Skripsi Akuntansi 3

Sunday, March 11, 2012

PERANAN PERILAKU SOSIAL PT “X”
SEBAGAI BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
Kemajuan sebuah perusahaan yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan budaya membuat dunia bisnis melaju dengan cepat, dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya tanggung jawab perusahaan terhadap apapun yang dilakukan. Karena pada dasarnya kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas perusahaan yang mengarah pada keinginan perusahaan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu didapat, karena selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, antara lain membuka lapangan pekerjaan, menyediakan kebutuhan masyarakat dan pembayaran pajak bagi pemerintah.
            Bisnis yang baik selalu mempunyai misi tertentu yang luhur dan tidak sekedar mencari keuntungan, akan tetapi harus dapat meningkatkan standar hidup masyarakat dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan kebutuhan secara baik. Bisnis yang hanya mencari keuntungan telah menyebabkan perilaku yang menjurus menghalalkan segala cara demi mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan nilai-nilai manusiawi lainnya.
            Sekarang ini perusahaan dihadapkan pada persaingan global dengan linkungan yang berubah secara cepat. Perekonomian kapitalis yang pada prakteknya sering mengabaikan kepentingan sosial dan lingkungan, perlahan namun pasti sudah mulai mengadopsi nilai-nilai sosial. Perekonomian kapitalisme yang dulu hanya menekankan pada aspek pertumbuhan skala makro dan maksimalisasi laba berkelanjutan pada skala perusahaan, sekarang mulai memperhatikan kepentingan di luar laba. Hal ini menuntut manajemen perusahaan untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan stockholders, tetapi lebih pada kepentingan stakeholders.
            Munculnya akuntansi sosial tidak terlepas dari kesadaran perusahaan terhadap kepentingan lain selain untuk memaksimalkan laba bagi perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa mereka selalu bersinggungan dengan berbagai kontroversi dan masalah sosial sehingga perusahaan mulai memperhartikan hubungan dengan lingkungan sosial.
            Akuntansi untuk pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan pertanggungjawaban organisasi (perusahaan) diluar batas-batas akuntansi keuangan tradisional, yaitu menyediakan laporan keuangan tidak hanya kepada pemilik modal khususnya pemegang saham. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab yang lebih luas  dan tidak sekedar mencari uang untuk para pemegang saham tetapi juga bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders. Hal ini terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang telah mengakomodasi hal tersebut, yaitu dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 1 paragraph ke-9 :
”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”  

            Laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemilik dan kreditur ternyata belum mencukupi. Dapat dikatakan, entitas perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba sebanyak-banyaknya bagi entitas tetapi juga dituntut untuk menghasilkan benefit yang maksimal bagi masyarakat umum dan lingkungan sosial, karena pengguna laporan keuangan tidak terbatas kepada pemegang saham, calon investor, kreditur dan pemerintah semata tetapi juga untuk stakeholder yang lain.
            Dalam penerapannya, akuntansi pertanggungjawaban sosial mengalami berbagai kendala, terutama dalam masalah pengukuran elemen-elemen sosial dan dalam rangka penyajiannya di laporan keuangan yang bersifat kuantitatif. Masalah pengukuran timbul terutama karena tidak semua elemen sosial dapat diukur dengan satuan uang serta belum terdapatnya standar akuntansi yang baku mengenai pengukuran dan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
            Perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai mempedulikan lingkungan sosialnya, mengingat pentingnya aspek sosial tersebut. Wujud perhatian itu tampak pada kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan. Akuntansi yang merupakan bagian dari dunia usaha ikut memberikan kontribusi dalam merespon kepedulian sosial perusahaan dengan berkembangnya akuntansi sosial termasuk didalamnya pengungkapan aktivitas sosial dalam laporan keuangan tahunan perusahaan.

I.2. Rumusan Masalah
            Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka, penulis merumuskan beberapa permasalahan antara lain :
1.       Bagaimanakah perilaku sosial perusahaan dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya terhadap lingkungan sekitarnya ?
2.       Bagaimanakah laporan akuntansi pertanggungjawaban sosial untuk menilai kinerja sosial perusahaan pada PT”X” ?

I.3. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan penelitian ini adalah :
  1. Mengetahui perilaku sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya.
  2. Mengetahui laporan akuntansi pertanggungjawaban sosial untuk menilai kinerja sosial perusahaan.

I.4. Manfaat Penelitian
            Penulisan Skripsi ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
  1. Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban sosial yang dapat dilakukan pada suatu perusahaan
  2. Bermanfaat untuk membantu manajemen perusahaan untuk menyusun suatu laporan tentang biaya-biaya sosial dan laporan nilai tambah sebagai pelengkap dalam laporan keuangan untuk menunjukkan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
  3. Sebagai referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. Landasan Teori.
II.1.1. Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan
            Laporan keuangan memegang peranan penting yang memberikan berbagai informasi tentang kegiatan operasional perusahaan bagi bermacam-macam pihak. Definisi laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu :
”Laporan keuangan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara (seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”

            Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan serta laporan lain yang kesemuanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa laporan keuangan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak tergantung dari kebutuhannya.
            Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sifatnya adalah umum, dengan demikian kebutuhan informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap penggunanya karena para investor merupakan penanam modal yang sifatnya beresiko ke perusahaan maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investorlah yang memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
            Sementara itu di dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) diterangkan lebih lanjut mengenai tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
            Tujuan laporan keuangan juga disebutkan dalam Financial Accounting Standard Board, yaitu ”Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational in investment, credit and similar decisions”

II.1.2. Definisi Akuntansi
            Pada tahun 1941, the Committee on Therminology of America Institute of Public Accountants (Sekarang AICPA) memberikan definisi tentang akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) “Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in significant manner in terms of money, transactions and events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the results there of.”
            The American Accounting Association (AAA) memberikan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) : “Accounting is the process of identifying, measuring and communicating economic information to permit informed judgements and decision by user of information.”
            Dari pertanyaan tersebut, Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalammempertimbangkan berbagai alternative dalam mengambil keputusan oleh para pemakainya. Dalam hal ini akuntansi dinyatakan sebagai proses.
            Menurut Grady, seperti yang dikutip oleh Suwardjono (1991:2) :
“Accounting is the body of knowledge and functions concerned with systematic originating, authenticating, recording, classifying, processing, summarizing, analyzing, interpreting, and supplying of dependable and significant information covering transaction and events which are, in part at least, of financial character, required for the management and operation of entity and for reports that have to be submitted there on the meet fiduciary and other responsibility”  

            Definisi ini menjelaskan bahwa akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan sebagai hasil pemikiran para ahli (akuntan) untuk menghasilkan seperangkat informasi yang bermanfaat. Definisi ini juga mengisyaratkan adanya proses pemilihan informasi dan proses penyediaan / pengolahan informasi tersebut. Jadi akuntansi tidak semata-mata merupakan suatu pengetahuan yang bersifat mekanis atau ketrampilan akan tetapi melibatkan suatu proses pemikiran dan penalaran.
            Accounting Principles Boards (APB) Statement no. 4, menyatakan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:34) : “ Accounting is service activity. Its function is to provide quantitative information. Primarily financial in nature, about economics entities that is intended to be useful in making economic decisions, in making resolved choice among alternative courses of action.”
            Menurut pernyataan di atas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi yang bersifat kuantitatif yang bermanfaat dan pelaporannya untuk pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakainya.

II.1.3. Perkembangan Akuntansi
            Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 3-8) perkembangan akuntansi dalam peranan sosialnya terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1.      Stewardship Accounting
Stewardship Accounting dimulai sejak masa awal akuntansi yaitu sekitar 4500 SM hingga abad XVI. Tujuan utama akuntansi pada saat itu adalah menyediakan informasi tentang kekayaan pemilik. Pencatatan dipegang secara rahasia dan pelaporan kekayaannya tidak dipengaruhi oleh pihak luar, artinya, metode perhitungan, perlakuan akuntansi, serta penyajiannya disesuaikan dengan keinginan pemilik dan tingkat ketelitian dan keseragaman pelaporannya diragukan. Karena tidak seragam, maka laporan akuntansi antara pemilik yang berbeda tidak dapat dibandingkan, bahkan kemungkinan terjadi perbedaan perlakuan akuntansi pada periode yang berbeda dari pemilik yang sama. Laporan akuntansi dianggap sebagai catatan pribadi pemilik. Praktek akuntansi semakin berkembang di Italia pada awal masa Renaissance dan pada saat itu muncul metode pembukuan berpasangan (double-entry bookeeping) yang dikemukakan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul ”Summa de Arithmetica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang diterbitkan di Venice pada tahun 1494.
2.      Financial Accounting
Revolusi Industri pada  tahun 1760 melihat perubahan untuk perkembangan akuntansi. Berdirinya pabrik-pabrik membuat para pemilik perusahaan membutuhkan modal yang besar sehingga diterbitkan saham-saham oleh perusahaan yang memungkinkan publik menanamkan modalnya ke perusahaan. Pemilik perusahaan hanya menyetorkan modalnya pada perusahaan, dan kemudian memperoleh bagian dari laba perusahaan sebesar penyertaannya. Manajer yang mengelola pelaksanaan bisnis perusahaan dan memperoleh gaji sebagai imbalan jasanya pada perusahaan. Sehingga diperlukan suatu penyusunan laporan keuangan yang memberikan informasi kepada pemilik atau pemegang saham tentang pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal yang disetor para pemegang saham kepada perusahaan. Berbagai usaha dilakukan untuk menyajikan informasi yang akurat bagi para investor agar terhindar dari kesalahan investasi yang dilakukan pada masa itu.
3.      Management Accounting
Revolusi Industri memberikan peluang bagi pengembangan akuntansi sebagai alat bagi manajemen industri. Akuntansi manajemen mengubah fokus akuntansi dari proses pencatatan dan penganalisaan transaksi ke arah penggunaan informasi bagi manajemen untuk kepentingan pengembangan perusahaan.  

4.      The Social Welfare Viewpoint of Accounting
Tahap ini merupakan tahap baru dari perkembangan akuntansi karena adanya revolusi sosial yang terjadi di dunia barat pada tahun-tahun belakangan ini. Teknologi yang berkembang dengan cepat dan berlebihan terkadang membuat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Masyarakat menuntut untuk terpenuhinya kebutuhan akan barang dan jasa dan mereka juga menuntut perusahaan untuk mempertanggungjawabkan masalah-masalah lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap operasinya. Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan dari lingkup akuntansi, karena selain mempertimbangkan dampak ekonomi dari bisnis juga mempertimbangkan aspek sosialnya. Pihak manajemen diharapkan selain bertanggung jawab untuk memperoleh laba yang besar, juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan.
            Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan peranan akuntansi dalam masyarakat. Dari yang hanya memberikan informasi kepada pemilik tentang kekayaannya (stewardship accounting) hingga berperan untuk memberikan informasi atas dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan (the social welfare viewpoint of accounting). Hal ini terjadi karena pada dasarnya akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat.


II.1.4. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
II.1.4.1. Faktor Penyebab Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.
            Revolusi Industri pada pertengahan abad XVIII yang ditandai dengan penemuan mesin-mesin industri membawa dampak perubahan terhadap perkembangan akuntansi. Pertama, adanya perubahan cara produksi dari industri rumah tangga menuju ke sistem pabrik, sedangkan yang kedua adalah bertambah panjangnya periode produksi. Sistem pabrik menuntut modal yang besar, sedangkan pada tahap ini badan usaha persekutuan tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan modal. Lalu terbentuklah badan usaha yang lain yaitu perseroan terbatas. Bentuk ini dianggap paling memuaskan karena dana tidak memiliki batas waktu atau jatuh tempo dan relatif lebih mudah untuk ditambah, disamping memiliki tanggung jawab yang terbatas.
            Dengan berkembangnya badan usaha berbentuk PT, maka semakin banyaklah masyarakat dan institusi yang menjadi pemodal. Fungsi pendanaan lalu terpisah dari fungsi manajemen. Inilah yang kemudian dikenal orang sebagai revolusi manajemen. Dalam situasi ini, para pemegang saham tidak lagi mampu mencukupi sendiri informasi yang mereka butuhkan dan mereka tidak lagi terlibat dalam kegiatan manajemen. Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk membuat laporan keuangan sebagai sarana pertanggungjawaban dari manajer kepada para pemegang saham.
            Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya secara langsung atau tidak langsung berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dikatakan oleh Usmansyah (1989 : 6) bahwa sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan semuanya berasal dari masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu perusahaan harus memberikan pertanggungjawaban atas semua sumber daya yang telah digunakan serta hasil-hasil yang telah dicapainya.
            Pada abad XX yang ditandai dengan teknologi yang massive sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan perluasan usaha untuk meningkatkan produktivitas. Di bawah sistem kapitalis, perusahaan-perusahaan besar mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia untuk menghasilkan keluaran maksimum dengan satu tujuan yaitu maksimalisasai laba atau maksimalisasi kesejahteraan para pemegang saham. Masyarakat melihat perusahaan yang berlaba besar berperan aktif dalam proses perusakan lingkungan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Krisis lingkungan hidup yang dikeluhkan oleh masyarakat dewasa ini pada hakekatnya adalah pengejahwantahan krisis wawasan manusia. Masyarakat yang semakin kritis menuntut agar perusahaan mempertanggungjawabkan semua yang telah mereka terima dari lingkungan sosialnya dalam suatu laporan pertanggungjawaban sosial, lebih dari sekedar suatu kewajiban moral  yang selama ini berlaku di masyarakat.
 
II.1.4.2. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
            Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis dan pengungkapan pengaruh kegiatan ekonomi dan sosial dari kegiatan yang bersifat mikro dan makro pada kegiatan pemerintah maupun perusahaan. Kegiatan pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial suatu negara, mencakup akuntansi sosial dan pelaporan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungan yang mencakup, financial, managerial social accounting dan social auditing.
            Definisi akuntansi pertanggungjawaban sosial atau yang disebut juga akuntansi sosio ekonomi menurut Ramanathan seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Katjep (1988 : 8-9) yaitu :
”Proses pemilihan variabel-variabel yang akan menentukan tingkat kinerja sosial perusahaan, mengukur serta prosedur pengukuran, secara sistematis mengembangkan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan, dan mengkomunikasikannya kepada berbagai kelompok masyarakat yang dipengaruhinya baik di dalam maupun diluar perusahaan”.

            Menurut Harahap (1995 : 184): ”Ilmu Socio Economic Accounting (SEA) merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek Social Benefit dan  Social Cost yang ditimbulkan oleh lembaga”.
            Definisi akuntansi pertanggungjawaban sosial menurut Belkaoui (1999:339) adalah sebagai berikut : ”Proses pengurutan, pengukuran dan pengungkapan pengaruh yang kuat dari pertukaran antara suatu perusahaan dengan lingkungan sosialnya”. Sedangkan menurut Lee sebagaimana yang dikutip oleh Usmansyah (1989 : 33) menyatakan bahwa secara esensial konsep akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah suatu perluasan dari prinsip, praktek, dan terutama keahlian dari akuntan dan akuntansi konvensional.
            Pertukaran antara perusahaan dan masyarakat, pada dasarnya terdiri dari penggunaan sumber-sumber sosial. Apabila aktivitas perusahaan menyebabkan bertambahnya sumber sosial, maka hasilnya adalah berupa faidah sosial.
            Meskipun ada beberapa perbedaan dalam definisi tentang akuntansi pertanggungjawaban sosial, pada prinsipnya memiliki persamaan dalam karakteristiknya seperti yang ditulis oleh Lee dalam Usmansyah (1989:33) :
1.      Menilai dampak sosial dari kegiatan-kegiatan perusahaan.
2.      Mengukur efektifitas dari program perusahaan yang bersifat sosial.
3.      Melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya.
4.      Sistem informasi internal dan eksternal yang memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap sumber daya.

II.1.4.3. Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
            Brummet dalam Glautier dan Underdown (1986 : 477) membagi bidang-bidang yang menjadi tujuan sosial perusahaan menjadi lima, yaitu :
a)      Sumbangan terhadap laba bersih (net profit contribution)
Dengan meningkatnya perhatian terhadap tujuan sosial perusahaan, seharusnya tidak mengurangi tujuan perolehan laba. Sebab perusahaan tidak dapat melangsungkan usahanya tanpa perolehan laba yang layak. Sebaliknya, harusnya hal tersebut menambah arti pentingnya perolehan laba perusahaan. Artinya, ada korelasi yang jelas antara tujuan sosial dan tujuan memperoleh laba. Kegagalan mengakui adanya masalah sosial mungkin dapat mempengaruhi kinerja laba perusahaan, baik dalam jangka pendek ataupun dalam jangka waktu yang panjang.
b)      Sumbangan terhadap sumber daya manusia (human resources contribution)
Ini memperlihatkan tentang hubungan perusahaan dengan para pegawainya, yaitu semua yang terlibat dalam kegiatan perusahaan. Meliputi : pengangkatan pegawai, program pelatihan, pemberian upah dan gaji secara layak, kebijakan promosi jabatan dan rotasi tugas, keamanan kerja, pelayanan kesehatan yang memadai, lingkungan kerja yang nyaman, dan lain-lain.
c)      Sumbangan terhadap publik (public contribution)
Meliputi bidang-bidang yang menampakkan kegiatan perusahaan terhadap (kelompok) individu di luar perusahaan, yang antara lain meliputi: kegiatan kemanusiaan umum, praktek peluang kesempatan kerja yang adil, pembayaran pajak kepada pemerintah dan sebagainya.
d)     Sumbangan terhadap lingkungan (environmental contribution)
Meliputi pemberian perhatian terhadap aspek lingkungan produksi yang meliputi pemakaian sumber daya, proses produksi, dan produksi yang mencakup kegiatan daur ulang, penanggulangan pencemaran dan pemeliharaan lingkungan tempat perusahaan berdiri dan beroperasi.
e)      Sumbangan terhadap barang atau jasa (product or service contribution)
Meliputi aspek kualitatif produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan. Misalnya mengenai kegunaannya, daya tahannya, pengamanan dan pelayanannya yang diupayakan sebaik mungkin sesuai peran yang diemban, serta mencakup pula kepuasan pelanggan, kejujuran perusahaan dalam periklanan, kelengkapan dan kejelasan dalam pemberian segel dan pembungkusan.
            Di sisi lain,  The Committee on Accounting for Corporate Social Performance dari National Association of Accountants  yang dikutip oleh Edward dan Black (1976 : 549 – 550) mengidentifikasi dan mengklasifikasikan ruang lingkup dari pengaruh sosial perusahaan, yang keberadaannya dapat disesuaikan dengan jenis perusahaan, yaitu :
A.    Community Involvement :
1.      General Philanthropy
2.      Public and Private Transportation
3.      Health Service
4.      Housing
5.      Aid in Personal and Bussiness Problem
6.      Community Planning and Improvement
7.      Volunteer Activities.
8.      Specialized Food Program
9.      Education
B.     Human Resources :
1.      Employment Practices.
2.      Training Programs.
3.      Promotion Policies
4.      Employment Continuity
5.      Remuneration
6.      Working Conditions
7.      Drugs and Alcohol
8.      Job Enrichments
9.      Communications
C.    Physical Resources and Environmental Contribution
1.      Air
2.      Water
3.      Sound
4.      Solid Waste
5.      Use of Scare Resources
6.      Aesthetics


D.    Product or Service Contribution
1.      Completeness and Clarity of Labeling, Packing, and Market Representation
2.      Warranty Provisions
3.      Responsiveness to Customer Complains.
4.      Consumer Education
5.      Product Quality
6.      Product Safety
7.      Content and Frequency of Advertising
8.      Constructive Research.

Sedangkan menurut Harahap (2002 : 198 – 200), keterlibatan sosial perusahaan yang disesuaikan dengan keadaan di Negara Indonesia yaitu :
  1. Lingkungan hidup, antara lain : pengawasan terhadap efek polusi, perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam, keindahan lingkungan, pengurangan suara bising, penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan air limbah, riset dan pengembangan lingkungan, kerja sama dengan energi, antara lain : konservasi energi yang dilakukan perusahaan, penghematan energi dalam proses produksi dan lain-lain.
  2. Sumber Daya manusia dan Pendidikan, antara lain : keamanan dan kesehatan karyawan, pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan, menambah dan memperluas hak-hak karyawan, usaha untuk mendorong partisipasi, perbaikan pensiun, beasiswa, bantuan pada sekolah, pendirian sekolah, membantu pendidikan tinggi, riset dan pengembangan, pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, peningkatan karir karyawan dan lain-lain.
  3. Praktek Bisnis yang Jujur, antara lain : memperhatikan hak-hak karyawan wanita, jujur dalam iklan, kredit, servis, produk, jaminan, selalu mengontrol kualitas produk, dan lain-lain, pemerintah dan universitas, pembangunan lokasi rekreasi dan lain-lain.
  4. Membantu Masyarakat Lingkungan, antara lain : memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak campur tangan dalam struktur masyarakat, membangun klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah, perbaikan desa/kota, sumbangan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, perbaikan perumahan desa, bantuan dana, perbaikan sarana pengangkutan, pasar dan lain-lain.
  5. Kegiatan Seni dan Kebudayaan, antara lain : membantu lembaga seni dan budaya,sponsor kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan budaya dalam iklan, merekrut tenaga yang berbakat seni dan olah raga, dan lain-lain.
  6. Hubungan dengan Pemegang Saham, antara lain : sifat keterbukaan direksi pada semua persero, peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial, dan lain-lain.
  7. Hubungan dengan Pemerintah, antara lain : mentaati peraturan pemerintah, membatasi kegiatan lobbying, mengontrol kegiatan politik perusahaan, membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan, membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, membantu proyek dan kebijakan pemerintah, meingkatkan produktivitas sektor informal, pengembangan dan inovasi manajemen dan lain-lain.

II.1.4.4. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.
            Tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial menurut Belkaoui (1992:434), ”...is to measure and disclosure the costs and benefits to society created by the production-related activities of bussines enterprises”. Sedangkan menurut Ramanathan yang dikutip oleh Usmansyah (1988 : 21-22) menyatakan ada tiga tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
a)      Untuk mengidentifikasikan dan mengukur sumbangan sosial netto periodik dari suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya biaya dan manfaat yang diinternalisasikan ke dalam perusahaan, namun juga yang timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi bagian-bagian sosial yang berbeda.
b)      Untuk membantu menentukan apakah praktek dan strategi perusahaan yang secara langsung mempengaruhi sumber daya relative dan keadaan sosial adalah konsisten dengan prioritas-prioritas sosial pada satu sisi dan aspirasi-aspirasi individu pada sisi lainnya.
c)      Untuk menyediakan dengan cara yang optimal bagi semua kelompok sosial, informasi yang relevan mengenai tujuan, kebijakan, program, kinerja dan sumbangan perusahaan pada tujuan-tujuan sosial.

Informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi pertanggungjawaban sosial tidak hanya bemanfaat bagi anggota masyarakat dalam menilai kinerja sosial perusahaan, tetapi juga akan membantu manajemen mencapai tujuan, yaitu dengan meyakini adanya suatu perkembangan yang lebih menyeluruh yang telah diberikan kepada kebutuhan bisnis secara total dan penghargaan publik. Laporan sosial ini juga akan membantu manajemen berpikir mengenai akibat-akibat dari tindakan mereka sehingga manajemen dapat mengambil keputusan dengan lebih baik.


II.1.4.5. Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
            Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 484 – 485) ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk pedoman pengukuran dalam pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial, yaitu :
1.      Pendekatan Deskriptif ( the descriptive approach)
Pendekatan deskriptif dipandang sebagai pendekatan yang umum digunakan. Dalam laporan sosial deskriptif, informasi mengenai semua aktivitas sosial perusahaan dilaporkan dalam bentuk uraian (deskriptif). Jadi pada pendekatan ini, aktifitas-aktifitas sosial perusahaan dalam pelaporannya tidak dikuantifikasikan dalam satuan uang..
2.      Pendekatan biaya yang dikeluarkan (the cost of outlay approach)
Pendekatan biaya yang dikeluarkan menggambarkan semua aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dikuantifikasikan dalam satuan uang dan menjadi hal yang sebaliknya dari pendekatan deskriptif. Sehingga laporan yang dihasilkan oleh pendekatan biaya yang dikeluarkan mempunyai kemampuan untuk diperbandingkan antara laporan suatu tahun tertentu, dengan laporan tahun yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah tidak disajikannya manfaat yang diperoleh sehubungan dengan telah dikeluarkannya biaya untuk suatu kegiatan.
3.      Pendekatan biaya manfaat (the cost benefit approach)
Pendekatan biaya manfaat mengungkapkan baik biaya maupun manfaat dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Pendekatan biaya manfaat mungkin merupakan pendekatan yang paling ideal. Namun, dalam kenyatannya sulit untuk menerapkannya, antara lain karena tidak adanya alat ukur manfaat dari yang dihasilkan atas biaya yang telah dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas sosial perusahaan.
            Menurut Ansry Zulfikar seperti yang dikutip oleh Sonhaji (1989:9) memberikan beberapa teknik pengukuran yang dapat dipakai antara lain :
1.      Penilaian Pengganti
Jika nilai dari sesuatu tidak dapat langsung ditentukan, maka kita dapat mengestimasikannya dengan nilai suatu pengganti, yaitu sesuatu yang kira-kira mempunyai kegunaan yang sama dengan yang diukur.
2.      Teknik Survey
Teknik ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari mereka yang dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat yang dirugikan atau yang menerima manfaat. Pengumpulan informasi yang paling mudah adalah dengan bertanya langsung kepada anggota kelompok masyarakat yang ada.
3.      Biaya Perbaikan dan Pencegahan.
Untuk biaya-biaya sosial tertentu dapat dinilai dengan mengestimasi pengeluaran yang dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan.
4.      Penilaian dari Penilai Independen.
Penilai-penilai yang independen dapat berguna untuk menilai barang-barang tertentu. Hal ini analog dengan penilaian pengganti yang dilakukan oleh ahli dari luar perusahaan.

5.      Putusan Pengadilan
Putusan pengadilan, misalnya denda akibat dari suatu kegiatan yang sering menunjukkan nilai sosial.
            Bentuk laporan tanggung jawab sosial sampai saat ini belum ada yang baku. Di Amerika, yang merupakan kiblat akuntansi di negara kita, praktek pelaporannya masih dilaksanakan dengan tidak seragam antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Ada yang hanya menyajikan informasi sosial yang bersifat kualitatif sebagai catatan kaki atau keterangan tambahan pada penjelasan laporan keuangan. Ada yang menjalankannya dengan sederhana dan ada yang menjalankannya dengan kompleks.
            Menurut Estes seperti yang dikutip oleh Sonhaji (1989 : 9) menemukan adanya bermacam-macam praktek pelaporan akuntansi sosial untuk pihak luar. Tiga tingkat cara pelaporan social responsibility accounting lembaga masyarakat, diantaranya adalah :
1.      Praktek yang sederhana
Laporan ini hanya terdiri dari uraian yang tidak disertai dengan data kuantitatif,baik satuan uang maupun satuan yang lainnya.
2.      Praktek yang lebih maju
Selain yang ditunjukkan dalam metode yang sederhana seperti di atas, juga menggunakan data kuantitatif untuk menunjukkan apa yang sudah dicapai perusahaan


3.      Praktek yang paling maju.
Bentuk laporan yang selain berupa uraian data kualitatif dan kuantitatif perusahaan juga menyusun laporannya dalam bentuk neraca.
            Menurut Diller seperti yang dikutip oleh Harahap (2003 : 371) ada beberapa teknik pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
1.      Pengungkapan dalam syarat kepada pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2.      Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan
3.      Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.
 Contoh bentuk penyajian laporan pertanggungjawaban sosial tampak pada tabel 2.1.

II.1.5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
            Dalam essay Usmansyah (1989 : 31) mengutip Glautier dan Underdown, diterangkan ada tiga tahapan perkembangan filosofi manajemen yang menyangkut tanggung jawab, yatu :
1.      Tahapan pandangan manajemen klasik.
Pandangan ini muncul pada abad XIX dengan Milton Freudman sebagai pelopornya. Perusahaan berusaha dalam kapasitasnya untuk memenuhi permintaan pasar dan berusaha setinggi mungkin mencapai tingkat laba yang akan memuaskan pemiliknya. Disini, tidak diperhatikan dampak sosial dari kegiatan perusahaan dan mengabaikan usaha untuk mengatasi dampak sosial tersebut.
2.      Tahapan pandangan Manajemen Pertengahan.
Pandangan ini berkembang sekitar tahun 1970-an, dengan anggapan bahwa tujuan sosial penting dikaitkan dengan maksimalisasi laba. Manajer harus menyeimbangkan kepentingan pemilik perusahaan dengan kebutuhan para pegawai, pelanggan, pemasok dan masyarakat umum dalam pengambilan kebijakannya, untuk tujuan maksimalisasilaba di masa mendatang.
3.      Tahapan pandangan Manajemen Modern.
Pandangan ini beranggapan bahwa laba adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, dan bukannya merupakan tujuan itu sendiri. Harus terdapat pemenuhan kebutuhan yang sesuai, misal pegawai akan menerima tingkat gaji yang layak, pelanggan memperoleh produk dengan harga yang wajar dan mutu yang baik, pemenuhan kebutuhan pemilik terhadap modal yang lebih besar dan tingkat deviden yang tinggi dan sebagainya, di dalam kerangka yang tepat dan dapat diterima oleh masyarakat atau lingkungan sosial.
            Jadi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya secara langsung maupun tidak langsung harus mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dikatakan Usmansyah (1989 : 6) bahwa sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan semuanya berasal dari masyarakat. Oleh karenanya perusahaan seharusnya memberikan laporan kepada masyarakat umum tentang sumber-sumber ekonomi yang digunakan, hasil-hasil yang telah dicapai dan semua yang diakibatkan atas penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut, baik yang bersifat positif maupun negatif, dan hal tersebut sesuai dengan perkembangan yang terbaru dalam pandangan manajemen.
            Sejauh mana tanggung jawab sosial perusahaan itu ada ? Dalam Graff (1990 : 1942) terdapat dua pandangan dalam tanggung jawab sosial perusahaan yaitu :
  1. Pandangan yang sempit tentang tanggung jawab sosial, bahwa tujuan perusahaan hanyalah bersifat ekonomi. Penciptaan pekerjaan, memuaskan kebutuhan konsumen, dan menghasilkan laba merupakan tujuan utama, dan terlalu banyak perhatian pada tujuan sosial akan menjauhkan perusahaan dari tujuan-tujuan utama tadi.
  2. Pandangan yang luas tentang tanggung jawab sosial, bahwa perusahaan memandang tanggung jawab sosial merupakan hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan bisnis, dan tujuan sosial seharusnya menjadi bagian dari tujuan perusahaan secara utuh. Tanggung jawab sosial mempunyai kepentingan tersendiri dalam bisnis dan merupakan bagian penting dalam kehidupan bisnis modern.
Selaras dengan paham kedua, dinyatakan oleh ahmad sonhaji (1989 : 7), pada sisi modern perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana menciptakan laba yang maksimal, tetapi juga harus aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, atau yang langsung mempengaruhi kondisi sosial ekonomis anggota masyarakat. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat yang mempengaruhi atau dipengaruhinya, antara lain para pekerja, pemegang saham, penanam modal, konsumen dan pelangga, pemasok, lingkungan masyarakat sekitar, pesaing, serikat pekerja dan pemerintah. 



Tabel 2.1



LAPORAN KEGIATAN SOSIO EKONOMI DALAM BENTUK
LABA RUGI SOSIAL








I. Kaitan dengan Masyarakat





A. Perbaikan






1. Pelatihan Orang Cacat



xxx

2. Sumbangan kepada lembaga pendidikan


xxx

3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas


xxx

4. Biaya Penitipan Bayi



xxx

Total Perbaikan





XXX
B. Kerusakan.






1. Biaya Penundaan Pemasangan alat pengaman


(xxx)
C. Perbaikan Bersih untuk Masyarakat (I)


XXX








II. Kaitan dengan Lingkungan




A. Perbaikan






1. Reklamasi lahan dan Pembuatan Taman


xxx

2. Biaya Pemasangan Kontrol Polusi


xxx

3. Biaya Pematian Racun Limbah


xxx

Total Perbaikan





XXX
B. Kerusakan






1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk Reklamasi Pertambangan
(xxx)

2. Taksiran Biaya pemasangan penetralan racun air.

(xxx)

Total Kerusakan





(XXX)
C. Surplus / (Defisit) (II)




XXX








III. Kaitan dengan Produk





A. Perbaikan






1. Biaya Eksekutif saat melayani Komisi Pengamanan produk
xxx

2. Biaya penggantian cat beracun.


xxx

Total Perbaikan





XXX
B. Kerusakan






1. Pemasangan alat pengaman produksi



(xxx)
C. Net Perbaikan (III)




XXX








Saldo Kumulatif Net Perbaikan Tahun Lalu


XXX
Total Sosio Ekonomi (I+II+III)




(XXX)
Saldo Kumulatif Net Perbaikan Tahun Ini


XXX








Sumber : Harahap (2002 : 371-372)











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Pendekatan Penelitian
            Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian/penulisan skripsi ini adalah jenis metode kualitatif deskriptif  Metode kualitatif deskriptif melakukan analisis hanya pada taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas faktualnya sehingga selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
Metode deskriptif-studi menurut Subiyanto (1996 : 12) adalah metode yang dilakukan dengan meneliti secara mendalam terhadap suatu obyek penelitian yang dipilih dari beberapa keadaan yang dianggap sama serta merupakan penelitian yang memotret situasi sebagaimana adanya, sedetail mungkin dan lengkap, selanjutnya dianalisis dan disimpulkan sebagai penggambaran suatu situasi yang dianggap sama. Meskipun beberapa keadaan dianggap sama tetapi kesimpulan yang diambil tidak boleh digeneralisasi dengan kesimpulan secara menyeluruh terhadap kasus-kasus yang dianggap sama.

III.2. Ruang Lingkup Analisis
            Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pembahasan pada laporan keuangan perusahaan yang menyangkut biaya sosial perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan sekitarnya. Jadi, fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui aktifitas-aktifitas sosial perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada lingkungan sekitarnya. Tentunya aktifitas-aktifitas ini berpotensi untuk menambah biaya pada perusahaan yang akhirnya dapat mengurangi besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.

III.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan data

III.3.1. Jenis Data

            Adapun jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah :

1.      Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari sumber aslinya , data primer ini berupa :Hasil wawancara dengan manajer keuangan PT “X” dan observasi langsung terhadap objek penelitian.

2.      Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari pihak luar obyek penelitian yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan, literatur kuliah, makalah, jurnal, majalah dan koran serta literatur-litreratur lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini.




III.3.2. Prosedur Pengumpulan Data
            Sesuai dengan prosedur penulisan ilmiah pada umumnya, maka data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh dengan prosedur sebagai berikut :
a)      Survey pendahuluan, untuk memperoleh gambaran tentang keadaan obyek penelitian termasuk didalamnya sejarah obyek penelitian itu sendiri dan kondisi obyek penelitian saat ini serta melihat permasalahan yang akan diteliti melalui observasi langsung di perusahaan. Dalam observasi ini penulis selalu melakukan konsultasi dengan manajer keuangan perusahaan.
b)      Survey lapangan, untuk mendapatkan data dari obyek penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah :
1)      Wawancara
Dengan melalui wawancara secara langsung, diharapkan bisa memperoleh data yang diharpkan dan diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Menurut Yin (2002 : 108) wawancara bisa mengambil beberapa bentuk yaitu wawancara studi kasus bertipe open ended, tipe wawancara yang terfokus dan yang ketiga adalah tipe wawancara yang memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur sejalan dengan permintaan.
2)      Observasi
Observasi terdiri dari dua macam yaitu observasi langsung dan observasi partisipatif. Dalam penelitian ini peneliti lebih menggunakan kedua macam observasi tersebut. Observasi langsung digunakan karena bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang obyek penelitian yang akan diteliti  sedangkan observasi partisipatif digunakan karena jenis observasi ini menempatkan peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti.
3)      Dokumentasi
Dengan metode ini data dari dokumen-dokumen serta catatan yang ada pada obyek penelitian dilihat, dicatat dan dipelajari.
c)      Analisis dan pengolahan data, untuk membandingkan keadaan di obyek penelitian dari survey pendahuluan dan survey lapangan dengan landasan teori hasil kepustakaan.

III.4. Teknik Analisis.
            Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1.      Mengumpulkan data obyek penelitian yang berupa gambaran umum perusahaan, laporan keuangan perusahaan untuk beberapa periode akuntansi, laporan yang berisi tentang biaya-biaya sosial yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang meliputi sumbangan kepada masyarakat setempat, biaya program kerja perusahaan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat sekitarnya dan data-data lain yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan misalnya biaya pengolahan limbah.
2.      Melakukan wawancara dengan Manajer keuangan dan beberapa staf keuangan perusahaan yang berkaitan dengan penyusunan anggaran dan realisasi pengeluaran mengenai biaya sosial perusahaan. dan dokumentasi data – data pendukung yang menunjukkan besarnya biaya sosial perusahaan.
3.      Mengolah data yang diperoleh, yaitu laporan keuangan perusahaan untuk beberapa periode akuntansi, laporan yang berisi tentang biaya-biaya sosial yang telah dikeluarkan oleh perusahaan sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan yang diangkat.
4.      Melakukan pembahasan dan analisis data yang tersedia agar dapat memberikan alternatif pemecahan permasalahan bagi perusahaan yang sesuai dengan literatur yang ada.
5.      Memberikan kesimpulan atas hasil pembahasan yang sesuai bidang permasalahan.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Deskripsi Umum Perusahaan
            PT. “X” merupakan suatu perusahaan dalam negeri yang berpengalaman dalam memproduksi berbagai macam pipa baja atau tabung dan berbagai produk terkait lainnya, serta selalu inovatif dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik para konsumennya.
            PT. “X” didirikan pada tanggal 30 Januari 1971 berdasarkan akta notaris no. 109 dari Djojo Muljadi, SH. Notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/213/10 tanggal 30 Desember 1971 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 42 tanggal 26 Mei 1972, tambahan No. 196. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, trakhir dengan akta notaris no. 10 tanggal 5 April 2000 dari Wachid Hasyim, SH. Notaris di Surabaya mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-undang perseroan No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Peningkatan Jumlah Modal Dasar Perusahaan. Akta perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, dalam surat keputusannya no. C-10247. HT.01.04.TH 2000 tanggal 15 Mei 2000, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No 52 tanggal 30 Juni 2000, tambahan No. 3376.
            Perubahan berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Surabaya dan Pasuruan. Kantor pusat perusahaan beralamat di jalan Kalibutuh 189 – 191 Surabaya, serta kantor perwakilan yang beralamat di jalan Pangeran Jayakarta no. 55 Jakarta. Saat ini perusahaan mempekerjakan sekitar 1.433 karyawan pada tahun 2004 dan 1043 karyawan pada tahun 2003 dan mengoperasikan 4 unit pabrik yang modern dengan luas sebagai berikut :
-        Unit I     : Rungkut Industri I – Surabaya, Pipa baja las lurus serta jasa galvanisasi
-        Unit II    : Rungkut Industri II – Surabaya, Stainless Steel.
-        Unit III  : Warugunung – Surabaya, pipa baja lals lurus, jasa galvanisasi serta jasa fabrikasi.
-        Unit IV  : Beji – Pasuruan, pipa baja las spiral dan jasa pelapisan pipa (coating)
            Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Pemegang Saham Perusahaan seperti yang tercantum dalam akta No. 95 tanggal 10 Desember 1997 dari Siti Rachmayanti,S.H., kandidat notaris pengganti dari Adam Kasdarmadji,S.H., para pemegang saham telah menyetujui penggabungan usaha (merger) dengan menggunakan metode Polling of Interest dengan Perusahaan Dagang dan Industri PT. Radjin.
            Sesuai Akta Perubahan Perjanjian Penggabungan Usaha (merger) No. 17 tanggal 5 Maret 1998 dibuat oleh Drs. H. Ma’us Tamin,S.H. Kandidat notaris pengganti dari notaris Adam Kasdarmadji,S.H. Para pemegang saham telah menyetujui perubahan berlaku efektifnya penggabungan tersebut menjadi secara operasional terhitung satu hari sejak tanggal terakhir dalam bulan di mana perusahaan mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia atas Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 97 tanggal 10 Desember 1997.
            Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup perusahaan adalah Industri Logam, Pipa Baja, serta Pengalbanian Pipa Baja. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1972. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri termasuk USA, Australia, Singapura dan Timor Timur dan masih banyak lagi. Produk utama yang dihasilkan PT. “X” adalah :
1.      Carbon Steel, ERW Pipes, NB 3/8” - 8” dengan kapasitas produksi 174.000 MT/th.
2.      Stainless Steel Pipe, NB 5/8” – 4”, dengan kapasitas produksi 1.500 MT/th.
3.      Spiral Walded Steel Pipe, NB 8” – 12”, dengan kapasitas produksi 120.000 MT/th.
4.      Steel Pole, dengan kapasitas produksi 30.000 MT/th.

Kegiatan service/jasa yang dilakukan PT. “X” antara lain :
1.      Inside Cement Moor Lining
2.      Outside Wrapping Tape / Coaltar Enamel
3.      Shearing Service
4.      General galvaning
5.      Slitting Service
Selain itu PT. “X” telah mengembangkan usahanya guna memproduksi:
1.      Steel Lighting Pole
2.      Steel Seafolding
3.      General Construction
4.      Galvanized Fish Box
5.      Accessories for Electrical Pole
6.      Fitting Spiral Welded Pipe
7.      Galvanized Steel Construction
8.      Telephone Pole
9.      Steel Palled
            Perusahaan memiliki secara langsung dengan persentase pemilikan 99,99% yaitu PT. Indoralatama Prima yang bergerak dalam bidang industri pemotongan, penipisan, dan pemrosesan plat/lembaran baja yang berlokasi di jalan Kalibutuh 189-191 Surabaya. Sejak awal tahun 1997 anak perusahaan ini sudah tidak beroperasi lagi.

4.1.2. Struktur Organisasi
            Struktur organisasi suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Hal ini disebabkan karena karakteristik dan kebutuhan yang berbeda, sehingga struktur organisasi setiap perusahaan disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhannya.
            Struktur organisasi merupakan pedoman dalam menggambarkan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas akan mempertegas kedudukan dan tugas masing-masing bagian yang ada di dalamnya, sehingga dapat memperlancar pola kerjasama yang baik demi kelancaran aktivitas perusahaan.
            Struktur organisasi yang ada pada PT. “X” dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya, sedangkan untuk lebih jelas atas tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi akan diuraikan sebagai berikut :
            Pembahasan
            Identifikasi aktivitas sosial perusahaan
Sesuai dengan ruang lingkup akuntansi pertanggungjawaban sosial yang diperoleh dari literatur dan juga pengamatan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, maka aktivitas sosial yang telah dilakukan perusahaan dikelompokkan menjadi :
a.       Kontribusi kepada masyarakat.
b.      Kontribusi terhadap lingkungan hidup
c.       Kontribusi terhadap sumber daya manusia
d.      Kontribusi terhadap produk dan jasa
Kontribusi kepada masyarakat terdiri dari sumbangan sosial serta bantuan untuk festival dan hiburan rakyat. Sumbangan sosial ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan untuk membantu organisasi-organisasi nirlaba, organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi warga seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau bahkan instansi pemerintah seperti kelurahan dan kecamatan serta instansi militer misalnya KODIM, KORAMIL dan Kepolisian. Perusahaan sering ikut membantu organisasi-organisasi tersebut yang mengajukan permohonan bantuan. Bantuan itu bisa berupa pemberian uang secara tunai, atau ikut mensponsori kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti festival rakyat dan hiburan rakyat. Pemberian bantuan tersebut bertujuan untuk semakin mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar, selain itu pemberian sumbangan juga dimaksudkan sebagai sarana publikasi perusahaan. Sedangkan manfaat lain dari pemberian sumbangan tersebut adalah untuk memberikan biaya kompensasi terhadap masyarakat sekitar yang mungkin terganggu dengan adanya aktifitas perusahaan. Distribusi terhadap lingkungan masyarakat ini dilakukan perusahaan setiap tahun dengan jumlah yang tidak tetap, tergantung dari kebijakan perusahaan.
Suatu perusahaan manufaktur akan selalu memanfaatkan sumber daya alam untuk beroperasi baik langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya, hasil dari operasional tersebut sering menghasilkan efek negatif bagi lingkungan hidup. Itulah sebabnya setiap tahun perusahaan selalu mengeluarkan biaya pemeliharaan lingkungan hidup. Biaya tersebut antara lain dipergunakan untuk pembuatan dan pemeliharaan fasilitas pengolahan air limbah yang ada disekitar lokasi pabrik, yang mana fasilitas pengolahan air limbah tersebut akan banyak membantu kenyamanan lingkungan di sekitar pabrik. Selain itu perusahaan juga melakukan pembuatan taman agar lokasi di sekitar pabrik menjadi terlihat asri.
Kesejahteraan karyawan mendapat perhatian khusus dari perusahaan karena hal tersebut berhubungan dengan tingkat produktifitas kerja yang mana secara tidak langsung juga akan berhubungan dengan laba perusahaan. Oleh karena itu perusahaan menerapkan program-program yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan antara lain :
a.       Mengikutkan karyawan pada program Jamsostek.
b.      Memberikan pengganti biaya pengobatan untuk karyawan dan keluarganya.
c.       Pelatihan bagi pegawai
d.      Memberikan tunjangan hari tua
e.       Penghargaan khusus bagi karyawan yang berprestasi.
f.       Memberikan pesangon kepada karyawan yang telah lepas hubungan kerja dengan pihak perusahaan secara sah.
Aktifitas yang berhubungan dengan produk dan jasa antara lain adalah penelitian dan pengembangan terhadap produk dan jasa yang dihasilkan. Penelitian dan pengembangan produk dan jasa ini terkait dengan keamanan dan kenyamanan konsumen dalam menggunakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini penting dilakukan  karena konsumen sebagai pengguna produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan pasti akan memilih produk yang aman untuk digunakan bagi mereka. Selain itu riset pasar juga gencar dilakukan agar perusahaan dapat melakukan pemetaan terhadap pasar yang membutuhkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahan.
            Akuntansi Pertanggungjawaban sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya.
Pada bagian pendahuluan dan tinjauan pustaka dijelaskan bahwa belum terdapat bentuk baku pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, akan tetapi laporan hasil pertanggungjawaban sosial tersebut pada dasarnya sesuai dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dengan memberikan sumbangan atau kontribusi kepada berbagai pihak yang berperan dalam perusahaan. Baik itu pihak internal yaitu manajemen beserta karyawannya maupun pihak eksternal yaitu masyarakat sekitar.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah pendekatan biaya yang dikeluarkan, yang menggambarkan semua pengeluaran dalam satuan uang untuk setiap kegiatan sosial yang telah dilakukan perusahaan. Pendekatan ini menyajikan daftar pengeluaran dari masing-masing aktifitas sosial perusahaan yang diukur dalam satuan uang. Pendekatan ini dapat menggambarkan comparability, yaitu hasil satu tahun dapat dibandingkan dengan tahun lainnya, dalam hal-hal yang berhubungan dengan komitmen keuangan untuk kegiatan sosial.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu kontribusi perusahaan kepada masyarakat, lingkungan hidup, sumber daya manusia serta produk dan jasa. Pengelompokkan ini didasarkan atas pengamatan terhadap rincian biaya-biaya perusahaan. Besarnya kontribusi perusahaan terhadap masing-masing lingkungan sosial untuk tahun 2003 dan 2004 dapat dilihat dalam laporan biaya sosial pada tabel 4.1.
Kontribusi kepada masyarakat menggambarkan peran aktif perusahaan dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar baik yang bersifat produktif maupun kegiatan sosial. Kelompok biaya sosial ini terdiri dari sumbangan sosial serta biaya sponsorship (untuk festival  atau hiburan rakyat). Kontribusi terhadap lingkungan hidup merupakan partisipasi perusahaan dalam merawat dan memperbaiki kondisi lingkungan hidup. Dalam rincian biaya perusahaan terdapat dua jenis biaya yang termasuk dalam kategori ini, yaitu biaya pengolahan limbah dan biaya reklamasi lahan dan pembuatan taman.
Kontribusi terhadap sumber daya manusia merupakan upaya perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan harapan dapat meningkatkan kinerja mereka. Karena dengan meningkatnya kinerja karyawan maka produksi perusahaan dapat meningkat dan akhirnya laba perusahaan menjadi meningkat pula. Iuran Jamsostek, Tunjangan Hari Raya, pengobatan, pelatihan pegawai dan pesangon didapatkan dari biaya tenaga kerja langsung, overhead pabrik, biaya penjualan serta biaya umum dan administrasi. Penghargaan khusus bagi karyawan didapat dari biaya lain-lain.
Tabel. 4.1.
PT"X"
Laporan Biaya Sosial
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2003 dan 2004



Uraian
31-Des-03
31-Des-04
Kontribusi kepada Masyarakat


Sumbangan Sosial
125.990.700
125.990.700
Biaya Sponsorship
10.250.000
15.000.000
Total Kontribusi Kepada Masyarakat
136.240.700
140.990.700
Proporsi (%)
10,94
9,87



Kontribusi kepada Lingkungan Hidup


Pengolahan Limbah
100.765.750
120.457.431
Reklamasi Lahan dan Pembuatan taman
85.154.650
100.654.741
Total Kontribusi kepada Lingkungan Hidup
185.920.400
221.112.172
Proporsi (%)
14,93
15,47



Kontribusi kepada Sumber Daya Manusia


Iuran JAMSOSTEK
75.037.523
100.258.963
Pengobatan
112.556.285
200.517.926
Pelatihan Pegawai
300.150.090
357.264.581
Pesangon dan Sumbangan
412.706.374
389.254.156
Penghargaan Khusus
22.511.257
19.512.764
Total Kontribusi kepada Sumber Daya Manusia
922.961.529
1.066.808.390
Proporsi (%)
74,13
74,66



TOTAL BIAYA SOSIAL
1.245.122.629
1.428.911.262
Sumber : Data Internal Perusahaan yang telah diolah
Dari laporan biaya sosial pada tabel 4.1. tampak bahwa total biaya sosial yang dialokasikan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 mengalami penurunan sebesar Rp 434.324.025,75. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya angka penjualan bersih selama tahun 2004. Menurunnya angka penjualan bersih tersebut akhirnya mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam mengalokasikan sebagian dananya untuk aktivitas sosial sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan. Diperlukan suatu informasi mengenai perbedaan antara besarnya penurunan penjualan bersih dengan biaya sosial. Hal ini juga dapat diketahui dari perbandingan biaya sosial terhadap penjualan bersih dari tahun 2003 dan tahun 2004 yang tercantum dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Proporsi Biaya Sosial terhadap Penjualan Bersih

2003
2004
Prosentase Kenaikan

Penjualan Bersih
585.128.500.000
895.270.861.000
34,64
Biaya Sosial
1.245.122.629
1.428.911.262
12,86
Proporsi
0,21
0,16
0,05
Sumber : Data internal Perusahaan yang telah diolah
            Dari tabel 4.2. tampak bahwa pada tahun 2003 penjualan bersih perusahaan sebesar Rp. 585.128.500.000 sedangkan biaya sosial yang dialokasikan adalah Rp. 1.245.122.629  atau 0,21 % dari penjualan bersih. Sedangkan di tahun 2004 penjualan bersih mengalami kenaikan yang cukup tajam menjadi sebesar Rp, 895.270.861.000,00 atau mengalami kenaikan sebesar 34,64 % dari tahun sebelumnya sehingga alokasi biaya sosialpun mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 1.428.911.262,00 atau mengalami kenaikan sebesar 12,86 % dari tahun sebelumnya. Sehingga proporsi biaya sosial ditinjau dari jumlah pengeluarannya mengalami kenaikan sebesar Rp. 183.788.633,00 namun jika dilihat dari prosentase proporsinya biaya sosial mengalami penurunan sebesar 0,05 % dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 0,21 %.
            Proporsi biaya sosial untuk Kontribusi kepada masyarakat dilihat dari prosentasenya mengalami penurunan sebesar 1,07 % dari 10,94 % pada tahun 2003 menjadi 9,87 % pada tahun 2004, namun dilihat dari jumlahnya mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.750.000,00 hal ini disebabkan oleh kontribusi yang diberikan perusahaan kepada Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan instansi pemerintah seperti kelurahan dan kecamatan serta instansi militer (KODIM, KORAMIL dan Kepolisian) setempat tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi. Sedangkan pada tahun 2004 karena permohonan untuk menjadi sponsor dalam berbagai kegiatan bertambah maka manajemen mengambil kebijakan menambah alokasi biaya sponsorship. Namun alokasi tersebut tidak terlalu signifikan terhadap kenaikan biaya sosial perusahaan.
            Proporsi biaya sosial untuk Kontribusi kepada lingkungan hidup mengalami kenaikan 0,54 % dari 14,93 % pada tahun 2003 menjadi 15,47 % pada tahun 2004.  Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya tingkat produksi perusahaan sehingga tingkat pengolahan limbah pun menjadi meningkat hal tersebut juga diikuti dengan peningkatan biaya untuk melakukan perawatan taman dan reklamasi lahan.
            Peningkatan besarnya biaya pengolahan limbah industri dilakukan oleh perusahaan dilakukan mengingat meningkatnya volume produksi, sehingga limbah pabrik menjadi meningkat. Namun peningkatan sebesar Rp. 19.691.681,00 tersebut sangatlah kecil jika dibandingkan dengan peningkatan volume penjualan yang sebesar Rp. 310.142.361.000,00 atau hanya sekitar 0,0006 % dari peningkatan volume penjualan.
            Sedangkan reklamasi lahan dan pembuatan tanah dilakukan oleh perusahaan agar lingkungan sekitar perusahaan tetap terjaga keasriannya. Karena dengan meningkatnya aktivitas perusahaan, maka volume polusi udara juga pasti akan meningkat. Namun rekalamasi lahan dan pembuatan taman ini tidak secara langsung dipengaruhi oleh kapasitas produksi perusahaan, karena reklamasi lahan dan pembuatan taman tetap akan dilakukan meskipun kapasitas produksi menurun. 
            Pada proporsi biaya sosial untuk kontribusi kepada sumber daya manusia. Pada bagian ini walaupun secara jumlah biaya mengalami kenaikan sebesar Rp. 143.846.862,00 dari Rp. 922.961.529,00 pada tahun 2003 menjadi Rp. 1.066.808.390,00 pada tahun 2004 namun secara prosentase hanya meningkat sebesar 0,53 %. Hal ini disebabkan oleh besarnya proporsi untuk kontribusi kepada masyarakat terhadap total biaya sosial. Hal ini sangatlah wajar, mengingat PT”X” merupakan perusahaan yang bersifat Labour Insentif sehingga biaya tenaga kerja memiliki jumlah yang besar dalam struktur biayanya.
            Peningkatan Iuran JAMSOSTEK sebesar 25,16 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp. 75.037.523,00 menjadi Rp. 100.258.963,00 pada tahun 2004 dikarenakan terjadi peningkatan jumlah pegawai pada tahun 2004. Hal ini dilakukan karena terjadi peningkatan permintaan (demand) dari pasar terhadap produk, sehingga mengakibatkan perusahaan mengambil kebijakan untuk meakukan rekrutmen pegawai. Namun peningkatan ini tidak terlalau signifikan jika dibandingkan dengan banyaknya karyawan yang direkrut.
            Peningkatan biaya pengobatan karyawan beserta keluarganya sebesar 43,87 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp. 112.556.285,00 menjadi Rp. 200.517.926,00 pada tahun 2004 atau meningkat sebesar Rp, 87.961.642,00 tidak secara langsung dipengaruhi oleh meningkatnya volume produksi perusahaan, namun hanya karena komitmen manajemen untuk lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya. Karena kesejahteraan karyawan beserta keluarganya akan mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap ketenangan  kerja karyawan. Kalau karyawan sudah merasa tenang dalam bekerja, maka produktifitas kerja pun akan meningkat.
            Peningkatan biaya pelatihan pegawai sebesar 15,99% dari tahun 2003 yang sebesar Rp. 300.150.090,00 menjadi Rp. 357.264.581,00 atau sebesar Rp. 57.114.491,00 dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah pegawai pada tahun 2004. Sehingga mengharuskan perusahaan untuk melakukan pelatihan bagi karyawan-karyawan baru agar karyawan baru tersbut dapat memahami proses produksi yang ada di perusahaan.
            Penurunan biaya pesangon dan sumbangan sebesar 6,02 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp. 412.706.374,00 menjadi Rp. 389.254.156,00 atau sebesar Rp. 23.452.218,00 disebabkan oleh menurunnya jumlah karyawan yang pensiun atau mengundurkan diri. Hal ini secara tidak langsung disebabkan oleh komitmen perusahaan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan, sehingga karyawanpun menjadi merasa nyaman dalam bekerja dan tidak ingin keluar atau mengundurkan diri.
            Menurunnya biaya penghargaan khusus sebesar 15,37 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp, 22.511.257,00 menjadi Rp. 19.512.764,00 pada tahun 2004 atau sebesar Rp. 2.998.493,00 tidak berarti menurunnya prestasi kerja karyawan. Namun hal ini disebabkan oleh kebijakan manajemen untuk lebih selektif dalam menentukan kriteria-kriteria bagi karyawan yang berprestasi atau berjasa terhadap perusahaan. Hal ini juga disebabkan oleh kebijakan manajemen dalam hal kesejahteraan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga karyawan menjadi tidak manja dan seenaknya sendiri yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan.
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN.
            Dari uraian diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan terhadap perilaku sosial PT “X” terhadap lingkungan sekitarnya. Kesimpulan itu antara lain adalah :
1.      PT “X” telah melakukan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya yang terkait dengan masyarakat, lingkungan dan sumber daya manusia. Walaupun belum secara proporsional mengalokasikan biayanya untuk masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan kecilnya proporsi biaya sosial terhadap penjualan bersih perusahaan.
2.      PT ”X” belum melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kontribusi terhadap produk dan jasa, karena dalam laporan biaya sosial yang ada, PT “X” tidak mengalokasikan biaya untuk produk dan jasa. Padahal biaya sosial untuk  kontribusi terhadap produk dan jasa ini penting untuk dialokasikan agar konsumen merasa aman dan terjaga bila terjadi sesuatu terhadap hasil produksi perusahaan.
3.      Pihak manajemen dalam hal komitmen untuk menyejahterakan karyawan telah mempunyai komitmen yang jelas, hal ini dibuktikan dengan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan terkait dengan kesejahteraan karyawan.


V.2. SARAN
            Secara umum saran yang bisa diberikan oleh penulis adalah
1.      Kepada Pihak Perusahaan.
Perlu dialokasikan biaya sosial untuk kontribusi terhadap produk dan jasa, karena produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak mungkin 100 % tanpa cacat, walaupun telah melalui proses standardisasi mutu. Kontribusi terhadap produk dan jasa ini bisa dilakukan dalam bentuk mengasuransikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan atau mengasuransikan pengguna dari produk perusahaan. Sehingga konsumen akan merasa nyaman dan aman jika memakai produk yang dihasilkan. Walaupun belum ada standard yang jelas terhadap biaya sosial ini, dapat dijadikan pertimbangan pengalokasian biaya sosial untuk kontibusi terhadap produk dan jasa.
2.      Kepada Pihak Pemerintah.
Disarankan untuk segera membuat aturan yang berisi tentang format baku laporan biaya sosial perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya baik itu bentuk laporannya maupun besarnya proporsi biaya sosial tersebut terhadap penjualan atau laba bersih perusahaan. Sehingga pemerintah mempunyai tolok ukur yang jelas terhadap perusahaan-perusahaan yang mempunyai atau tidak mempunyai tanggung jawab sosial pada lingkungan sekitarnya dan terhadap perusahaan yang tidak memenuhi aturan tersebut bisa dikenakan sanksi baik administratif ataupun sanksi hukum.


PERANAN PERILAKU SOSIAL PT “X”
SEBAGAI BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA

SKRIPSI S-1
JURUSAN AKUNTANSI












DIAJUKAN OLEH :
ESI LUTFIANA
040234402 – E





FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2006

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ............................................................................     1
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................     4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................    4
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................     4
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Landasan Teori ...................................................................................................            6
2.1.1. Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan....................................................     6
2.1.2. Definisi Akuntansi.................... ................................................................     7
2.1.3. Perkembangan Akuntansi.......... ...............................................................     9
2.1.4. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial......................................................   12
     2.1.4.1.Faktor Penyebab Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial   12
     2.1.4.2.Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial ...............................    13
     2.1.4.3.Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial....................    20
     2.1.4.4.Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.................................     21
     2.1.4.4.Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial...   21
2.1.5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan........................................................... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................................   28
3.2. Ruang Lingkup Analisis ....................................................................................   28
3.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………......   29
3.3.1. Jenis Data ……………………………………………………………......   29
3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………………….            30
3.5. Teknik Analisis ….......………………………………………………………...   31
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ..................................................................   33
4.1.1. Deskripsi Umum Perusahaan................... ................................................    33
4.1.2. Struktur Organisasi ...................................................................................   37
4.2. Pembahasan ........................................................................................................            39
4.2.1. Identifikasi Aktivitas Sosial Perusahaan.............. .....................................      39
4.2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Sebagai bentuk tanggung jawab
          Sosial Perusahaan terhadap lingkungannya........................................ ......   42
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN                                                                            
5.1. Simpulan ............................................................................................................   50
5.2. Saran ..................................................................................................................   51
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Bagraff. 1997. Penerapan Akuntansi Sosio Ekonomi dengan Menggunakan Pendekatan Biaya yang Dikeluarkan dan Laporan Nilai Tambah (Studi Kasus pada PT. Jaya Pari Steel Corp.Ltd. Surabaya). Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.

Alam, Solihin Makmur. 2003. Value Added Statement : Salah Satu Wujud Pertanggungjawaban Perusahaan Kepada Stakeholders. Media Akuntansi. Media Akuntansi, No.34 (Juni-Juli) : 50-53

Belkaoui, Ahmed R. 1999. Teori Akuntansi. Terjemahan. Yogyakarta : AK Group.

-----------. 2000. Accounting Theory. Fourth Edition. Ilinois : Business Press.

Ghozali, Imam. 1989. Pentingnya ALporan Nilai Tambah sebagai Pelengkap Laporan Keuangan. Akuntansi, No.10 (Oktober).

Glautier, MWE., B> Underdown. 1986. Accounting Theory and Practice. Third Edition. London : Pitman Publishing Ltd.

----------. 2001. Accounting Theory and Practice. Seventh Edition. Prentice Hall International.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

IAI. 2002. Standar akuntansi Keuangan. Salemba empat.

Indah. 2003. Pengguna Laporan Pertanggungjawaban Sosial dengan Laporan Nilai Tambah dengan Pendekatan Bruto untuk Menilai Kinerja Sosial PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III. Fakultas ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.

Jogiyanto. 2001. Analisis dan Desain, Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Edisi Kedua. Yogyakarta : ANDI.

Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory. Third Edition. New York : John Willey & Sons Inc.

Kumalahadi. 2000. Prespektif Pragmatik, Lingkungan dan Sosial dalan Laporan Keuangan : Peningkatan Keuangan dan Pertanggungjawaban. Jurnal Akuntansi dan Audit Indonesia, Vol.4, No. 1 (Juni).

Kusmanadji. 1989. Laporan Nilai Tambah Dalam Praktek Pelaporan Keuangan. Akuntansi, No.10 (Oktober).

Sonhadji, Achmad. 1989. Akuntansi sosial : Peranannya dalam Mengukur Tanggung Jawab sosial Perusahaan, Suatu tinjauan Analitis. Akuntansi, No.10 (Oktober).

Suwardjono. 1989. Teori Akuntansi : Perekayasaan akuntansi Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Suwaldiman. 2000. Pentingnya Pertimbangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Penetapan Tujuan Pelaporan Keuangan Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Audit Indonesia, Vol.4, No.1 (Juni) : 68.

Usmansyah. 1989. Telaah alternatif Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial di Indonesia. Akuntansi, No.10 (Oktober).

Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.













0 komentar:

Post a Comment

 

Pengikut

Copyright © ZONA SKRIPSI All Rights Reserved • Design by Dzignine
best suvaudi suvinfiniti suv