Skripsi Akuntansi 2

Sunday, March 11, 2012

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
FLOORING PADA PT RIMBA KARYA RAYATAMA
DI SAMARINDA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kalimantan Timur memiliki areal hutan yang ditumbuhi berbagai macam jenis pohon dan memacu para pengusaha untuk mengolah sumber daya alam tersebut yang memanfaatkan hasilnya untuk bahan industri pengolahan kayu jadi bagi perusahaan-perusahaan industri kayu. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan kayu tersebut, maka akan memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah setempat dalam hal penerimaan sektor pajak, menghasilkan devisa bagi negara dan membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja yang mengganggur.  
PT Rimba Karya Rayatama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor perkayuan dan industri pengolahan kayu bulat menjadi kayu olahan berupa flooring berbagai jenis dan ukuran, dengan memiliki 1 (satu) buah sawmill sebagai sarana penunjang kegiatan proses produksi perusahaan dalam menghasilkan produk kayu olahan tersebut.
Flooring ini dibuat sebagai pelengkap bahan bangunan yang digunakan untuk menambah lapisan pada bagian atas lantai, ada juga yang menggunakan flooring ini sebagai hiasan ornamen lantai agar kelihatan rapi tergantung dari keinginan konsumen. 
Ditinjau dari segi karakteristik proses pengolahan produk yang dihasilkan oleh perusahaan industri kayu, dapat dikatakan sebagai produksi massa karena berproduksi secara terus-menerus dan produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen (ekspor) maupun kebutuhan perusahaan yang mengolah kayu bulat (log) menjadi kayu olahan.
Dalam hal proses produksi dilakukan beberapa tahap yaitu tahap pemotongan, tahap perakitan dan tahap penyelesaian akhir dimana tahap-tahap tersebut akan dibebankan biaya pada masing-masing departemen produksi, sehingga dapat diketahui jumlah biaya dan harga pokok produksi pada masing-masing departemen tersebut.
Untuk itu perlu adanya pengumpulan biaya produksi agar dapat diketahui dengan jelas dan tepat tentang biaya produksi yang dikorbankan dalam menghasilkan kayu olahan, sehingga dapat diketahui berapa besar perbedaan antara harga pokok produksi kayu olahan menurut perusahaan dengan harga pokok produksi menurut perhitungan akuntansi dengan menggunakan metode full costing.
Selama proses produksi, biaya-biaya yang terjadi antara lain biaya bahan baku yaitu kayu bulat (logs), biaya tenaga kerja yaitu berupa gaji karyawan baik karyawan bulanan maupun kontrak yang terlibat langsung dalam proses produksi dan biaya overhead pabrik yaitu biaya-biaya yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi seperti biaya spare parts alat kerja, biaya BBM/pelumas, biaya penyusutan alat kerja, biaya gaji mandor produksi dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Metode Full Costing pada PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda”  

B.     Perumusan Masalah

Seperti yang telah diterangkan di atas, maka penulis akan merumuskan masalah tersebut sebagai berikut :
“Apakah ada perbedaan yang lebih kecil mengenai perhitungan harga pokok produksi per meter kubik (m3) flooring bengkirai antara perhitungan menurut PT Rimba Karya Rayatama dengan metode full costing”.

C.    Tujuan dan Kegunaan

1.      Tujuan

a.       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perhitungan harga pokok produksi per meter kubik flooring antara perhitungan menurut perusahaan dengan metode harga pokok produksi pendekatan full costing.
b.      Untuk mengetahui jumlah harga pokok produksi yang diserap pada masing-masing departemen produksi.

2.      Kegunaan

a.       Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen PT Rimba Karya Rayatama dalam pengambilan keputusan mengenai harga pokok produksi kayu olahan.
b.      Sebagai referensi dan koreksi bagi pihak-pihak yang memerlukan sehubungan dengan judul sikripsi tersebut di atas.

D.    Sistematika Penulisan 

Dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu sebagai berikut :
Bab I       :   Pendahuluan, berisikan latar belakang, perumusan masalah yang dihadapi dan tujuan kegunaan serta sistematika penulisan.
BAB II    :   Dasar Teori, berisikan pengertian akuntansi biaya, siklus akuntansi biaya, pengertian biaya dan harga pokok, penggolongan biaya, metode pengumpulan biaya produksi, hipotesis dan definisi konsepsional.
BAB III :   Metode Penelitian, berisikan definisi operasional dan rincian data yang diperlukan, jangkauan penelitian, teknik pengumpulan data, alat analisis dan pengujian hipotesis.
BAB IV :   Hasil Penelitian, berisikan mengenai gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, proses produksi dan penyajian data.
BAB V    :   Analisis dan Pembahasan, berisikan mengenai analisis terhadap data-data yang diperoleh selama penelitian dan pembahasan mengenai hasil dari pada pengolahan data yang telah dianalisis.
BAB VI :   Kesimpulan dan Saran, berisian mengenai kesimpulan dari hasil analisis perhitungan dan saran kepada pihak manajemen dalam menetapkan harga pokok.
BAB II
DASAR TEORI


E.     Akuntansi Biaya

1.      Pengertian Akuntansi Biaya

Perusahaan yang mengolah bahan baku untuk menghasilkan barang jadi memerlukan prosedur serta pencatatan tentang proses produksi yang mengolah bahan-bahan tersebut. Pemakaian bahan untuk proses produksi perhitungan biaya produksi untuk menilai persediaan barang jadi ataupun barang setengah jadi dan persediaan bahan yang sedang diproses tetapi belum selesai, kesemuanya ini termasuk dalam bidang akuntansi biaya.
Akuntansi biaya biasanya hanya dianggap berlaku untuk operasi pabrikase, namun dalam dunia ekonomi dewasa ini setiap jenis organisasi dari berbagai ukuran dapat mengambil manfaat dari penggunaan konsep dan teknik akuntansi biaya. Dalam hal ini penulis hanya menerapkan akuntansi biaya sesuai dengan judul skripsi yang ditulis dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
Akuntansi biaya juga dapat diartikan sebagai kunci atau alat yang penting guna membantu manajemen dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan serta sebagai penilaian terhadap kegiatan perusahaan.
Menurut Mulyadi bahwa pengertian Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.1)
Matz ‑ Usry mendefinisikan akuntansi biaya sebagai berikut :
“Cost accounting sometime call management accounting, should be considered the key managerial partner, furnishing management with the necessary accounting tools to plan and control activities.” 2)

Kemudian Abdul Halim mengemukakan definisi akuntansi biaya sebagai berikut :
“Akuntansi biaya adalah akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok (cost) dari suatu produk yang diproduksi (atau dijual di pasar) baik untuk memenuhi pesanan dan pemesan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan. yang akan dijual.” 3)

Selanjutnya dikemukakan pula definisi akuntansi biaya menurut R. A. Supriyono dalam bukunya Akuntansi Biaya, bahwa :
Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.4)

Jadi akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu produk dengan melakukan suatu proses pencatatan, penggolongan dan penyajian transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Akuntansi biaya dinyatakan oleh Fess and Warren dalam bukunya adalah :
“Cost accounting emphasizes the determination and the control of costs. It is concerned primarily with the costs of manufacturing processes and of manufactured products. In addition, one of the most important duties of the cost accountant is to gather and explain cost data, both actual and prospective. Management uses these data in controlling current operations and in planning for the future. 5)

Dari definisi di atas, jelaslah bahwa fungsi akuntansi biaya adalah sebagai alat informasi bagi seorang pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan. Disamping itu, dikemukakan juga bahwa akuntansi biaya pada umumnya identik dengan manajerial dan sebagai alat bagi seorang manajer dalam merencanakan dan mengontrol serta mengevaluasi kegiatan perusahaan.
Menurut R. A. Supriyono, Akuntansi biaya bertujuan untuk :
1.       Perencanaan dan pengendalian biaya.
2.       Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.
3.       Pengambilan keputusan oleh manajemen. 6)

Adapun menurut Matz and Usry, Akuntansi Biaya mempunyai peranan sebagai berikut :
1.      Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi perusahaan dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.
2.      Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian biaya dan jika memungkinkan, pengurangan atau pembebanan biaya.
3.      Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan harga, dan sewaktu-waktu memeriksa jumlah persediaan dalam bentuk fisis.
4.      Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi tahunan atau periode yang lebih singkat.
5.      Memilih alternatif terbaik yang bisa menaikkan pendapatan atau menurunkan biaya.7)

Akuntansi biaya memberikan klasifikasi dan pembagian biaya yang tepat dalam mengontrol bahan baku, bahan penolong, upah tenaga kerja dan biaya-biaya tak langsung menetapkan standar untuk mengukur efisiensi, memberikan data dan menyusun anggaran serta untuk menetapkan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan secara teliti.
Adapun tujuan dari akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya bagi manajemen guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan.
Penentuan harga pokok produk juga merupakan tujuan dari pada perusahaan pabrikase hanya dapat dilakukan jika diadakan pemisahan antara biaya produksi dan biaya non produksi
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka biaya-biaya yang terjadi di dalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa, sehingga jelas yang mana biaya langsung dan biaya tak langsung yang termasuk biaya produksi dan apa saja yang merupakan biaya non produksi, dengan demikian memungkinkan untuk menentukan harga pokok atau menetapkan biaya produksi secara baik dan teliti. Akuntansi biaya bukanlah tujuan tetapi merupakan alat dari manajemen untuk berbagai tujuan dan keperluan yang dibutuhkan manajemen termasuk pengawasan dan penekanan biaya produk yang dihasilkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya itu sendiri dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan mengenai :

1.      Penentuan harga pokok persatuan produk atau jasa.
2.      Pengendalian biaya.
3.      Pengendalian data biaya bagi pengambilan keputusan khusus, perumusan kebijaksanaan dan perencanaan jangka panjang.

2.      Siklus Akuntansi Biaya

Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses pengolahan, sejak dimasukkannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut. Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya.

Siklus                                                               Siklus
Pembuatan Produk                                           Akuntansi  Biaya


Pembelian dan penyimpanan bahan baku
 

Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi
 











Penentuan harga pokok produk jadi



 




3.      Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya

Perusahaan dapat dipandang sebagai salah satu sistem yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencari laba mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi yang lain yang nilainya lebih tinggi dari pada nilai masukannya.
Untuk menjamin suatu kegiatan usaha menghasilkan kegiatan keluaran yang lebih tinggi dari pada nilai masukan yang dikorbankan, akuntansi biaya mengukur pengorbanan nilai masukan tersebut guna menghasilkan informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau rugi.
Pengertian biaya pada hakekatnya merupakan pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan, yakni dalam hal memproduksi barang dan jasa.
Dalam akuntansi biaya, biaya merupakan semua pengeluaran yang sudah terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produk yang dihasilkan, sernua biaya yang terjadi tersebut membentuk suatu harga pokok yang kalau dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan atau produk yang dipesan menghasilkan harga pokok per unit.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian biaya itu sendiri.
Menurut R. A. Supriyono bahwa biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.8)
Sedangkan menurut Mulyadi bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu.9)

Kemudian Selamet Sugiri mendefinisikan biaya sebagai berikut:
“Cost (biaya) adalah pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk menghasilkan sumber daya ekonomi lainnya, sedangkan expense adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh penghasilan (revenue).”10)

Selanjutnya pengertian biaya menurut Letricia G. Raiburn adalah “Biaya (cost) adalah mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.” 11)
Dari beberapa definisi di atas tersirat bahwa biaya merupakan semua pengorbanan ekonomi yang dapat diukur dengan unit moneter baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi tidak dapat dihindarkan dan digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan. Oleh karena itu merupakan persyaratan dasar bahwa biaya harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan penggunaannya.
Dalam menggolongkan dan mencatat biaya-biaya hendaknya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya tersebut, untuk itu maka sebaiknya dipakai konsep “different cost and different purposes”, karena tidak ada suatu konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan.

Apabila penggolongan biaya-biaya untuk tujuan penentuan harga pokok produk, maka penggolongan biaya harus disesuaikan dengan proporsinya masing-masing yaitu dengan menelusuri biaya-biaya yang ada berdasarkan pertimbangan dan sebab pembebanan dari biaya tersebut.

Untuk menelusuri atau meneliti tentang biaya yang terjadi di dalam kegiatan operasi perusahaan, diperlukan data biaya yang merupakan sumber informasi, selain itu juga perlu adanya struktur organisasi dan prosedur atau proses produksi yang jelas dalam pengolahan bahan baku sampai kepada bahan jadi pasa suatu perusahaan atau pabrik.
Menurut Mulyadi, biaya digolongkan dalam 5 (lima) penggolongan biaya yaitu :
1.      Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.
2.      Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
Pada penggolongan biaya ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a.      Biaya Produksi
b.     Biaya Pemasaran
c.      Biaya Administrasi  dan Umum
3.     Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai.
Pada penggolongan ini dibagi menjadi :
a.      Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah suatu yang dibiayai.
b.      Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
4.      Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya dibagi menjadi :
a.       Biaya variabel
b.      Biaya semi variabel
c.       Biaya semi tetap
d.      Biaya tetap
5.      Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi pengeluaran tersebut.12)

 

Oleh karena itu dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya berikut ini :
1.      Penggolongan biaya berdasarkan obyek pengeluaran.
2.      Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan (functional cost classification).
3.      Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4.      Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap perubahan volume kegiatan.
5.      Penggolongan biaya atas dasar waktu. 13)

1.      Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja dan Biaya overhead pabrik.
Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran cocok digunakan dalam organisasi yang masih kecil. Penggolongan biaya ini bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan pada umumnya untuk kepentingan penyajian kepada pihak luar perusahaan.
2.      Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok perusahaan
Biaya-biaya didalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi biaya produksi, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dibagi menjadi 3 elemen (1) biaya bahan baku, (2) biaya tenaga kerja dan (3) biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut biaya prime cost, sedangkan biaya overhead pabrik disebut conversion cost.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang terjadi hubungannya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diidentifikasikan dengan aktivitas produksi maupun pemasaran. Contohnya adalah gaji direksi, biaya-biaya bagian akuntansi dan personalia, biaya telepon dan lain-lain.
Ada dua macam perlakuan terhadap biaya administrasi dan umum yaitu :
a.       Biaya administrasi dan umum dialokasikan kepada dua fungsi pokok dalam perusahaan : fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya biaya administrasi dan umum dikeluarkan untuk dua fungsi pokok tersebut.
b.      Memisahkan biaya administrasi dan umum sebagai kelompok biaya tersendiri dan tidak mengalokasikan ke dalam fungsi produksi maka biaya produksi akan bertambah. Jika ada produk yang belum laku terjual pada akhir periode maka ada sebagian biaya administrasi dan umum yang masih melekat pada persediaan pokok tersebut. Pengendalian biaya administrasi dan umum dapat lebih mudah dilakukan, jika biaya tersebut dikelompokkan dan disajikan secara terpisah.
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memenuhi pesanan dari pihak luar, begitu juga untuk menarik pihak luar dengan mengadakan promosi, advertensi dan sebagainya. Biaya pemasaran dan biaya administrasi disebut juga biaya komersial (commercial expenses).
3.     Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atas obyek pembiayaan. Apabila perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa produk, sedangkan jika perusahaan menghasilkan jasa , maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa penyerahan jasa tersebut.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat digolongkan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, dimana ada sesuatu yang dibiayai. Jika tidak ada sesuatu yang dibiayai maka biaya ini tidak akan terjadi. Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya langsung dan biaya tidak langsung harus dibebankan dalam hubungannya dengan produk apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu produk. Jika perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, maka semua jenis biaya tersebut adalah biaya langsung, sehingga tidak perlu dibedakan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung. Contohnya perusahaan semen, perusahaan gula.
Dalam hubungannya denga produk, biaya produksi dibagi menjadi 3 (tiga) unsur yaitu : biaya bahan langsung (bahan baku), biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (biaya produksi tak langsung).
Bahan baku adalah bahan yang diproses yang menjadi barang jadi yang membentuk bagian menyeluruh dari pada produk jadi dan biaya bahan baku adalah harga pokok bahan baku tersebut yang diolah dalam proses produksi.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diperhitungkan langsung dalam pembuatan produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya-biaya produksi tak langsung lainnya.
4.      Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap perubahan volume kegiatan.
Untuk keperluan pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, biaya dapat digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume atau aktivitas. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas tetapi tingkat perimbangannya tidak proporsional atau sebanding.
5.      Penggolongan biaya atas dasar waktu
Perhitungan laba atau rugi suatu perusahaan dilakukan dengan berbagai cara mempertemukan penghasilan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi tertentu, dengan biaya-biaya yang terjadi di dalam periode yang sama. Atas dasar waktu biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : (1) Pengeluaran modal (capital expenditure), (2) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure).
Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dinikmati oleh lebih dari satu periode akuntansi. Dimana pada saat terjadinya, pengeluaran tersebut dicatat sebagai harga pokok aktiva dan pembebanannya pada periode akuntansi yang menikmatinya.
Pengeluaran penghasilan adalah biaya-biaya yang hanya bermanfaat di dalam periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi. Pada saat terjadinya pengeluaran penghasilan tersebut dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan penghasilan yang diperoleh didalam periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi.

4.      Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
a.      Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”14)

Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya  harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.


b.      Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”15)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


4.      Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
a.       Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi  adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
b.       Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
c.       Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
d.      Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
e.       Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
f.        Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing adalah :
a.         Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
b.        Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik  telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
c.         Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
d.        Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP)  dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.

F.     Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Dalam menyusun harga pokok dari suatu perusahaan sangat erat hubungannya dengan metode yang akan dipakai. Metode pengumpulan biaya produksi, dimana metode pengumpulan harga pokok produksi tergantung dari sifat pengolahan produk yang pada dasarnya sifat pengolahan produk tersebut dapat dibedakan kedalam 2 (dua)  klasifikasi, yaitu :
1.      Pengolahan produk yang didasarkan atas pesanan
2.      Pengolahan produk yang merupakan produksi massa
Oleh karena itu, metode pengumpulan harga pokok produksi pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Metode harga pokok pesanan (Job order cost method)
2.      Metode harga pokok proses (Process cost method)
Menurut Mulyadi dalam bukunya :
Metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan-pesanan tertentu dan harga pokok produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud metode harga pokok proses adalah produk dimana biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu dan biaya produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan diproses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan. 16)

Adapun R. A. Supriyono mendefinisikan sebagai berikut :
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Sedangkan yang dimaksud dengan metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu (misalnya bulan, triwulan, semester, tahun).17)

Berikut ini akan disajikan format perhitungan antara harga pokok pesanan dan harga pokok proses sebagai berikut :
-          Harga pokok pesanan
Taksiran biaya produksi :
·         Taksiran biaya bahan baku                                         Rp xxx
·         Taksiran biaya tenaga kerja langsung                         Rp xxx
·         Taksiran biaya overhead pabrik                                  Rp xxx
Total biaya produksi       Rp xxx
·         Laba yang diinginkan                                                 Rp xxx
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan          Rp XXX
-          Harga pokok proses
Biaya produksi :
·         Biaya bahan baku                                                       Rp xxx
·         Biaya tenaga kerja langsung                                       Rp xxx
·         Biaya overhead pabrik                                                Rp xxx
Jumlah biaya produksi                                                                  Rp XXX


                                                                    Jumlah biaya produksi
Harga pokok produksi per satuan =                                              18)
Unit ekuivalensi

Selanjutnya Abdul Halim mengemukakan karakteristik penggunaan metode harga pokok proses, yaitu sebagai berikut :
1.      Kegiatan produksi dilakukan dengan tujuan mengisi persediaan atau disebut juga berproduksi massa,     sehingga :
a.        produk tidak tergantung pembeli dan bersifat homogen
b.       sifat produksi adalah kontinyu (tidak terputus-putus)
2.      Biaya produksi dikumpulkan secara periodik per departemen produksi atau pusat biaya.
3.      Dikenal adanya istilah unit ekuivalen yaitu unit yang disamakan dengan satuan produk jadi (selesai) untuk kepentingan perhitungan barang dalam proses.
4.      Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi yang dibuat per cost center.
5.      Pada umumnya barang jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai barang selesai.19)

Ciri khas proses produksi seperti tersebut di atas, mengakibatkan pengumpulan biaya produksi pada perusahaan yang berproduksi secara massal mempunyai ciri-ciri dimana biayanya dikumpulkan tiap periode tertentu dan harga pokok persatuan produk dihitung pada tiap akhir periode yang bersangkutan.
Jadi kalkulasi pada metode harga pokok proses ini digunakan untuk mengumpulkan biaya dalam perusahaan yang menghasilkan produk homogen, bentuk produk bersifat standar, tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli, proses produksi dapat dilaksanakan kontinyu dan produksi ditujukan untuk memenuhi dan mengisi persediaan.

Berbeda dengan perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, dimana pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan/ pembeli, produksi ditujukan untuk melayani pesanan dan sifat produksinya akan terputus-putus. Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi perusahaan.


G.    Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang dan kerangka teoritis yang ada, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Diduga bahwa perhitungan harga pokok produksi flooring bengkirai PT Rimba Karya Rayatama lebih kecil jika dihitung dengan menggunakan metode harga pokok produksi pendekatan full costing”.

H.    Definisi Konsepsional
Sesuai dengan judul skripsi yaitu penerapan metode harga pokok proses perhitungan harga pokok produksi pada PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda maka penulis akan memberikan batasan mengenai konsep tersebut.
Yang dimaksud penulisan dalam skripsi ini adalah mengadakan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan metode full costing sehingga harga pokok dapat diketahui dengan tepat. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam hal ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik baik yang bersifat tetap maupun bersifat variabel.
Menurut LM Samryn full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa meperhatikan perilakunya.”20)

Menurut Amin Widjaja Tunggal bahwa harga pokok adalah :
Harga pokok suatu produk adalah jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenankan langsung atau tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa didalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut dapat digunakan atau dijual. 21)

Jadi harga pokok suatu produk adalah jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang ditambah biaya-biaya yang seharusnya hingga barang tersebut sampai dipasar, sedangkan biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku hingga menjadi produk jadi.
Objek dari penelitian ini adalah PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda yaitu perusahaan yang bergerak di bidang usaha pengolahan kayu bulat (log) menjadi kayu olahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode harga pokok proses (process cost method) dengan pendekatan metode full costing.
BAB III
METODE PENELITIAN


A.     Definisi Operasional
PT Rimba Karya Rayatama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perkayuan meliputi bidang usaha pengolahan hasil hutan berupa kayu jadi dalam bentuk flooring dengan berbagai jenis dan ukuran dengan tujuan pemasaran dalam dan luar negeri.
Dalam hubungannya dengan proses pengolahan kayu bulat (log) menjadi kayu olahan, penentuan harga pokok yang sesuai dengan metode harga pokok proses adalah dengan menghitung jumlah biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya tak langsung pabrik yang dikeluarkan dalam rangka menghasilkan kayu olahan tersebut.
Biaya produksi yang terjadi terdiri dari beberapa komponen biaya antara lain :
1.      Biaya bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku berupa kayu bulat (log).
2.      Biaya tenaga kerja yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi pengolahan kayu bulat (log) menjadi flooring yang diukur dalam satuan upah harian dan borongan tergantung perjanjian.
3.      Biaya overhead pabrik yaitu biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja yang secara tidak langsung dikeluarkan dalam menghasilkan kayu olahan berupa pemakaian minyak solar, pelumas, gemuk, amplas, spare parts dan lain-lain.

B.      Rincian Data Yang Diperlukan
Adapun data yang digunakan dalam mendukung penulisan skripsi ini adalah :
1.      Gambaran umum PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.
2.      Struktur organisasi PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.
3.      Jumlah produksi flooring bengkirai untuk bulan Desember 2002.
4.      Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan bulan Desember 2002.
5.      Harga pokok produksi kayu olahan menurut PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda tahun 2002.
C.     Jangkauan Penelitian
Sehubungan dengan perincian data yang diperlukan sesuai dengan judul skripsi ini, maka yang menjadi obyek penelitian hanya terbatas pada suatu perhitungan harga pokok produksi flooring per meter kubik (m3) menurut metode harga pokok proses dan membandingkannya dengan perhitungan harga pokok yang ditentukan oleh PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Rimba Karya Rayatama di Jalan Pangeran Antasari No.45B RT. 57 Samarinda, terbatas pada bagian yang terkait seperti bagian administrasi dan keuangan yang menerima data dari bagian produksi pengolahan kayu.


D.     Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.      Library Research, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan studi kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori pendukung yang dijadikan acuan untuk analisis dan pembahasan dalam penulisan ini.
2.      Field Work Research, yaitu penulis mengadakan penelitian secara langsung ke obyek yang diteliti yaitu PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung untuk memperoleh data-data dengan kepala bagian produksi maupun staf perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian.

E.      Alat Analisis Yang Digunakan

Untuk keperluan analisis dan pembahasan, penulis menggunakan alat analisis akuntansi biaya dengan mengadakan penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok yang ada dalam perusahaan dan menentukan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing, dengan rumus sebagai berikut :

Biaya Bahan baku                                                Rp. XXX

Biaya Tenaga Kerja Langsung                            Rp. XXX

Biaya Overhead Pabrik Tetap                            Rp. XXX

Biaya Overhead Pabrik Variabel                        Rp. XXX

Harga Pokok Produksi                                        Rp. XXX 22)



Untuk lebih rinci mengenai pengembangan dari pada alat analisis tersebut diatas, maka alat analisis tersebut sebagai berikut :

PT…………

Laporan Biaya Produksi

Periode bulan …… 20XX

Data Produksi :                                                               Satuan        Satuan

Produk dalam proses awal                                                 xx           

Produk masuk proses                                                           xx

Produk diterima dari Dept. sebelumnya                             xx
Produk selesai dan ditransfer ke Dept. berikutnya                               xx
Produk dalam proses akhir                                                                   xx
Produk hilang di awal proses                                                                xx

Produk hilang di akhir proses                                                              xx

                                                                                              


Pembebanan Biaya :                                             Biaya Total      Biaya per unit
                                                                                   (Rp)                               (Rp)
-          Biaya Bahan Baku                                               xxxx                  xx
-          Biaya Tenaga Kerja Langsung                            xxxx                  xx
-          Biaya Overhead Pabrik                                       xxxx                  xx
                                                                                   xxxx                  xx

Pertanggungjawaban Biaya :
Jumlah biaya yang dipindahkan ke Dept. berikutnya                    Rp XXX
Jumlah produk hilang diakhir proses                                             Rp XXX
Jumlah produk dalam proses akhir :
-          Biaya Bahan Baku                                           Rp xx
-          Biaya Tenaga Kerja Langsung                         Rp xx
-          Biaya Overhead Pabrik                                    Rp xx
Jumlah produk dalam proses akhir                                           Rp XXX
Total biaya produksi                                                                Rp XXX 23)

 

Tabel x.   Koreksi atas Perbedaan Perhitungan menurut Perusahaan dengan Menurut Metode Full Costing.

Keterangan

Menurut PT Rimba

Karya Rayatama

Koreksi + / (-)

Menurut Metode Full Costing

 





 

 

 

 


BAB IV
HASIL PENELITIAN

 

F.       Gambaran Umum Perusahaan

PT Rimba Karya Rayatama mulai beroperasi sejak tanggal 15 Maret 1990 dengan SITU (Surat Ijin Tempat Usaha) tanggal 21 Pebruari 1990 serta SIUP (Surat ijin Usaha Perdagangan) No. 106/17-01/PK/V/1990 tanggal 16 Mei 1990.
PT Rimba Karya Rayatama beralamatkan di Jalan Pangeran Antasari No. 45B RT. 57 Samarinda dengan dibantu oleh 55 (lima puluh lima) orang karyawan yang terdiri dari  30 (tiga puluh) orang bagian produksi, 7 (tujuh) orang bagian keuangan, 3 (tiga) orang bagian personalia dan 15 (lima belas) orang bagian pemasaran.
PT Rimba Karya Rayatama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perkayuan meliputi bidang usaha pengolahan hasil hutan berupa kayu jadi yaitu flooring berbagai jenis kayu dan ukuran sesuai standar pasar. Flooring ini digunakan sebagai bahan bangunan yaitu dipasang pada bagian lantai, sehingga akan menutupi lantai bagian dasar.
Hasil dari pada pengolahan produk tersebut dipasarkan berdasarkan standar kualitas produk dan kebutuhan baik itu kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor dengan kualitas no. 1 antara lain ke negara Taiwan, Hongkong, Jepang dan Korea. Untuk kebutuhan dalam negeri hanya dipasarkan flooring dengan standar no. 2 dan 3 dengan tujuan ke pulau Jawa antara lain Jakarta dan Surabaya sedangkan untuk daerah kalimantan di Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tenggarong dan Sangatta.
Untuk membedakan antara masing-masing standar kualitas produk flooring jenis bengkirai dengan ukuran 2,5 x 100 x 7 cm terlihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Spesifikasi hasil produksi flooring sesuai dengan standar kualitas pasar
Spesifikasi
Kualitas No.1
Kualitas No.2
Kualitas No.3
Hasil potong rapi
V
V
V
Dempul dan plamir
V
X
X
Sesuai ukuran 
V
V
X
Terdapat cacat kayu
X
X
V
Urat kayu kelihatan
X
X
V
      Sumber : PT Rimba Karya Rayatama (Standarisasi Flooring, 1999)

G.     Struktur Organisasi
Dalam menyusun struktur organisasi suatu perusahaan hendaknya berdasarkan pada fungsi manajemen dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengendalian intern dan sinkronisasi dengan sistem administrasi perusahaan. Kelancaran roda kegiatan perusahaan, tergantung pada skill pengelolaannya yang ditujukan kepada bawahannya.
Demikian pula hendaknya PT Rimba Karya Rayatama dimana pimpinan perusahaan menyadari arti pentingnya struktur organisasi suatu perusahaan yang disesuaikan pada masing-masing bidang kegiatan yang dilakukan. Pembagian ini diharapkan dapat mempermudah pimpinan perusahaan dalam melaksanakan atau memberi tugas sehingga dengan mudah mengadakan pengawasan terhadap bawahannya.
Struktur organisasi PT Rimba Karya Rayatama Samarinda berdasarkan Keputusan Direktur nomor : 021/Kep-Dir/RKR-SMD/I/1992 adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur Organisasi

PT Rimba Karya Rayatama
STRUKTUR ORGANISASI









Kasir

 

Pembukuan

 








Sumber : PT Rimba Karya Rayatama Samarinda


Berikut ini akan dijelaskan mengenai struktur organisasi sesuai dengan job diskription pada masing-masing bagian, yaitu :
a.       Komisaris :
-          Mengangkat dan memberhentikan pimpinan sesuai dengan rapat dewan komisaris.
-          Memberikan dana investasi kepada perusahaan dan membubarkan perusahaan sesuai dengan kondisi perusahaan.
-          Memberikan pertimbangan dan kebijaksanaan khusus kepada pimpinan bilamana diperlukan.
b.     Pimpinan
-          Mengangkat dan memberhentikan kepala-kepala bagian yang dianggap tidak produktif.
-          Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
-          Memberikan masukan dan kebijakan bilamana diperlukan para kepala bagian.
c.      Kepala Bagian Produksi
-          Membuat rencana kerja dan melakukan proses produksi.
-          Memberikan pertimbangan dan saran yang berguna pada masing-masing bagian dibawahnya.
-          Membuat perencanaan dan realisasi atas biaya produksi untuk diajukan kepada Kepala Bagian Keuangan.
Kepala bagian produksi membawahi beberapa bagian yang terlibat dalam proses produksi antara lain :
1.      Pengawas Produksi
-          Melakuan pengawasan terhadap jalannya proses produksi yang harus sesuai dengan rencana kerja yang ada.
-          Melakukan pengawasan terhadap para karyawan yang terlibat dalam proses produksi.
-          Membuat perhitungan jam kerja lembur karyawan bilamana diperlukan.
-          Memberikan tindakan dan peringatan kepada karyawan yang mangkir dalam menyelesaikan pekerjaan.
2.      Petugas Gudang
-          Menyediakan perlengkapan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan karyawan dalam proses produksi.
-          Menyediakan BBM, pelumas dan spare parts bilamana diperlukan.
-          Membuat laporan harian pemakaian BBM, pelumas, spare parts dan perlengkapan lainnya yang digunakan selama proses produksi.
-          Membuat laporan persediaan produk jadi yang ada di gudang.
3.      Mekanik
-          Bertanggung jawab terhadap kinerja mesin produksi dan membuat laporan jam kerja mesin.
-          Bertanggung jawab terhadap kerusakan mesin dan melakukan perbaikan terhadap mesin bila terjadi kerusakan.
-          Membuat laporan pemakaian spare parts dan melaporkannya pada bagian gudang.
d.      Kepala Bagian Personalia
-          Mengangkat dan memberhentikan para karyawan.
-          Membuat laporan pengeluaran dan penambahan karyawan.
-          Memberikan training kepada para karyawan baru.
-          Membuat perhitungan gaji,upah dan lembur untuk setiap karyawan.
e.       Kepala Bagian Keuangan
-          Membuat laporan posisi keuangan rutin setiap bulannya dan dilaporan kepada Pimpinan.
-          Memberikan pertimbangan rencana anggaran biaya yang dibuat oleh masing-masing kepala bagian.
Kepala bagian keuangan membawahi beberapa bagian antara lain :
1.      Kasir
-          Melakukan semua pembayaran-pembayaran tunai kepada supplier.
-          Melakukan pembayaran-pembayaran kepada para karyawan (gaji, premi, bonus, tunjangan dan lain-lain).
-          Melakukan pembayaran-pembayaran rutin perusahaan (pajak, astek, listrik, air, telepon, dan lain-lain).

2.      Pembukuan
-          Melakukan pencatatan terhadap transaksi-transaksi keuangan.
-          Mencatat semua penerimaan dan pengeluaran baik kas maupun bank.
f.       Kepala Bagian Pemasaran
-          Memonitoring fluktuasi harga di pasaran.
-          Melakukan usaha-usaha dan strategi pemasaran yang dapat meningkatkan hasil penjualan.
-          Membuat laporan hasil penjualan secara berkala dan melaporkannya kepada pimpinan.
-          Melakukan penagihan kepada para debitur yang belum membayar tagihan hasil penjualan.

H.     Proses Produksi
1.      Tahap Proses Produksi
Adapun proses produksi dalam pembuatan flooring dengan menggunakan kayu bengkirai tersebut secara garis besar melalui beberapa tahap, yaitu tahap pemotongan, tahap perakitan dan tahap penyelesaian akhir. Untuk dapat menilai baik tidaknya kualitas hasil produksi flooring tersebut sangat tergantung pada bahan baku yang dipilih dan proses produksi yang sesuai dengan keinginan pasar.
a.       Tahap pemotongan
Pada tahap pemotongan ini kayu bulat (logging) diseleksi berdasarkan kualitas dan besarnya kayu yang akan dipotong berdasarkan ukuran yang disesuaikan berdasarkan standar pasar yaitu : 2,5 x 100 x        7 cm. Sebelum dipotong kayu tersebut dipisahkan dari kulit kayunya, kemudian setelah kulit kayu terlepas dari batangnya, kayu tersebut dibersihkan dan dipotong dengan menggunakan mesin pemotong kayu yaitu Radial Arm Saw sesuai dengan ukuran yang disepakati dengan pihak pembeli atau pemesan.
b.      Tahap perakitan
Setelah kayu dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki, maka dilakukan pembersihan pada bagian atas atau permukaan kayu. Setelah bersih kayu tersebut dibelah dengan menggunakan mesin pembelah kayu yaitu Titling Arbor Table Saw 14” yang berguna untuk mengukur panjang, pendek dan tebalnya flooring. Kemudian setelah dilakukan pengukuran, barulah kayu tersebut dihaluskan dengan cara mengetam dengan menggunakan mesin ketam kayu yaitu Automatic 1-D Planner 20”. Setelah kayu-kayu tersebut kelihatan bersih dari permukaan yang tidak rata atau setelah dihaluskan, maka barulah kayu tersebut diproses menjadi flooring dengan motif diinginkan yaitu menggunakan alat 4-Spindle 1-End Tenoner, pembuatan motif ini masih agak kelihatan kasar. Setelah motif selesai, maka akan melangkah pada proses selanjutnya yaitu tahap penyelesaian akhir.
c.       Tahap penyelesaian akhir
Pada tahap ini, kayu yang sudah diberi motif akan diperhalus lagi dengan menggunakan mesin High Speed Router yang berguna untuk memperhalus bagian-bagian kecil motif flooring. Setelah terlihat halus, maka barulah flooring-flooring tersebut diperhalus dengan menggunakan mesin pengamplas kayu, setelah dilakukan pengamplasan flooring tersebut hampir mendekati tahap akhir yaitu diperhalus lagi dengan vernish agar kelihatan licin dan digunakan untuk bahan bangunan sebagai pelapis lantai dan lain-lain. 
2.      Peralatan Yang Digunakan
Adapun peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi pembuatan flooring yaitu :
a.       Radial Arm Saw
Mesin ini juga dikenal dengan nama mesin pemotong kayu yang digunakan untuk memotong kayu baik berukuran pendek maupun panjang.
b.      4-Spindle 1-End Tenoner
Mesin ini dikenal sebagai mesin pembuat pasak kayu, biasanya mesin ini digunakan untuk menyerut kayu yang akan digunakan sebagai pasak pada saat merakit potongan kayu bengkirai menjadi satu motif flooring.
c.       Titling Arbor Table Saw 14”
Mesin ini dikenal dengan nama mesin pembelah, fungsi mesin ini adalah untuk membelah kayu ukuran panjang atau pendek menjadi dua bagian.


d.      High Speed Router
Mesin ini digunakan untuk membuat motif atau router pada sisi kayu (profile kecil), biasanya mesin ini digunakan untuk membuat motif pada kayu kecil, bulat dan sebagainya.
e.       Automatic Planner Knife Grinder
Mesin ini digunakan untuk mengasah mata pisau panjang yang biasanya digunakan untuk mengetam pada mesin siku.
f.       Automatic 1-D Planner 20”
Mesin ini adalah mesin ketam yang berguna untuk membentuk kayu sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.
g.      Sthill Chain Saw
Mesin ini adalah mesin untuk memotong kayu yang berukuran besar dan panjang.

I.        Penyajian Data

Berikut ini akan disajikan data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi guna membantu penulis dalam menganalisis pemecahan masalah yang ada yaitu biaya produksi pembuatan flooring untuk periode bulan Desember 2002.
1.      Hasil Produksi selama bulan Desember 2002
Adapun hasil produksi pengolahan flooring bengkiran oleh PT Rimba Karya Rayatama Samarinda selama bulan Desember 2002 berdasarkan hasil produksi mingguan :


Tabel 2. Hasil produksi flooring bengkirai periode bulan Desember 2002
No.
Produksi
Jumlah Produksi (m3)
1.
2.
3.
4.
Minggu ke 1
Minggu ke 2
Minggu ke 3
Minggu ke 4
90,50
85,00
84,50
90,00
Total
350,00
Sumber : PT Rimba Karya Rayatama (12/2002)
2.      Bahan Baku
a)      Bahan baku yang diolah untuk dijadikan flooring selama bulan Desember 2002 sebanyak 375  m3
b)      Produk yang hilang di akhir proses yaitu tahap pemotongan  15,5 m3 , tahap perakitan 7,5 m3 dan tahap penyelesaian akhir 2 m3.
c)      Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku langsung yang terjadi selama bulan Desember 2002 sebesar Rp 306.250.000,00

3.      Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama bulan Desember 2002 untuk menyelesaikan 350 m3 flooring kayu bengkirai ukuran 2,5 x 100 x 7 cm sebesar Rp 76.125.000,00 dengan rincian :
-          Tahap pemotongan
(30 org x 350 m3 x Rp 1.500,00)                    Rp 15.750.000,00 
-          Tahap perakitan
(30 org x 350 m3 x Rp 2.500,00)                    Rp  26.250.000,00
-          Tahap Penyelesaian akhir
(30 org x 350 m3 x Rp 3.250,00)                   Rp  34.125.000,00
                             Total ………………         Rp 76.125.000,00

4.      Biaya Overhead Pabrik

-          Penyusutan Peralatan Pabrik, terdiri dari :
1)        Radial Arm Saw                                          = Rp        18.416,67
2)        4-Spindle 1-End Tenoner                            = Rp        52.000,00
3)        Shtill Chainsaw                                           = Rp        35.208,33
4)        Titling Arbor Table Saw 14”                       = Rp        33.962,50
5)        High Speed Router                                      = Rp        49.454,17
6)        Automatic Planner Knife Grinder               = Rp        25.729,17
7)        Automatic 1-D Planner 20”                         = Rp        36.291,67
Jumlah Penyusutan Peralatan Pabrik              Rp      251.062,51
-          Penyusutan Bangunan Pabrik
(Rp. 250.000.000,- x 0,05 / 12)                             Rp   1.041.666,67
-         Pemeliharaan Mesin Pabrik
(Rp. 5.000.000,00 per tahun)                                 Rp      416.666,67
-         Pemakaian Bahan Bakar Minyak/Solar
(2000 ltr x Rp. 2.000,-)                                         Rp   4.000.000,00
-          Pemakaian Pelumas (Olie SAE20,40W)
(200 ltr x Rp. 2.750,-)                                            Rp      550.000,00
-         Bahan Penolong :
1) Amplas (3000 lembar x Rp 1.750,-)                  Rp   5.250.000,00
2) Spare Parts (mata gergaji, baut, dll)                  Rp   2.250.000,00
Total Biaya Overhead Pabrik                                Rp 13.759.395,85
Alokasi Biaya per Tahap :
Tahap pemotongan             : (40,0% x Rp 13.759.395,85) = Rp  5.503.758,35
Tahap perakitan                  : (37,5% x Rp 13.759.395,85) = Rp  5.159.773,44
Tahap penyelesaian akhir    : (22,5% x Rp 13.759.395,85) = Rp  3.095.864,06
Dasar alokasi yang digunakan untuk biaya overhead pabrik sesuai dengan banyaknya volume pekerjaan yaitu volume jam kerja karyawan selama 25 hari kerja atau 200 jam selama 1 bulan sesuai dengan perhitungan di bawah ini :
a)      Tahap pemotongan, menyerap jam kerja sebanyak 80 jam selama 25 hari kerja {(80 jam x 100 %) / 200 jam} = 40,00 %.
b)      Tahap perakitan, menyerap jam kerja sebanyak 75 jam selama 25 hari kerja {(75 jam x 100 %) / 200 jam} = 37,50 %.
c)      Tahap penyelesaian akhir, menyerap jam kerja sebanyak 45 jam selama 25 hari kerja {(45 jam x 100 %) / 200 jam} = 22,50 %.
Jadi total biaya keseluruhan untuk menghasilkan flooring sebanyak 350 m3 yaitu :
1)      Biaya bahan baku : 350 m3 x Rp 875.000,-         = Rp 306.250.000,00
2)      Biaya tenaga kerja langsung                                = Rp   76.125.000,00
3)      Biaya overhead pabrik                                         = Rp   13.759.395,85
                                         Total ………………                 Rp 396.134.395,85

Dalam menentukan besarnya perhitungan harga pokok produksi untuk menghasilkan 350 m3 flooring bengkirai ukuran 2,5 x 100 x 7 cm menurut    PT Rimba Karya Rayatama baik secara total maupun per meter kubik akan terlihat pada tabel 3 perhitungan di bawah ini :

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

J.         Analisis

Besarnya pembebanan biaya produksi flooring bengkirai yang dihasilkan oleh PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola perusahaan yaitu data produksi dan biaya produksi.
Untuk mengetahui besarnya harga pokok per meter kubik flooring bengkirai yang diproduksi PT Rimba Karya Rayatama digunakan dasar perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan metode full costing.
Setelah diketahui antara harga pokok produksi yang ditentukan oleh perusahaan dengan pendekatan full costing, maka akan terlihat perbedaan dari kedua komponen utama yaitu harga pokok secara keseluruhan maupun harga pokok per meter kubik flooring bengkirai tersebut.
1.      Menurut PT Rimba Karya Rayatama
Perhitungan harga pokok produksi yang dihasilkan dilakukan dengan menjumlah seluruh biaya yang terjadi selama periode tersebut dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
Untuk perhitungan harga pokok produksi menurut PT Rimba Karya Rayatama ini nampak pada tabel 3 halaman 46.
2.       Menurut Metode Full Costing         
Adapun tahap proses produksi yang dilakukan ada tiga yaitu tahap pemotongan, tahap perakitan dan tahap penyelesaian akhir dengan menggunakan laporan harga pokok proses pendekatan metode full costing.
Dari ketiga tahap proses produksi tersebut diperlukan biaya produksi hingga selesai sebesar Rp 395.925.551,89 dengan harga pokok produksi per meter kubik (m3) sebesar Rp 1.124.788,50
Berikut ini penulis kemukakan perhitungan dari masing-masing departemen produksi yang bertujuan untuk mengetahui biaya dan harga pokok produksi per meter kubik (m3) flooring bengkirai ukuran 2,5 x 100 x 7 cm.
a.       Tahap Pemotongan
Perhitungan pada tabel 4 merupakan harga pokok pada tahap pemotongan dan merupakkan jumlah biaya yang dipindahkan ke tahap perakitan, kemudian diperhitungkan tambahan untuk harga pokok per m3 di tahap pemotongan sebesar Rp 931.676,69 sebagai berikut :
-          Bahan baku                    : Rp 328.125.000 / 375 m3   = Rp 875.000,00
-          Tenaga kerja langsung    : Rp 15.750.000 / 375 m3     = Rp   42.000,00
-          Overhead pabrik             : Rp 5.503.758,35 / 375 m3 = Rp   14.676,69
Pada tahap pemotongan ini terhadi produk hilang diakhir proses sebesar 15,50 m3 dengan jumlah biaya sebesar Rp 14.440.988,68 sehingga menyerap biaya selama proses produksi berlangsung.
Tahap Perakitan
Pada tabel 5 dijelaskan perhitungan harga pokok per meter kubik flooring bengkirai akibat adanya produk hilang diakhir proses pengolahan yaitu sebanyak 7,50 m3 maka terlebih dahulu dihitung jumlah produksi di tahap perakitan. Jumlah produk yang ditransfer (dipindahkan) ke tahap penyelesaian akhir sebanyak 352 m3.
Perhitungan penyesuian harga pokok produk untuk tahap perakitan adalah :
-          Harga pokok per m3 yang baru adalah : Rp 349.378.785,35 / 359,50 m3 = Rp 971.846,41.
-          Harga pokok per m3 yang diterima dari tahap pemotongan sebesar      Rp 931.676,69.
-          Tambahan biaya produksi karena adanya produk hilang diakhir proses : Rp 358.704.687,55 + Rp 7.642.855,56 = Rp. 366.347.543,11
Sehingga akibat dari adanya produk yang hilang di akhir proses, maka harga pokok per meter kubik (m3) menggambarkan jumlah yang salah, oleh sebab itu harus diadakan penyesuaian atau penambahan terhadap biaya produksi flooring bengkirai sebesar Rp 7.642.855,56 sehingga harga pokok per meter kubik (m3) tersebut untuk tahap perakitan berjumlah Rp 1.019.047,41.
Perhitungan tambahan untuk harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai di tahap perakitan adalah :
-          Tenaga kerja langsung : Rp 15.750.000 / 375 m3         = Rp 73.018,08
-          Overhead pabrik           : Rp 5.503.758,35 / 375 m3      = Rp 14.352,64
Tahap Penyelesaian Akhir
Harga pokok pada tabel 6 merupakan harga pokok produk selesai pada tahap perakitan dan ditransfer ke gudang untuk siap dipasarkan sebanya 350 m3, dengan perhitungan tambahan biaya produksi adalah :
-          Harga pokok yang diterima dari dept. perakitan :
Rp 334.937.469,67 / 359,5 m3 = Rp 931.676,69
-          Tenaga kerja langsung   : Rp 26.250.000,00 / 359,5 m3   = Rp 73.018,08
-          Overheda pabrik           : Rp 5.159.773,44 / 359,50 m3 = Rp 14.352,64
Dari perhitungan tersebut dengan menggunaan bahan baku kayu bengkirai sebanyak 375 m3 per bulan telah menghasilkan 350 m3 flooring bengkiran ukuran 2,5 x 100 x 7 cm. Dari perhitungan dengan menggunakan metode harga pokok proses pendekatan full costing dapat diketahui harga pokok untuk masing-masing tahap proses produksi flooring bengkirai per meter kubiknya.
Jadi harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai adalah jumlah seluruh biaya untuk proses produksi dibagi dengan satuan produksi pada periode bulan Desember 2002 adalah : Rp 395.925.551,89 / 352 m3 = Rp 1.124.788,50.
Maka berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dikemukakan bahwa harga pokok per meter kubik flooring bengkirai pada PT Rimba Karya Rayatama Samarinda bulan Desember 2002 dengan pendekatan full costing sebesar Rp 1.124.788,50.




Pembahasan

Berdasarkan dari hasil analisis tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yaitu kayu bengkirai selama bulan Desember 2002 adalah sebanyak 375 m3 dan mampu menghasilkan 350 m3 flooring bengkirai.
Pada tahap pemotongan harga pokok per meter kubik (m3) untuk bahan baku adalah Rp 875.000,00 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 42.000,00 dengan overhead pabrik sebesar Rp 14.676,69 sehingga pokok per meter kubik (m3) pada tahap tersebut adalah Rp 931.676,69. Jumlah produk yang akan ditransfer ke tahap perakitan adalah sebanyak 359,50 m3 dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 334.937.769,67.
Jumlah produk yang diterima dari tahap pemotongan adalah sebesar 359,50 m3. Pada tahap ini terjadi produk hilang akhir proses sebesar 7,50 m3 dengan biaya produksi sebesar Rp 7.642.855,56 untuk itu perlu diadakan penyesuaian yaitu dengan cara menambah harga pokok yang ada. Sehingga harga pokok yang sebenarnya pada tahap perakitan ini adalah sebesar             Rp 1.019.047,41. Kemudian jumlah yang ditransfer (dipindahkan) ke tahap berikutnya adalah 352,00 m3 dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 358.704.687,55. Harga pokok untuk tenaga kerja pada tahap ini adalah sebesar Rp 73.018,08 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 14.352,64.
Proses produksi pada tahap penyelesaian akhir atau produk jadi dimana jumlah produk yang diterima dari tahap sebelumnya yaitu sebesar 352,00 m3 dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 358.704.687,55. Harga pokok per meter kubik (m3) pada tahap penyelesaian akhir ini untuk biaya tenaga kerja adalah Rp 96.946,02 dan biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp 8.795,07. Sehingga total harga pokok yang sebenarnya dalam proses  produksi flooring bengkirai sebesar  Rp 1.128.788,50 dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 395.925.551,89  serta memperhitungkan semua biaya yang terjadi dalam proses produksi flooring bengkirai tersebut.
Gabungan laporan harga pokok produksi dari tahap pemotongan, tahap perakitan, dan tahap penyelesaian akhir akan terlihat dalam tabel 7 sebagai berikut :



Kemudian untuk mengetahui perbandingan antara perhitungan menurut perusahaan dengan menurut metode full costing, maka dilakukan koreksi terhadap laporan harga pokok produksi, baik dari jumlah biaya yang dibebankan maupun harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai.
Berikut ini penulis berikan koreksi atas biaya produksi yang dikeluarkan maupun harga pokok produksi per meter kubik (m3) sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.
Tabel 8.     Perbandingan perhitungan antara menurut PT Rimba Karya Rayatama Samarinda dengan medote full costing.
Keterangan
Menurut
PT Rimba Karya Rayatama
Koreksi
+ / (-)
Menurut
Metode Full Costing
-     Harga pokok produksi
-     HPP/m3

Rp 396.134.395,85
Rp     1.131.812,56

Rp (2.458.421,24)
Rp        (7.024,06)

Rp 393.675.974,61
Rp     1.124.788,50
Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel 8 tersebut diatas bahwa harga pokok produksi menurut PT Rimba Karya Rayatama menunjukkan angka lebih besar              Rp. 393.675.974,61 jika dibandingkan dengan menurut metode full costing sebesar Rp. 395.925.551,89 ini berarti bahwa ada selisih lebih besar menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar Rp. 2.458.421,24 dan angka ini harus dikoreksi agar sesuai dengan metode full costing. Kemudian untuk harga pokok produksi per meter kubik (m3) juga menunjukkan angka lebih besar menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar Rp. 7.024,06 dan angka ini harus dikoreksi agar sesuai dengan metode full costing.
Adapun sebab-sebab dari perbedaan tersebut diatas dikarenakan antara lain :
b.      Perbedaan umum
-          PT Rimba Karya Rayatama tidak membuat perhitungan secara bertahap mengenai proses produksi, tetapi membuat perhitungan secara total dari keseluruhan proses produksi yang terjadi, sehingga terjadi perbedaan perhitungan dengan menggunakan metode full costing.
-          PT Rimba Karya Rayatama belum memanfaatkan produk yang hilang diakhir proses (sisa bahan yang terbuang) untuk dijadikan produk olahan lain seperti kayu bakar dan limbah pabrik sebagai hasil penjualan produk sampingan yang dapat digunakan sebagai pengurang dari harga pokok maupun tambahan hasil penjualan produk utama.
c.       Perbedaan khusus
Perbedaan tersebut terletak pada produk hilang dalam proses akhir sebanyak 25 m3, menurut PT Rimba Karya Rayatama diperhitungkan sebesar Rp 21.875.000,00 sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp 24.333.421,24 dengan rincian sebagai berikut :
1)      Tahap pemotongan                           = Rp 14.440.988,68
2)      Tahap perakitan                                = Rp   7.642.855,56
3)      Tahap penyelesaian akhir                 = Rp   2.249.577,00
Jumlah                   = Rp 24.333.421,24
dari jumlah tersebut diatas, terjadi selisih sebesar Rp  2.458.421,58 diperoleh dari hasil pengurangan antara harga pokok produksi menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar Rp 396.134.395,85 dengan menurut metode full costing sebesar Rp 393.675.974,61 dan selisih tersebut nampak tertera pada tabel 8.
Dengan demikian bahwa sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan tersebut di atas terhadap laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Rayatama dapat diterima.     
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


A.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang penulis kemukakan terhadap hasil analisis dan pembahasan adalah :
1.      Bahwa jumlah harga pokok produksi menurut perhitungan  PT Rimba karya Rayatama Samarinda adalah sebesar Rp 396.134.395,85 sedangkan menurut perlakuan metode full costing sebesar Rp 393.675.974,61 ini berarti terdapat selisih yang harus dikoresi sebesar Rp (2.458.421,24).
2.      Kemudian untuk harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai menurut PT. Rimba Karya Rayatama Samarinda sebesar Rp 1.131.812,56 sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp 1.124.788,50 ini berarti terdapat selisih harga pokok per meter kubik (m3) sebesar Rp (7.024,06).
3.      Adapun selisih tersebut disebabkan oleh perbedaan perhitungan produk hilang diakhir proses menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar          Rp 21.875.000,00 sedangkan menurut metode full costing sebesar             Rp 24.333.421,24.
4.      Bahwa sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan tersebut terhadap laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Rayatama dapat diterima.

 

B.     Saran 

Adapun saran yang penulis kemukakan kepada pihak manajemen       PT Rimba Karya Rayatama Samarinda adalah :
1.      Sesuai dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, hendaknya pihak manajemen lebih cenderung memilih perlakuan dengan menggunakan metode full costing agar terlihat jelas seluruh biaya produksi yang dikeluarkan untuk masing-masing tahap produksi.
2.      Untuk sisa bahan baku yang tidak dapat digunakan sebaiknya pihak manajemen lebih memikirkan lagi bagaimana cara memperlakukan sisa bahan baku yang terbuang, sehingga dapat menambah hasil penjualan dari produk yang tidak dapat digunakan.

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
FLOORING PADA PT RIMBA KARYA RAYATAMA
DI SAMARINDA









Oleh :


E R N A W A T I
NIM. 97.14266.03130.01





Unmul%20BW






FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2003


HALAMAN PENGESAHAN


Judul                             :    Perhitungan Harga Pokok Produksi pada                PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.

Nama                            :    ERNAWATI
NIM                              :    97.14266.03130.01
Jurusan                          :    Akuntansi
Program Studi               :    Akuntansi (Strata I)




Menyetujui :

Pembimbing I,                                                        Pembimbing II,



Drs. Lewi Malisan, M.Si.                                    Drs. Marthen Anzar, Ak.
NIP. 131 570 802                                                  NIP. 131 913 955




Mengetahui :
Ketua Jurusan Akuntansi,



Dra. Hj. Anis Rachma Utary, Ak. M.Si.
NIP. 130 937 311






RINGKASAN

ERNAWATI,  Perhitungan harga pokok produksi pada PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.
PT Rimba Karya Rayatama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perkayuan meliputi bidang usaha pengolahan hasil hutan berupa kayu jadi yaitu flooring berbagai jenis kayu dan ukuran sesuai standar pasar. Flooring ini digunakan sebagai bahan bangunan yaitu dipasang pada bagian lantai, sehingga akan menutupi lantai bagian dasar.
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini apakah ada perbedaan yang lebih besar dalam menetapkan perhitungan harga pokok produksi per meter kubik (m3) flooring baik yang dilakukan oleh PT Rimba Karya Rayatama maupun dengan menggunakan metode pendekatan full costing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perhitungan harga pokok produksi per meter kubik flooring antara perhitungan menurut perusahaan dengan metode harga pokok produksi pendekatan full costing dan untuk mengetahui jumlah harga pokok produksi yang diserap pada masing-masing departemen produksi dengan dugaan sementara (hipotesis) bahwa perhitungan harga pokok produksi flooring bengkirai PT Rimba Karya Rayatama lebih kecil jika dihitung dengan menggunakan metode harga pokok produksi pendekatan full costing.
Untuk keperluan analisis dan pembahasan, penulis menggunakan alat analisis akuntansi biaya dengan mengadakan penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok yang ada dalam perusahaan dan menentukan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing, yaitu pembebanan biaya produksi secara keseluruhan baik biaya tetap maupun biaya variabel.
Kemudian untuk mengetahui perbandingan antara perhitungan menurut perusahaan dengan menurut metode full costing, maka dilakukan koreksi terhadap laporan harga pokok produksi, baik dari jumlah biaya yang dibebankan maupun harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai.
Bahwa jumlah harga pokok produksi menurut perhitungan  PT Rimba Karya Rayatama Samarinda adalah sebesar Rp 396.134.395,85 sedangkan menurut perlakuan metode full costing sebesar Rp 393.675.974,61 ini berarti terdapat selisih yang harus dikoresi sebesar Rp (2.458.421,24). Kemudian untuk harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai menurut PT. Rimba Karya Rayatama Samarinda sebesar Rp 1.131.812,56 sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp 1.124.788,50 ini berarti terdapat selisih harga pokok per meter kubik (m3) sebesar Rp (7.024,06). Selisih perhitungan tersebut disebabkan oleh perbedaan perhitungan produk hilang dalam proses akhir antara menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar Rp 21.875.000,00 dan menurut metode full costing sebesar Rp 24.333.421,24.
Sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan bahwa laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Rayatama dapat diterima.
RIWAYAT HIDUP

ERNAWATI, lahir pada tanggal 11 Oktober 1979 di Tarakan, Kalimantan Timur, merupakan anak dari pasangan Bapak H. Fadlan dan Ibu Hj. Faridah.
Memulai pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di Sekolah Dasar  Muhammadiyah di Tarakan dan lulus tahun 1991. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 4 Tarakan dan lulus pada tahun 1994. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Tarakan dan lulus pada tahun 1997.
Pendidikan pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dimulai sejak tahun 1997 di Universitas Mulawarman Samarinda tepatnya pada Faluktas Ekonomi dan mengambil jurusan Akuntansi dengan prodram studi Strata 1 (S1) Akuntansi.
Pada tahun 2000, mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke XXVI di Nunukan.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan ridho-Nya jualah sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Srata 1 (S1) Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik bantuan berupa tenaga, pikiran, semangat, dan sebagainya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Bapak Prof. H. A. Waris, SE., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman beserta seluruh Staf Akademik/ Tata Usaha dan Dosen Pengajar yang telah memberikan kesempatan, bekal ilmu serta dorongan bagi penulis dalam penuntut ilmu di kampus.
2.      Ibu Drs. Hj. Anis Rachma Utary, Ak, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.
3.      Bapak Yunus Tete Konde, SE., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.
4.      Bapak Drs. Lewi Malisan, M. Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah berusaha mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis sehingga selesainya skripsi ini.
5.      Bapak Drs. Marthen Anzar, Ak., selaku Dosen Pembimbing II yang telah berusaha mengarahkan penulis dari persiapan sampai skripsi ini.
6.      Bapak Pimpinan beserta staf karyawan PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan guna menunjang penulisan ini.
7.      Khusus kepada Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga tercinta yang banyak memberikan dukungan, bimbingan, pengorbanan serta kasih sayang dan doa yang sangat berharga kepada penulis selama menuntut ilmu dalam menyelesaikan pendidikan ini.
8.      Semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga seluruh pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis, mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT sesuai dengan bantuannya, Amiin.

Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dalam penyajikan skripsi ini, serta menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis siap menerima segala kritikan, saran dan masukan yang sifatnya membangun.

 

                                                                                       Samarinda, Juni 2003

                                                                                                    Penulis 





DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
RINGKASAN ...................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
BAB I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ............................................................................... 1
B.      Perumusan Masalah ...................................................................... 3
C.      Tujuan dan Kegunaan  ................................................................. 3
D.      Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II    DASAR TEORI
A.    Akuntansi Biaya ............................................................................. 5
1.      Pengertian Akutansi Biaya ...................................................... 5
2.      Siklus Akuntansi Biaya ............................................................ 9
3.      Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya .......................... 10
4.      Metode Penentuan Harga Pokok Produksi .......................... 19
5.      Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing ..................... 21
B.     Metode Pengumpulan Biaya Produksi  ...................................... 24
C.    Hipotesis ......................................................................................... 27
D.    Definisi Konsepsional ................................................................... 27
BAB III   METODE PENELITIAN
A.    Definisi Operasional ..................................................................... 29           
B.     Rincian Data yang Diperlukan .................................................... 30
C.    Jangkauan Penelitian ................................................................... 30
D.    Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31
E.     Alat Analisis Yang Digunakan .................................................... 31
BAB IV   HASIL PENELITIAN
A.    Gambaran Umum Perusahaan ................................................... 33
B.     Struktur Organisasi ...................................................................... 34
C.    Proses Produksi ............................................................................ 39
D.    Penyajian Data .............................................................................. 42
BAB V    ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.     Analisis .......................................................................................... 47
B.     Pembahasan .................................................................................. 54
BAB VI   KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan ................................................................................... 60
B.     Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR TABEL


Tabel                                       Tubuh Utama                                                Halaman
1.


2.


3.


4.


5.


6.


7.


8.
Spesifikasi hasil produksi flooring sesuai dengan standar kualitas pasar ………………………………………………….

Hasil produksi flooring bengkirai PT Rimba Karya Lestari Samarinda periode bulan Desember 2004 …………………….

Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari Samarinda bulan Desember 2004 ……………………………..

Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari Samarinda bulan Desember 2004 (tahap pemotongan) ……….

Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari Samarinda bulan Desember 2004 (tahap perakitan) …….…….

Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari Samarinda bulan Desember 2004 (tahap penyelesaian akhir) ...

Laporan harga pokok produksi gabungan untuk masing-masing tahap bulan Desember 2004 ……………………..……

Perbandingan perhitungan antara PT Rimba Karya Lestari Samarinda dengan metode full costing ………………………..

34


43


47


49


51


53


56


57



DAFTAR GAMBAR


Gambar                                 Tubuh Utama                                            Halaman

1.


2.

Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya ………………………………………………..

Struktur organisasi PT Rimba Karya Lestari Samarinda …..


10

35









1) Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi ke-5, BP-STIE YKPN, Yogyakarta, 1993, halaman 6.
2) Adolph Matz and Milton F .Usry, Cost Accounting Planning and Control, Eight Edition, South Western Publishing.Co. Ohio, 1997, Page 9.
3) Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga, BPFE-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999, halaman 3.
4) R. A. Supriyono, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku I, Edisi Ke-2, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1994, halaman 12.
5) Phillip E. Fess and Carl s. Warren. Accounting Principles. Fifteenth Edition. South-Western Publishing Co. Cincinatti. West Chicago, IL. Dallas. Livermore. CA. 1989, page 16.
6) R.A. Supriyono, Op. Cit., halaman 14.
7) Adolph Matz and Milton F. Usry, Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian, Jilid I, Cetakan kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994, halaman 10-11.

8) R. A. Supriyono, Op. Cit., halaman 16.
9) Mulyadi, Op. Cit., halaman 8-9.
10) Selamet Sugiri, Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1999, halaman 15.
11) Letricia G. Raiburn, Akuntansi Biaya : dengan menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya, alih bahasa : Sugiarto, Edisi Keenam, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1993, halaman 4.
12) Mulyadi, Op. Cit., halaman 14 -17.
13) Ibid, halaman 14.
14) LM Samryn, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, halaman 63.
15) Mas’ud Mahfoedz, Akuntansi Manajemen, Buku Satu, Edisi IV, Cetakan Ketiga, BPFE -Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1993, halaman 230.
16) Mulyadi, Loc.Cit.
17) RA. Supriyono, Op.Cit., halaman 36-37.
18) Mulyadi, Op. Cit., halaman 77.
19) Abdul Halim, Op. Cit., halaman 147-149.
20) LM Samryn, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, halaman 63.
21) Amin Widjaja Tunggal, Akuntansi Untuk Usahawan, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, halaman 11.
22) Mulyadi, Op. Cit., halaman 19.
23) Mulyadi, Op. Cit., halaman 113.

3 komentar:

andhin at: September 5, 2012 at 8:52 AM said...

cakeeeppppp.......

{ Hasanuddin } at: September 5, 2012 at 5:11 PM said...

makaciiih...?

Anonymous at: September 23, 2013 at 9:08 AM said...

bagus eh

Post a Comment

 

Pengikut

Copyright © ZONA SKRIPSI All Rights Reserved • Design by Dzignine
best suvaudi suvinfiniti suv