yang tidak mampu dicapai oleh rumah tangga menengah ke bawah maupun industri kecil yang memiliki potensi sangat besar untuk berkembang di Indonesia.
Tabel 4.2 Biaya Pemakaian Prototipe Reaktor Bio Gas
 Komponen Biaya
Biaya (Rp.)
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
a) Biaya Tetap
    Nilai penyusutan
    Nilai investasi
    Pemeliharaan (R&M)
    Total
b) Biaya Operasional
     Tenaga kerja
     Biaya baking soda
     Total

540.000
72.600
41.472
654.072

150.000
86.400
236.400

540.000
72.600
41.472
654.072

150.000
182.400
332.400

540.000
72.600
41.472
654.072

150.000
86.400
236.400

540.000
72.600
41.472
654.072

150.000
182.400
332.400
Total Biaya Pengoperasian (per tahun)

890.472

986.472

890.472

986.472
c) Biaya per Satuan Kerja
156
158
137
147
Sumber: Data primer.
         
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan
Prototipe reaktor bio gas yang telah dibuat menggunakan kotoran sapi sebagai bahan baku dengan variasi perlakuan temperatur digester dan derajat keasaman (pH) sludge. Dalam mengoperasikan reaktor bio gas ini diperlukan dua orang operator. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.            Kapasitas produksi bio gas untuk variasi perlakuan variasi perlakuan suhu 30oC dan pH 6 (A1B1), suhu 30oC  dan pH 7 (A1B2), suhu 40oC dan pH 6 (A2B1) dan suhu 40oC dan pH 7 (A2B2)  berturut-turut besarnya 15,88; 17,35; 18,03; 18,68 liter bio gas per hari, sedangkan kapasitas produksi bio gas dengan perlakuan kontrol sebesar 14,3 liter per hari. Sehingga dapat diketahui produksi bio gas dengan pengaturan temperatur digester dan derajat keasaman sludge lebih besar dari pada tanpa perlakuan (kontrol).
2.            Apabila produksi bio gas akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga harian yaitu 2,8 m3 maka diperlukan sebuah digester dengan volume sebesar 4,7 m3. Dengan demikian reaktor bio gas hasil penelitian ini lebih memungkinkan untuk diaplikasikan untuk skala rumah tangga dan industri kecil.
3.            Hasil uji fungsional menunjukkan prototipe reaktor bio gas mampu berfungsi sebagaimana perancangan dan desain yang diinginkan. Digester bebas dari kebocoran cairan dan gas, boiler dan pipa spiral mampu menaikkan suhu digester yang dipenuhi air sampai 49,6oC dalam 60 menit.
4.            Hasil uji elementer menunjukkan prototipe reaktor bio gas mampu menghasilkan bio gas apabila diaplikasikan dengan bahan yang sesungguhnya (limbah sapi).
5.            Hasil uji ergonomika menunjukkan bahwa kemudahan terletak pada jam kerja operator yang tidak terlalu lama dan kemudahan pemahaman operasional alat. Sedangkan kesulitan operator terjadi karena letak mulut inlet tank terlalu tinggi dan pengadukan sludge secara manual menyebabkan keletihan dan rasa pegal pada operator.
6.            Kinerja prototipe reaktor bio gas memiliki kelemahan pada outlet pit  yang terlalu kecil sehingga sebagian sludge keluar melalui inlet tank saat mendapat tekanan dari bio gas, volume pipa spiral terlalu kecil sehingga hanya mampu meningkatkan suhu sludge sampai 38,7oC, material yang digunakan dalam pembuatan reaktor bio gas tidak tahan  terhadap korosi sehingga umur pakai reaktor relatif singkat.
7.            Dengan prototipe reaktor bio gas ini maka bio gas sebagai sumber energi alternatif bagi rumah tangga dan industri kecil dapat dikembangkan dengan penyempurnaan kinerja reaktor bio gas selanjutnya.
5.2    Saran
1.            Penyempurnaan reaktor bio gas perlu dilakukan lebih lanjut dengan memperhatikan faktor material pembangun reaktor, perbandingan besar lubang inlet tank dan outlet pit, perbandingan volume pipa spiral dan volume digester serta penyempurnaan sistem pemanasan boiler.
2.            Perlu diperhatikan kenyamanan operator dalam memasukkan sludge ke dalam digester sehingga operator tidak perlu mengangkat bak terlalu tinggi saat pemasukan sludge, selain itu operator harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti masker, sarung tangan karet dan sepatu karet.
3.            Pengembangan prototipe reaktor bio gas ke arah aplikasi secara nyata harus memperhatikan kemudahan pengoperasian dan perawatan serta mempertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat sehingga reaktor bio gas mampu berdaya guna lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S. P. (1989). Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Cooney, C.L. (1983). Bioreactors: Design and Operation. Nature Publishing Co. New York.
Gracelon, J., Clark, J. (tanpa tahun). Waste Digester Design. University of Florida Civil Engineering (www.ce.ufl.edu). Florida.
Judoamidjojo, M., Darwis, A. A. dan Sa’id, E. G. (1992). Teknologi Fermentasi. CV Rajawali. Jakarta.
Koottatep, S., Ompont, M., Hwa dan J. Tay. (tanpa tahun). Bio-gas: GP Option for Community Development. Asian Productivity Organization (www.apo-tokyo.org). Tokyo.
Prescot, S.C. dan C.G. Dunn. (1959). Industrial Microbiology. McGrawHill Book Co. New York.
Sahidu, S. (1983). Kotoran Ternak Sebagai Sumber Energi. Dewaruci Press. Jakarta.
Salim, N. (2005). Indonesia Menyongsong Protokol Kyoto. Koran Tempo. Jakarta.
Smith, John E. (1995). Bioteknologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sosroamidjojo, S. 1975. Ternak Potong dan Kerja. CV. Yasaguna. Jakarta.
Srivastava, A. K., Goering C. E dan R. P. Rohrbach. (1993). Engineering Principles of Agriculture Machines. ASAE Textbook Number 6, American Society of Agricultural Engineers.
Tillman A.D. (1976). Animal Nutrition. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wagito. (1986). Suatu Tinjauan Tentang Alat Dan Mesin Pertanian Di Indonesia. Laboratorium Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jember. Jember.
Wilson, GD. (1977). Handbook of Solid Waste Management. Van Nostrand Reihold Co. New York.
















LAMPIRAN-LAMPIRAN
















Lampiran 2. Data Uji Elementer

Data produksi harian bio gas pada tiap perlakuan
Umur isian
Perlakuan
Suhu gas
Tekanan gas
Volume gas
(hari)
(oC)
(gram.cm-2)
(liter)
1
Kontrol
31,5
5,4
28,8
A1B1
32,4
6,2
32,2
A1B2
34,2
5,9
30,7
A2B1
31,6
6,8
35,4
A2B2
34,1
7,5
39
2
Kontrol
30,6
8,4
43,7
A1B1
31,8
9,3
48,4
A1B2
33,6
8,6
44,7
A2B1
31,8
10,2
53
A2B2
34,6
12,3
63,9
3
Kontrol
30,8
11,2
58,2
A1B1
32,1
11,9
61,9
A1B2
33,6
12,5
65
A2B1
31,7
13,6
70,7
A2B2
33,5
15,2
79
4
Kontrol
31,2
12,3
63,9
A1B1
31,2
16,3
84,8
A1B2
34,3
15,7
81,6
A2B1
32,2
16,6
86,3
A2B2
33,4
18,1
94,1
5
Kontrol
30,4
15,6
81,1
A1B1
30,9
18
93,6
A1B2
34
18,2
94,6
A2B1
32,2
19,2
99,8
A2B2
34,2
20,2
105
6
Kontrol
30,6
16,3
84,76
A1B1
32,2
18,4
95,7
A1B2
33,6
20
104,1
A2B1
31,6
20,8
108,2
A2B2
34,4
21,6
112,1

Keterangan :
-   A1    = Temperatur 30oC
A2    = Temperatur 40oC
B1    = pH 6
B2      = pH 7
-          Pengukuran tekanan dan volume dilakukan setiap hari pada pukul 13.00 WIB





Grafik perubahan tekanan harian tiap perlakuan

Text Box: Tekanan (gram/cm2)



























Lampiran 3. Data Volume Bio Gas dan Selisih Produksi Harian
Kontrol
Umur Isian
Volume
Selisih produksi
(hari)
(liter)
(liter)
0
0
0
1
28,8
28,8
2
43,7
14,9
3
58,2
14,5
4
63,9
5,7
5
81,1
17,2
6
84,76
3,66

rata-rata
14,13

A1B1
Umur Isian
Volume
Selisih produksi
(hari)
(liter)
(liter)
0
0
0
1
32,2
32,2
2
48,4
16,2
3
61,9
13,5
4
84,8
22,5
5
93,6
8,8
6
95,7
2,1

rata-rata
15,88

A1B2
Umur Isian
Volume
Selisih produksi
(hari)
(liter)
(liter)
0
0
0
1
30,7
30,7
2
44,7
14
3
65
20,3
4
81,6
16,6
5
94,6
13
6
104,1
9,5

rata-rata
17,35

A2B1
Umur Isian
Volume
Selisih produksi
(hari)
(liter)
(liter)
0
0
0
1
35,4
35,4
2
53
17,6
3
70,7
17,7
4
86,3
15,6
5
99,8
13,5
6
108,2
8,4

rata-rata
18,03
A2B2
Umur Isian
Volume
Selisih produksi
(hari)
(liter)
(liter)
0
0
0
1
39
39
2
63,9
24,9
3
79
15,1
4
94,1
15,1
5
105
10,9
6
112,1
7,1

rata-rata
18,68


Grafik lengkung produksi harian bio gas setiap perlakuan.

















Lampiran 4. Data Harian Temperatur Digester dan Temperatur Ruang
Kontrol
Hari
Jam
Temperatur Ruang
Temperatur Digester
1
08.00
25.0
24.7
09.00
27.1
26.3
10.00
29.6
28.1
11.00
30.2
29.3
12.00
30.0
28.7
13.00
29.6
28.4
2
08.00
25.8
25.2
09.00
27.2
26.1
10.00
29.4
28.5
11.00
30.6
29.0
12.00
31.5
29.8
13.00
29.7
29.6
3
08.00
25.6
24.7
09.00
26.2
24.9
10.00
26.8
25.5
11.00
28.3
26.8
12.00
29.4
27.7
13.00
29.1
28.0
4
08.00
25.7
24.4
09.00
26.2
25.1
10.00
27.4
25.8
11.00
29.3
27.3
12.00
29.0
27.9
13.00
28.7
27.1
5
08.00
26.3
25.8
09.00
27.9
26.3
10.00
29.6
27.1
11.00
31.4
28.6
12.00
31.4
29.3
13.00
30.0
29.4
6
08.00
27.0
26.1
09.00
28.2
27.5
10.00
29.6
27.9
11.00
30.7
28.6
12.00
31.2
28.9
13.00
30.4
28.5









A1B1
Hari
Jam
Temperatur Ruang
Temperatur Digester
1
08.00
26.3
25.4
09.00
28.7
28.6
10.00
28.7
29.0
11.00
29.3
29.4
12.00
29.6
30.1
13.00
29.7
30.7
2
08.00
25,5
26.2
09.00
26,7
28.4
10.00
28.3
29.7
11.00
29.1
30.3
12.00
29.4
30.0
13.00
30.2
29.6
3
08.00
25.9
25.2
09.00
27.1
27.3
10.00
29.4
28.1
11.00
29.5
29.6
12.00
30.4
30.1
13.00
29.8
30.3
4
08.00
26.5
26.2
09.00
28.7
29.5
10.00
29.6
29.7
11.00
30.4
30.5
12.00
29.8
30.1
13.00
29.2
29.8
5
08.00
25.6
24.7
09.00
28.1
29.8
10.00
28.8
30.4
11.00
30.7
31.2
12.00
30.6
31.6
13.00
29.3
30.8
6
08.00
25.8
25.6
09.00
27.9
28.7
10.00
29.6
29.4
11.00
31.4
30.8
12.00
31.2
31.4
13.00
30.7
30.9









A1B2
Hari
Jam
Temperatur Ruang
Temperatur Digester
1
08.00
25,5
25.3
09.00
28.7
29.2
10.00
29.4
33.6
11.00
30.7
35.4
12.00
30.6
37.2
13.00
29.3
38.0
2
08.00
25.8
25.5
09.00
27.3
28.7
10.00
28.7
34.4
11.00
30.4
37.1
12.00
31.5
38.6
13.00
30.7
38.1
3
08.00
25.8
25.4
09.00
26,7
29.3
10.00
29.3
32.2
11.00
30.4
36.2
12.00
30.2
37.7
13.00
29.8
38.4
4
08.00
26.2
25.4
09.00
27.5
27.9
10.00
29.0
31.3
11.00
30.3
36.4
12.00
31.2
38.3
13.00
30.1
38.1
5
08.00
25.6
25.2
09.00
27.2
28.4
10.00
29.2
33.8
11.00
29.3
38.2
12.00
30.7
38.4
13.00
31.0
38.7
6
08.00
26.2
25.5
09.00
27.9
28.7
10.00
29.2
32.9
11.00
29.8
35.4
12.00
29.0
38.2
13.00
28.4
38.3










A2B1
Hari
Jam
Temperatur Ruang
Temperatur Digester
1
08.00
26.8
25.4
09.00
27.1
28.3
10.00
28.3
29.3
11.00
29.2
30.2
12.00
31.5
29.7
13.00
29.7
30.3
2
08.00
25.6
25.6
09.00
27.3
28.6
10.00
28.1
29.1
11.00
29.0
30.4
12.00
30.2
30.1
13.00
30.0
29.7
3
08.00
26.2
25.3
09.00
27.8
28.8
10.00
29.3
29.4
11.00
29.7
29.8
12.00
30.8
30.3
13.00
30.9
30.1
4
08.00
25.6
25.9
09.00
26.7
29.0
10.00
28.3
30.2
11.00
29.9
31.1
12.00
30.2
30.4
13.00
29.8
29.6
5
08.00
26.7
25.4
09.00
28.5
28.8
10.00
29.1
29.8
11.00
29.3
30.5
12.00
30.2
30.2
13.00
31.2
29.8
6
08.00
25.9
26.2
09.00
26.9
28.4
10.00
28.0
29.2
11.00
29.2
29.8
12.00
29.1
30.4
13.00
30.2
30.9










A2B2
Hari
Jam
Temperatur Ruang
Temperatur Digester
1
08.00
25.6
26.3
09.00
27.2
29.4
10.00
29.6
31.3
11.00
29.6
33.2
12.00
31.0
36.2
13.00
30.0
38.1
2
08.00
25.8
26.1
09.00
26.2
28.4
10.00
27.1
29.8
11.00
29.0
33.4
12.00
29.1
36.2
13.00
28.2
38.3
3
08.00
25.7
26.3
09.00
26.0
29.6
10.00
27.2
33.1
11.00
29.3
35.0
12.00
30.0
36.8
13.00
31.2
37.9
4
08.00
25.8
26.1
09.00
26.2
29.2
10.00
27.4
31.3
11.00
29.1
35.1
12.00
30.1
37.3
13.00
31.0
38.2
5
08.00
25.9
25.5
09.00
26.3
29.2
10.00
27.5
32.9
11.00
29.1
33.8
12.00
30.0
35.4
13.00
30.1
38.2
6
08.00
25.7
24.8
09.00
27.0
28.3
10.00
28.1
30.1
11.00
29.2
34.1
12.00
30.2
36.2
13.00
30.1
38.0










Lampiran 5.     Perhitungan Analisis Biaya Penggunaan Prototipe Reaktor Bio Gas

1) komponen perhitungan biaya prototipe reaktor bio gas.
a. Harga pokok alat                             :  Rp. 1.200.000,-
b. Umur pakai                                     : 2 tahun.
c. Harga jual setelah 5 tahun               :  10% harga pokok alat = Rp. 120.000,-
d. Bunga modal                                  :  11% per tahun tunggal.
e. Produksi gas per hari                       : 15,88 lt (A1B1); 17,35 lt (A1B2); 18,03 lt (A2B1); 18,68 lt (A2B2).
f.  Produksi gas per tahun                   :  5716,8 lt (A1B1); 6246 lt (A1B2); 6490,8 lt (A2B1); 6724,8 lt (A2B2).
g. Biaya baking soda                           :  Rp. 1800,-/minggu (pH6)
                                                               Rp. 3800/minggu (pH7).
h. Operator (2 orang)                          :  @ Rp. 781,25,- /jam
                                                               = Rp. 300.000,-/tahun.
i. Jam kerja per tahun                          :  192 jam.
          Dengan asumsi dan pertimbangan faktor-faktor tersebut di atas, perhitungan biaya dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.         Biaya tetap
(1)     nilai penyusutan (D)      =
(2)     nilai investasi (I)            =
                                                =  Rp. 72.600,-
(3)     pemeliharaan (R&M)    =  0,00018 x Rp.1.200.000 x 192
                                             =  Rp. 41.472,-
       Total (1), (2) dan (3) adalah biaya tetap prototipe reaktor bio gas hasil rancangan ini berarti sebesar Rp. 654.072,-
b.        Biaya operasional variasi perlakuan A1B1 dan A2B1:
(1)   tenaga kerja       = (48 hr/th x 4 jam x Rp. 781,25/jam) x 2 orang
                                 = Rp. 150.000,- per tahun

(2)   baking soda       = (0,9 gr x 200 lt x Rp. 10/gr) x 48
                                 = Rp. 86.400,- per tahun.
       Total (1), (2)      = Rp. 236.400,- per tahun
          Dengan demikian total biaya yang harus dikeluarkan ,-
c.    - Biaya per satuan kerja (A1B1) = 
                                                          =   Rp. 156,-/lt
       - Biaya per satuan kerja (A2B1) =
                                                          =  Rp. 137,-/lt
d.        Biaya operasional variasi perlakuan A1B2 dan A2B2:
(1)   tenaga kerja       = (48 hr/th x 4 jam x Rp. 781,25/jam) x 2 orang
                                 = Rp. 150.000,- per tahun
(2)   baking soda       = (1,9 gr x 200 lt x Rp. 10/gr) x 48
                                 = Rp. 182.400,- per tahun.
       Total (1), (2)      = Rp. 332.400,- per tahun
       Dengan demikian total biaya yang harus dikeluarkan Rp. 986.472,-
e.    - Biaya per satuan kerja (A1B2) = 
                                                          =  Rp. 158,-/lt
       - Biaya per satuan kerja (A2B2) = 
                                                          =  Rp. 147,-/lt










Lampiran 6.     Hasil Wawancara Mengenai Kenyamanan Prototipe Reaktor Bio Gas
1. Teguh Widyatno
Bagian reaktor
Hasil wawancara
- Inlet tank
 

- Digester




 

- Outlet pit
 

- Boiler



 

- Umum
Posisi terlalu tinggi sehingga menyulitkan pengisian sludge.
Konstruksi sudah bagus karena terbukti mampu memproduksi bio gas dengan relatif cepat namun untuk saluran pembilasan digester letaknya terlalu tersembunyi sehingga menyulitkan operator dalam melakukan pembilasan.
Terlalu sempit sehingga sebagian sludge keluar melalui inlet tank.
Desain sudah cukup bagus sehingga tidak membahayakan operator namun perlu dikaji kembali volume pipa spiral yang optimal untuk meningkatkan suhu digester seperti perancangan.
Karena dimensinya tidak terlalu besar maka sangat mudah ditempatkan di tempat sempit namun sebaiknya diberi roda untuk memudahkan transportasi reaktor bio gas apabila diperlukan.

2. Firmansyah
Bagian reaktor
Hasil wawancara
- Digester



- Outlet pit
 

- Boiler
 

- Umum
Mampu menghasilkan bio gas dengan cepat dan kandungan metan cukup tinggi, namun lebih baik jika posisi digester dibuat vertikal dan diberi penampung gas.
Outlet pit sering tersumbat sehingga memerlukan perbaikan lebih lanjut.
Volume pipa spiral perlu diperbesar agar mampu mencapai suhu yang diinginkan.
Bahan pembuat reaktor sangat mudah didapat dan biaya pembuatan murah namun tidak tahan terhadap karat.

3. Tries Wahyu B P.
Bagian reaktor
Hasil wawancara
- Inlet tank

 

- Digester


 

- Outlet pit
 

- Boiler

 

- Manometer

 

- Umum
Posisi inlet tank lebih baik bila rata dengan permukaan tanah sehingga memudahkan pemasukan sludge.
Kemampuan menghasilkan bio gas sangat bagus namun terjadi kesulitan dalam mengukur volume gas yang dihasilkan. Lubang pembilasan digester sulit dijangkau.
Lubang terlalu kecil sehingga sering tersumbat.
Pipa spiral kurang mampu meningkatkan suhu sludge secara merata sehingga perlu diperhitungkan rasio volumenya.
Manometer yang digunakan terlalu sederhana sehingga memerlukan pipa plastik yang cukup panjang untuk mengukur tekanan yang terjadi.
Pengoperasian reaktor mudah dan cukup efisien







Lampiran 1. Desain Prototipe Reaktor Bio Gas Limbah Sapi.
 



a. Gambar Tampak Depan
Text Box: 37
 


Text Box: 38b. Gambar Tampak Belakang

c. Gambar Tampak Samping Kiri
Keterangan gambar:
(1) inlet tank;                        (5) pipa spiral;
(2) digester;                          (6) outlet pit;
Text Box: 39(3) boiler;                              (7) lubang pembilasan.
(4) outlet gas;





         

           

0 komentar:

Post a Comment

 

Pengikut

Copyright © ZONA SKRIPSI All Rights Reserved • Design by Dzignine
best suvaudi suvinfiniti suv