PERANAN PERILAKU SOSIAL PT
“X”
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Permasalahan
Kemajuan sebuah perusahaan yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan budaya membuat dunia bisnis melaju dengan cepat, dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya tanggung jawab perusahaan terhadap apapun yang dilakukan. Karena pada dasarnya kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas perusahaan yang mengarah pada keinginan perusahaan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu didapat, karena selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, antara lain membuka lapangan pekerjaan, menyediakan kebutuhan masyarakat dan pembayaran pajak bagi pemerintah.
Kemajuan sebuah perusahaan yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan budaya membuat dunia bisnis melaju dengan cepat, dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya tanggung jawab perusahaan terhadap apapun yang dilakukan. Karena pada dasarnya kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas perusahaan yang mengarah pada keinginan perusahaan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu didapat, karena selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, antara lain membuka lapangan pekerjaan, menyediakan kebutuhan masyarakat dan pembayaran pajak bagi pemerintah.
Bisnis yang baik
selalu mempunyai misi tertentu yang luhur dan tidak sekedar mencari keuntungan,
akan tetapi harus dapat meningkatkan standar hidup masyarakat dan membuat hidup
manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan kebutuhan secara baik. Bisnis yang
hanya mencari keuntungan telah menyebabkan perilaku yang menjurus menghalalkan
segala cara demi mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan
nilai-nilai manusiawi lainnya.
Sekarang ini perusahaan dihadapkan pada
persaingan global dengan linkungan yang berubah secara cepat. Perekonomian
kapitalis yang pada prakteknya sering mengabaikan kepentingan sosial dan
lingkungan, perlahan namun pasti sudah mulai mengadopsi nilai-nilai sosial.
Perekonomian kapitalisme yang dulu hanya menekankan pada aspek pertumbuhan
skala makro dan maksimalisasi laba berkelanjutan pada skala perusahaan,
sekarang mulai memperhatikan kepentingan di luar laba. Hal ini menuntut
manajemen perusahaan untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan stockholders, tetapi lebih pada
kepentingan stakeholders.
Munculnya
akuntansi sosial tidak terlepas dari kesadaran perusahaan terhadap kepentingan
lain selain untuk memaksimalkan laba bagi perusahaan. Perusahaan menyadari
bahwa mereka selalu bersinggungan dengan berbagai kontroversi dan masalah
sosial sehingga perusahaan mulai memperhartikan hubungan dengan lingkungan
sosial.
Akuntansi
untuk pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan pertanggungjawaban
organisasi (perusahaan) diluar batas-batas akuntansi keuangan tradisional,
yaitu menyediakan laporan keuangan tidak hanya kepada pemilik modal khususnya
pemegang saham. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan
memiliki tanggung jawab yang lebih luas
dan tidak sekedar mencari uang untuk para pemegang saham tetapi juga
bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders.
Hal ini terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia yang telah mengakomodasi hal tersebut, yaitu dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan no. 1 paragraph ke-9 :
”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan
seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi
industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting”
Laporan
keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemilik dan
kreditur ternyata belum mencukupi. Dapat dikatakan, entitas perusahaan tidak
hanya dituntut untuk menghasilkan laba sebanyak-banyaknya bagi entitas tetapi
juga dituntut untuk menghasilkan benefit yang maksimal bagi masyarakat umum dan
lingkungan sosial, karena pengguna laporan keuangan tidak terbatas kepada
pemegang saham, calon investor, kreditur dan pemerintah semata tetapi juga
untuk stakeholder yang lain.
Dalam
penerapannya, akuntansi pertanggungjawaban sosial mengalami berbagai kendala,
terutama dalam masalah pengukuran elemen-elemen sosial dan dalam rangka
penyajiannya di laporan keuangan yang bersifat kuantitatif. Masalah pengukuran
timbul terutama karena tidak semua elemen sosial dapat diukur dengan satuan
uang serta belum terdapatnya standar akuntansi yang baku mengenai pengukuran
dan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan-perusahaan
di Indonesia mulai mempedulikan lingkungan sosialnya, mengingat pentingnya
aspek sosial tersebut. Wujud perhatian itu tampak pada kebijakan yang
ditetapkan oleh perusahaan. Akuntansi yang merupakan bagian dari dunia usaha
ikut memberikan kontribusi dalam merespon kepedulian sosial perusahaan dengan
berkembangnya akuntansi sosial termasuk didalamnya pengungkapan aktivitas
sosial dalam laporan keuangan tahunan perusahaan.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasar
latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka, penulis merumuskan
beberapa permasalahan antara lain :
1. Bagaimanakah perilaku sosial perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya terhadap lingkungan sekitarnya ?
2. Bagaimanakah laporan akuntansi
pertanggungjawaban sosial untuk menilai kinerja sosial perusahaan pada PT”X” ?
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
- Mengetahui
perilaku sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya dalam melaksanakan
aktivitas-aktivitasnya.
- Mengetahui
laporan akuntansi pertanggungjawaban sosial untuk menilai kinerja sosial
perusahaan.
I.4. Manfaat Penelitian
Penulisan Skripsi ini diharapkan memiliki manfaat
sebagai berikut :
- Bermanfaat
bagi pembaca dalam menambah wawasan tentang penerapan akuntansi
pertanggungjawaban sosial yang dapat dilakukan pada suatu perusahaan
- Bermanfaat
untuk membantu manajemen perusahaan untuk menyusun suatu laporan tentang
biaya-biaya sosial dan laporan nilai tambah sebagai pelengkap dalam
laporan keuangan untuk menunjukkan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
- Sebagai
referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai topik ini.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. Landasan Teori.
II.1.1. Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan
keuangan memegang peranan penting yang memberikan berbagai informasi tentang
kegiatan operasional perusahaan bagi bermacam-macam pihak. Definisi laporan
keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia yaitu :
”Laporan keuangan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara
(seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau arus dana), catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya laporan keuangan terdiri
dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan serta laporan
lain yang kesemuanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa laporan keuangan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak
tergantung dari kebutuhannya.
Informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan sifatnya adalah umum, dengan demikian
kebutuhan informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap penggunanya karena
para investor merupakan penanam modal yang sifatnya beresiko ke perusahaan maka
ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investorlah yang
memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
Sementara
itu di dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) diterangkan lebih lanjut mengenai
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Tujuan laporan
keuangan juga disebutkan dalam Financial
Accounting Standard Board, yaitu ”Financial reporting should provide
information that is useful to present and potential investors and creditors and
other users in making rational in investment, credit and similar decisions”
II.1.2. Definisi Akuntansi
Pada tahun 1941, the Committee on Therminology of America Institute of Public
Accountants (Sekarang AICPA) memberikan definisi
tentang akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:33) “Accounting is the art of
recording, classifying, and summarizing in significant manner in terms of
money, transactions and events which are, in part at least, of financial
character, and interpreting the results there of.”
The American
Accounting Association (AAA) memberikan definisi akuntansi sebagai berikut (Kam,
1990:33) : “Accounting is the process of identifying, measuring and
communicating economic information to permit informed judgements and decision
by user of information.”
Dari pertanyaan
tersebut, Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur,
dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi
dalammempertimbangkan berbagai alternative dalam mengambil keputusan oleh para
pemakainya. Dalam hal ini akuntansi dinyatakan sebagai proses.
Menurut Grady,
seperti yang dikutip oleh Suwardjono (1991:2) :
“Accounting is the body of knowledge and functions concerned with
systematic originating, authenticating, recording, classifying, processing,
summarizing, analyzing, interpreting, and supplying of dependable and
significant information covering transaction and events which are, in part at
least, of financial character, required for the management and operation of
entity and for reports that have to be submitted there on the meet fiduciary
and other responsibility”
Definisi
ini menjelaskan bahwa akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan sebagai hasil
pemikiran para ahli (akuntan) untuk menghasilkan seperangkat informasi yang
bermanfaat. Definisi ini juga mengisyaratkan adanya proses pemilihan informasi
dan proses penyediaan / pengolahan informasi tersebut. Jadi akuntansi tidak
semata-mata merupakan suatu pengetahuan yang bersifat mekanis atau ketrampilan
akan tetapi melibatkan suatu proses pemikiran dan penalaran.
Accounting Principles
Boards (APB) Statement no. 4, menyatakan definisi
akuntansi sebagai berikut (Kam, 1990:34) : “ Accounting is service activity.
Its function is to provide quantitative information. Primarily financial in
nature, about economics entities that is intended to be useful in making
economic decisions, in making resolved choice among alternative courses of
action.”
Menurut pernyataan
di atas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang berfungsi
untuk menyediakan informasi yang bersifat kuantitatif yang bermanfaat dan
pelaporannya untuk pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakainya.
II.1.3. Perkembangan
Akuntansi
Menurut Glautier dan Underdown (1986 :
3-8) perkembangan akuntansi dalam peranan sosialnya terdiri dari empat tahapan,
yaitu :
1.
Stewardship Accounting
Stewardship Accounting dimulai sejak masa awal akuntansi yaitu sekitar 4500 SM hingga abad XVI.
Tujuan utama akuntansi pada saat itu adalah menyediakan informasi tentang
kekayaan pemilik. Pencatatan dipegang secara rahasia dan pelaporan kekayaannya
tidak dipengaruhi oleh pihak luar, artinya, metode perhitungan, perlakuan
akuntansi, serta penyajiannya disesuaikan dengan keinginan pemilik dan tingkat
ketelitian dan keseragaman pelaporannya diragukan. Karena tidak seragam, maka
laporan akuntansi antara pemilik yang berbeda tidak dapat dibandingkan, bahkan
kemungkinan terjadi perbedaan perlakuan akuntansi pada periode yang berbeda
dari pemilik yang sama. Laporan akuntansi dianggap sebagai catatan pribadi
pemilik. Praktek akuntansi semakin berkembang di Italia pada awal masa Renaissance dan pada saat itu muncul
metode pembukuan berpasangan (double-entry
bookeeping) yang dikemukakan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul ”Summa de Arithmetica, Geometrica,
Proportioni et Proportionalita” yang diterbitkan di Venice pada tahun 1494.
2. Financial
Accounting
Revolusi Industri pada tahun 1760 melihat perubahan untuk
perkembangan akuntansi. Berdirinya pabrik-pabrik membuat para pemilik
perusahaan membutuhkan modal yang besar sehingga diterbitkan saham-saham oleh
perusahaan yang memungkinkan publik menanamkan modalnya ke perusahaan. Pemilik
perusahaan hanya menyetorkan modalnya pada perusahaan, dan kemudian memperoleh
bagian dari laba perusahaan sebesar penyertaannya. Manajer yang mengelola
pelaksanaan bisnis perusahaan dan memperoleh gaji sebagai imbalan jasanya pada
perusahaan. Sehingga diperlukan suatu penyusunan laporan keuangan yang
memberikan informasi kepada pemilik atau pemegang saham tentang
pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal yang disetor para pemegang
saham kepada perusahaan. Berbagai usaha dilakukan untuk menyajikan informasi
yang akurat bagi para investor agar terhindar dari kesalahan investasi yang
dilakukan pada masa itu.
3. Management
Accounting
Revolusi Industri memberikan
peluang bagi pengembangan akuntansi sebagai alat bagi manajemen industri.
Akuntansi manajemen mengubah fokus akuntansi dari proses pencatatan dan
penganalisaan transaksi ke arah penggunaan informasi bagi manajemen untuk kepentingan
pengembangan perusahaan.
4.
The Social Welfare Viewpoint of Accounting
Tahap ini merupakan tahap baru
dari perkembangan akuntansi karena adanya revolusi sosial yang terjadi di dunia
barat pada tahun-tahun belakangan ini. Teknologi yang berkembang dengan cepat
dan berlebihan terkadang membuat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan operasional perusahaan. Masyarakat menuntut untuk terpenuhinya
kebutuhan akan barang dan jasa dan mereka juga menuntut perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan masalah-masalah lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap
operasinya. Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan dari
lingkup akuntansi, karena selain mempertimbangkan dampak ekonomi dari bisnis
juga mempertimbangkan aspek sosialnya. Pihak manajemen diharapkan selain
bertanggung jawab untuk memperoleh laba yang besar, juga dituntut untuk
bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas
ekonomi perusahaan.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan peranan
akuntansi dalam masyarakat. Dari yang hanya memberikan informasi kepada pemilik
tentang kekayaannya (stewardship
accounting) hingga berperan untuk memberikan informasi atas dampak sosial
yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan (the social welfare viewpoint of accounting). Hal ini terjadi karena
pada dasarnya akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan kondisi sosial
ekonomi masyarakat.
II.1.4. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
II.1.4.1. Faktor Penyebab Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.
Revolusi Industri pada pertengahan abad XVIII yang
ditandai dengan penemuan mesin-mesin industri membawa dampak perubahan terhadap
perkembangan akuntansi. Pertama, adanya perubahan cara produksi dari industri
rumah tangga menuju ke sistem pabrik, sedangkan yang kedua adalah bertambah
panjangnya periode produksi. Sistem pabrik menuntut modal yang besar, sedangkan
pada tahap ini badan usaha persekutuan tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan
modal. Lalu terbentuklah badan usaha yang lain yaitu perseroan terbatas. Bentuk
ini dianggap paling memuaskan karena dana tidak memiliki batas waktu atau jatuh
tempo dan relatif lebih mudah untuk ditambah, disamping memiliki tanggung jawab
yang terbatas.
Dengan
berkembangnya badan usaha berbentuk PT, maka semakin banyaklah masyarakat dan
institusi yang menjadi pemodal. Fungsi pendanaan lalu terpisah dari fungsi
manajemen. Inilah yang kemudian dikenal orang sebagai revolusi manajemen. Dalam
situasi ini, para pemegang saham tidak lagi mampu mencukupi sendiri informasi
yang mereka butuhkan dan mereka tidak lagi terlibat dalam kegiatan manajemen.
Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk membuat laporan keuangan sebagai sarana
pertanggungjawaban dari manajer kepada para pemegang saham.
Perusahaan
dalam melaksanakan kegiatan operasinya secara langsung atau tidak langsung
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dikatakan oleh Usmansyah (1989 : 6)
bahwa sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan semuanya berasal
dari masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu perusahaan harus memberikan
pertanggungjawaban atas semua sumber daya yang telah digunakan serta
hasil-hasil yang telah dicapainya.
Pada
abad XX yang ditandai dengan teknologi yang massive sehingga mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan perluasan usaha untuk meningkatkan produktivitas. Di
bawah sistem kapitalis, perusahaan-perusahaan besar mengeksploitasi sumber daya
alam dan manusia untuk menghasilkan keluaran maksimum dengan satu tujuan yaitu
maksimalisasai laba atau maksimalisasi kesejahteraan para pemegang saham.
Masyarakat melihat perusahaan yang berlaba besar berperan aktif dalam proses
perusakan lingkungan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Krisis lingkungan
hidup yang dikeluhkan oleh masyarakat dewasa ini pada hakekatnya adalah
pengejahwantahan krisis wawasan manusia. Masyarakat yang semakin kritis
menuntut agar perusahaan mempertanggungjawabkan semua yang telah mereka terima
dari lingkungan sosialnya dalam suatu laporan pertanggungjawaban sosial, lebih
dari sekedar suatu kewajiban moral yang
selama ini berlaku di masyarakat.
II.1.4.2. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan
penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut pengaturan, pengukuran,
analisis dan pengungkapan pengaruh kegiatan ekonomi dan sosial dari kegiatan
yang bersifat mikro dan makro pada kegiatan pemerintah maupun perusahaan.
Kegiatan pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan
ekonomi dan sosial suatu negara, mencakup akuntansi sosial dan pelaporan
akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungan yang
mencakup, financial, managerial social
accounting dan social auditing.
Definisi akuntansi pertanggungjawaban sosial atau
yang disebut juga akuntansi sosio ekonomi menurut Ramanathan seperti yang
dikutip dan diterjemahkan oleh Katjep (1988 : 8-9) yaitu :
”Proses pemilihan variabel-variabel yang akan
menentukan tingkat kinerja sosial perusahaan, mengukur serta prosedur
pengukuran, secara sistematis mengembangkan informasi yang berguna untuk
mengevaluasi kinerja sosial perusahaan, dan mengkomunikasikannya kepada
berbagai kelompok masyarakat yang dipengaruhinya baik di dalam maupun diluar
perusahaan”.
Menurut
Harahap (1995 : 184): ”Ilmu Socio
Economic Accounting (SEA) merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi
dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek Social Benefit dan Social Cost yang ditimbulkan
oleh lembaga”.
Definisi
akuntansi pertanggungjawaban sosial menurut Belkaoui (1999:339) adalah sebagai
berikut : ”Proses pengurutan, pengukuran dan pengungkapan pengaruh yang kuat
dari pertukaran antara suatu perusahaan dengan lingkungan sosialnya”. Sedangkan
menurut Lee sebagaimana yang dikutip oleh Usmansyah (1989 : 33) menyatakan
bahwa secara esensial konsep akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah suatu
perluasan dari prinsip, praktek, dan terutama keahlian dari akuntan dan
akuntansi konvensional.
Pertukaran
antara perusahaan dan masyarakat, pada dasarnya terdiri dari penggunaan
sumber-sumber sosial. Apabila aktivitas perusahaan menyebabkan bertambahnya
sumber sosial, maka hasilnya adalah berupa faidah sosial.
Meskipun
ada beberapa perbedaan dalam definisi tentang akuntansi pertanggungjawaban
sosial, pada prinsipnya memiliki persamaan dalam karakteristiknya seperti yang
ditulis oleh Lee dalam Usmansyah (1989:33) :
1. Menilai dampak sosial dari
kegiatan-kegiatan perusahaan.
2. Mengukur efektifitas dari program
perusahaan yang bersifat sosial.
3. Melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan
memenuhi tanggung jawab sosialnya.
4. Sistem informasi internal dan eksternal
yang memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap sumber daya.
II.1.4.3. Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
Brummet dalam Glautier dan Underdown (1986 : 477)
membagi bidang-bidang yang menjadi tujuan sosial perusahaan menjadi lima, yaitu
:
a)
Sumbangan terhadap laba bersih
(net profit contribution)
Dengan meningkatnya perhatian
terhadap tujuan sosial perusahaan, seharusnya tidak mengurangi tujuan perolehan
laba. Sebab perusahaan tidak dapat melangsungkan usahanya tanpa perolehan laba
yang layak. Sebaliknya, harusnya hal tersebut menambah arti pentingnya
perolehan laba perusahaan. Artinya, ada korelasi yang jelas antara tujuan
sosial dan tujuan memperoleh laba. Kegagalan mengakui adanya masalah sosial
mungkin dapat mempengaruhi kinerja laba perusahaan, baik dalam jangka pendek
ataupun dalam jangka waktu yang panjang.
b)
Sumbangan terhadap sumber daya
manusia (human resources contribution)
Ini memperlihatkan tentang
hubungan perusahaan dengan para pegawainya, yaitu semua yang terlibat dalam
kegiatan perusahaan. Meliputi : pengangkatan pegawai, program pelatihan,
pemberian upah dan gaji secara layak, kebijakan promosi jabatan dan rotasi
tugas, keamanan kerja, pelayanan kesehatan yang memadai, lingkungan kerja yang
nyaman, dan lain-lain.
c)
Sumbangan terhadap publik (public contribution)
Meliputi bidang-bidang yang menampakkan kegiatan
perusahaan terhadap (kelompok) individu di luar perusahaan, yang antara lain
meliputi: kegiatan kemanusiaan umum, praktek peluang kesempatan kerja yang
adil, pembayaran pajak kepada pemerintah dan sebagainya.
d)
Sumbangan terhadap lingkungan (environmental contribution)
Meliputi pemberian perhatian terhadap aspek lingkungan
produksi yang meliputi pemakaian sumber daya, proses produksi, dan produksi
yang mencakup kegiatan daur ulang, penanggulangan pencemaran dan pemeliharaan
lingkungan tempat perusahaan berdiri dan beroperasi.
e)
Sumbangan terhadap barang atau
jasa (product or service contribution)
Meliputi aspek kualitatif
produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan. Misalnya mengenai kegunaannya,
daya tahannya, pengamanan dan pelayanannya yang diupayakan sebaik mungkin
sesuai peran yang diemban, serta mencakup pula kepuasan pelanggan, kejujuran
perusahaan dalam periklanan, kelengkapan dan kejelasan dalam pemberian segel
dan pembungkusan.
Di
sisi lain, The Committee on Accounting for Corporate
Social Performance dari National
Association of Accountants yang
dikutip oleh Edward dan Black (1976 : 549 – 550) mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan ruang lingkup dari pengaruh sosial perusahaan, yang
keberadaannya dapat disesuaikan dengan jenis perusahaan, yaitu :
A.
Community Involvement :
1. General Philanthropy
2. Public and Private Transportation
3. Health Service
4. Housing
5.
Aid in Personal and Bussiness
Problem
6.
Community Planning and
Improvement
7.
Volunteer Activities.
8.
Specialized Food Program
9.
Education
B. Human Resources :
1.
Employment Practices.
2.
Training Programs.
3.
Promotion Policies
4.
Employment Continuity
5.
Remuneration
6.
Working Conditions
7.
Drugs and Alcohol
8.
Job Enrichments
9.
Communications
C. Physical Resources and
Environmental Contribution
1.
Air
2.
Water
3.
Sound
4.
Solid Waste
5.
Use of Scare Resources
6.
Aesthetics
D. Product or Service
Contribution
1.
Completeness and Clarity of
Labeling, Packing, and Market Representation
2.
Warranty Provisions
3.
Responsiveness to Customer
Complains.
4.
Consumer Education
5.
Product Quality
6.
Product Safety
7.
Content and Frequency of
Advertising
8.
Constructive Research.
Sedangkan menurut Harahap (2002 : 198 – 200),
keterlibatan sosial perusahaan yang disesuaikan dengan keadaan di Negara Indonesia yaitu
:
- Lingkungan
hidup, antara lain : pengawasan terhadap efek polusi, perbaikan
pengrusakan alam, konservasi alam, keindahan lingkungan, pengurangan suara
bising, penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan air limbah, riset dan
pengembangan lingkungan, kerja sama dengan energi, antara lain :
konservasi energi yang dilakukan perusahaan, penghematan energi dalam
proses produksi dan lain-lain.
- Sumber
Daya manusia dan Pendidikan, antara lain : keamanan dan kesehatan
karyawan, pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan,
menambah dan memperluas hak-hak karyawan, usaha untuk mendorong
partisipasi, perbaikan pensiun, beasiswa, bantuan pada sekolah, pendirian
sekolah, membantu pendidikan tinggi, riset dan pengembangan, pengangkatan
pegawai dari kelompok miskin, peningkatan karir karyawan dan lain-lain.
- Praktek
Bisnis yang Jujur, antara lain : memperhatikan hak-hak karyawan wanita,
jujur dalam iklan, kredit, servis, produk, jaminan, selalu mengontrol
kualitas produk, dan lain-lain, pemerintah dan universitas, pembangunan
lokasi rekreasi dan lain-lain.
- Membantu
Masyarakat Lingkungan, antara lain : memanfaatkan tenaga ahli perusahaan
dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak campur tangan dalam
struktur masyarakat, membangun klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah,
perbaikan desa/kota, sumbangan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,
perbaikan perumahan desa, bantuan dana, perbaikan sarana pengangkutan,
pasar dan lain-lain.
- Kegiatan
Seni dan Kebudayaan, antara lain : membantu lembaga seni dan
budaya,sponsor kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan budaya dalam
iklan, merekrut tenaga yang berbakat seni dan olah raga, dan lain-lain.
- Hubungan
dengan Pemegang Saham, antara lain : sifat keterbukaan direksi pada semua
persero, peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan,
pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial, dan lain-lain.
- Hubungan
dengan Pemerintah, antara lain : mentaati peraturan pemerintah, membatasi
kegiatan lobbying, mengontrol
kegiatan politik perusahaan, membantu lembaga pemerintah sesuai dengan
kemampuan perusahaan, membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan
sosial masyarakat, membantu proyek dan kebijakan pemerintah, meingkatkan
produktivitas sektor informal, pengembangan dan inovasi manajemen dan
lain-lain.
II.1.4.4. Tujuan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial.
Tujuan akuntansi
pertanggungjawaban sosial menurut Belkaoui (1992:434), ”...is to measure and
disclosure the costs and benefits to society created by the production-related
activities of bussines enterprises”.
Sedangkan menurut Ramanathan yang dikutip oleh Usmansyah (1988 : 21-22)
menyatakan ada tiga tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
a)
Untuk mengidentifikasikan dan
mengukur sumbangan sosial netto periodik dari suatu perusahaan, yang meliputi
bukan hanya biaya dan manfaat yang diinternalisasikan ke dalam perusahaan,
namun juga yang timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi bagian-bagian
sosial yang berbeda.
b)
Untuk membantu menentukan
apakah praktek dan strategi perusahaan yang secara langsung mempengaruhi sumber
daya relative dan keadaan sosial adalah konsisten dengan prioritas-prioritas
sosial pada satu sisi dan aspirasi-aspirasi individu pada sisi lainnya.
c)
Untuk menyediakan dengan cara
yang optimal bagi semua kelompok sosial, informasi yang relevan mengenai
tujuan, kebijakan, program, kinerja dan sumbangan perusahaan pada tujuan-tujuan
sosial.
Informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi
pertanggungjawaban sosial tidak hanya bemanfaat bagi anggota masyarakat dalam
menilai kinerja sosial perusahaan, tetapi juga akan membantu manajemen mencapai
tujuan, yaitu dengan meyakini adanya suatu perkembangan yang lebih menyeluruh
yang telah diberikan kepada kebutuhan bisnis secara total dan penghargaan
publik. Laporan sosial ini juga akan membantu manajemen berpikir mengenai
akibat-akibat dari tindakan mereka sehingga manajemen dapat mengambil keputusan
dengan lebih baik.
II.1.4.5. Pengukuran dan
Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
Menurut
Glautier dan Underdown (1986 : 484 – 485) ada tiga pendekatan yang dapat
digunakan untuk pedoman pengukuran dalam pelaporan akuntansi pertanggungjawaban
sosial, yaitu :
1.
Pendekatan Deskriptif ( the descriptive approach)
Pendekatan
deskriptif dipandang sebagai pendekatan yang umum digunakan. Dalam laporan sosial
deskriptif, informasi mengenai semua aktivitas sosial perusahaan dilaporkan
dalam bentuk uraian (deskriptif). Jadi pada pendekatan ini, aktifitas-aktifitas
sosial perusahaan dalam pelaporannya tidak dikuantifikasikan dalam satuan
uang..
2.
Pendekatan biaya yang
dikeluarkan (the cost of outlay approach)
Pendekatan
biaya yang dikeluarkan menggambarkan semua aktivitas-aktivitas sosial
perusahaan dikuantifikasikan dalam satuan uang dan menjadi hal yang sebaliknya
dari pendekatan deskriptif. Sehingga laporan yang dihasilkan oleh pendekatan
biaya yang dikeluarkan mempunyai kemampuan untuk diperbandingkan antara laporan
suatu tahun tertentu, dengan laporan tahun yang lain. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak disajikannya manfaat yang diperoleh sehubungan dengan telah
dikeluarkannya biaya untuk suatu kegiatan.
3.
Pendekatan biaya manfaat (the cost benefit approach)
Pendekatan
biaya manfaat mengungkapkan baik biaya maupun manfaat dari aktivitas-aktivitas
sosial perusahaan. Pendekatan biaya manfaat mungkin merupakan pendekatan yang
paling ideal. Namun, dalam kenyatannya sulit untuk menerapkannya, antara lain
karena tidak adanya alat ukur manfaat dari yang dihasilkan atas biaya yang
telah dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas sosial perusahaan.
Menurut
Ansry Zulfikar seperti yang dikutip oleh Sonhaji (1989:9) memberikan beberapa
teknik pengukuran yang dapat dipakai antara lain :
1. Penilaian Pengganti
Jika
nilai dari sesuatu tidak dapat langsung ditentukan, maka kita dapat
mengestimasikannya dengan nilai suatu pengganti, yaitu sesuatu yang kira-kira
mempunyai kegunaan yang sama dengan yang diukur.
2. Teknik Survey
Teknik
ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari mereka yang
dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat yang dirugikan atau yang menerima
manfaat. Pengumpulan informasi yang paling mudah adalah dengan bertanya
langsung kepada anggota kelompok masyarakat yang ada.
3. Biaya Perbaikan dan Pencegahan.
Untuk
biaya-biaya sosial tertentu dapat dinilai dengan mengestimasi pengeluaran yang
dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan.
4. Penilaian dari Penilai Independen.
Penilai-penilai
yang independen dapat berguna untuk menilai barang-barang tertentu. Hal ini
analog dengan penilaian pengganti yang dilakukan oleh ahli dari luar
perusahaan.
5. Putusan Pengadilan
Putusan
pengadilan, misalnya denda akibat dari suatu kegiatan yang sering menunjukkan
nilai sosial.
Bentuk
laporan tanggung jawab sosial sampai saat ini belum ada yang baku. Di Amerika,
yang merupakan kiblat akuntansi di negara kita, praktek pelaporannya masih
dilaksanakan dengan tidak seragam antara satu perusahaan dengan yang lainnya.
Ada yang hanya menyajikan informasi sosial yang bersifat kualitatif sebagai
catatan kaki atau keterangan tambahan pada penjelasan laporan keuangan. Ada
yang menjalankannya dengan sederhana dan ada yang menjalankannya dengan
kompleks.
Menurut
Estes seperti yang dikutip oleh Sonhaji (1989 : 9) menemukan adanya
bermacam-macam praktek pelaporan akuntansi sosial untuk pihak luar. Tiga
tingkat cara pelaporan social
responsibility accounting lembaga masyarakat, diantaranya adalah :
1. Praktek yang sederhana
Laporan
ini hanya terdiri dari uraian yang tidak disertai dengan data kuantitatif,baik
satuan uang maupun satuan yang lainnya.
2. Praktek yang lebih maju
Selain
yang ditunjukkan dalam metode yang sederhana seperti di atas, juga menggunakan
data kuantitatif untuk menunjukkan apa yang sudah dicapai perusahaan
3. Praktek yang paling maju.
Bentuk
laporan yang selain berupa uraian data kualitatif dan kuantitatif perusahaan
juga menyusun laporannya dalam bentuk neraca.
Menurut
Diller seperti yang dikutip oleh Harahap (2003 : 371) ada beberapa teknik
pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
1. Pengungkapan dalam syarat kepada pemegang
saham baik dalam laporan tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan
3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya
melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan
lingkungan, dan sebagainya.
Contoh
bentuk penyajian laporan pertanggungjawaban sosial tampak pada tabel 2.1.
II.1.5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam essay Usmansyah (1989 : 31) mengutip
Glautier dan Underdown, diterangkan ada tiga tahapan perkembangan filosofi
manajemen yang menyangkut tanggung jawab, yatu :
1. Tahapan pandangan manajemen klasik.
Pandangan ini muncul pada abad
XIX dengan Milton Freudman sebagai pelopornya. Perusahaan berusaha dalam
kapasitasnya untuk memenuhi permintaan pasar dan berusaha setinggi mungkin
mencapai tingkat laba yang akan memuaskan pemiliknya. Disini, tidak
diperhatikan dampak sosial dari kegiatan perusahaan dan mengabaikan usaha untuk
mengatasi dampak sosial tersebut.
2. Tahapan pandangan Manajemen Pertengahan.
Pandangan ini berkembang
sekitar tahun 1970-an, dengan anggapan bahwa tujuan sosial penting dikaitkan
dengan maksimalisasi laba. Manajer harus menyeimbangkan kepentingan pemilik
perusahaan dengan kebutuhan para pegawai, pelanggan, pemasok dan masyarakat
umum dalam pengambilan kebijakannya, untuk tujuan maksimalisasilaba di masa mendatang.
3. Tahapan pandangan Manajemen Modern.
Pandangan ini beranggapan
bahwa laba adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, dan bukannya merupakan
tujuan itu sendiri. Harus terdapat pemenuhan kebutuhan yang sesuai, misal
pegawai akan menerima tingkat gaji yang layak, pelanggan memperoleh produk
dengan harga yang wajar dan mutu yang baik, pemenuhan kebutuhan pemilik
terhadap modal yang lebih besar dan tingkat deviden yang tinggi dan sebagainya,
di dalam kerangka yang tepat dan dapat diterima oleh masyarakat atau lingkungan
sosial.
Jadi perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan operasinya secara langsung maupun tidak langsung harus mau
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dikatakan Usmansyah (1989 : 6) bahwa
sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan semuanya berasal dari
masyarakat. Oleh karenanya perusahaan seharusnya memberikan laporan kepada
masyarakat umum tentang sumber-sumber ekonomi yang digunakan, hasil-hasil yang
telah dicapai dan semua yang diakibatkan atas penggunaan sumber-sumber ekonomi
tersebut, baik yang bersifat positif maupun negatif, dan hal tersebut sesuai
dengan perkembangan yang terbaru dalam pandangan manajemen.
Sejauh
mana tanggung jawab sosial perusahaan itu ada ? Dalam Graff (1990 : 1942)
terdapat dua pandangan dalam tanggung jawab sosial perusahaan yaitu :
- Pandangan
yang sempit tentang tanggung jawab sosial, bahwa tujuan perusahaan
hanyalah bersifat ekonomi. Penciptaan pekerjaan, memuaskan kebutuhan
konsumen, dan menghasilkan laba merupakan tujuan utama, dan terlalu banyak
perhatian pada tujuan sosial akan menjauhkan perusahaan dari tujuan-tujuan
utama tadi.
- Pandangan
yang luas tentang tanggung jawab sosial, bahwa perusahaan memandang
tanggung jawab sosial merupakan hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan bisnis, dan tujuan sosial seharusnya menjadi bagian dari tujuan
perusahaan secara utuh. Tanggung jawab sosial mempunyai kepentingan
tersendiri dalam bisnis dan merupakan bagian penting dalam kehidupan
bisnis modern.
Selaras dengan paham kedua,
dinyatakan oleh ahmad sonhaji (1989 : 7), pada sisi modern perusahaan tidak
hanya memikirkan bagaimana menciptakan laba yang maksimal, tetapi juga harus
aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, atau yang langsung mempengaruhi
kondisi sosial ekonomis anggota masyarakat. Perusahaan harus memperhatikan
kepentingan dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat yang mempengaruhi
atau dipengaruhinya, antara lain para pekerja, pemegang saham, penanam modal,
konsumen dan pelangga, pemasok, lingkungan masyarakat sekitar, pesaing, serikat
pekerja dan pemerintah.
Tabel
2.1
|
|||||||||||
LAPORAN KEGIATAN SOSIO EKONOMI DALAM BENTUK
|
|||||||||||
LABA
RUGI SOSIAL
|
|||||||||||
I. Kaitan dengan Masyarakat
|
|||||||||||
A. Perbaikan
|
|||||||||||
1.
Pelatihan Orang Cacat
|
xxx
|
||||||||||
2.
Sumbangan kepada lembaga pendidikan
|
xxx
|
||||||||||
3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas
|
xxx
|
||||||||||
4.
Biaya Penitipan Bayi
|
xxx
|
||||||||||
Total Perbaikan
|
XXX
|
||||||||||
B. Kerusakan.
|
|||||||||||
1. Biaya Penundaan Pemasangan alat pengaman
|
(xxx)
|
||||||||||
C. Perbaikan Bersih untuk Masyarakat (I)
|
XXX
|
||||||||||
II. Kaitan dengan Lingkungan
|
|||||||||||
A. Perbaikan
|
|||||||||||
1. Reklamasi lahan dan Pembuatan Taman
|
xxx
|
||||||||||
2.
Biaya Pemasangan Kontrol Polusi
|
xxx
|
||||||||||
3.
Biaya Pematian Racun Limbah
|
xxx
|
||||||||||
Total Perbaikan
|
XXX
|
||||||||||
B. Kerusakan
|
|||||||||||
1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk Reklamasi
Pertambangan
|
(xxx)
|
||||||||||
2.
Taksiran Biaya pemasangan penetralan racun air.
|
(xxx)
|
||||||||||
Total Kerusakan
|
(XXX)
|
||||||||||
C. Surplus / (Defisit) (II)
|
XXX
|
||||||||||
III. Kaitan dengan Produk
|
|||||||||||
A. Perbaikan
|
|||||||||||
1. Biaya Eksekutif saat melayani Komisi Pengamanan
produk
|
xxx
|
||||||||||
2.
Biaya penggantian cat beracun.
|
xxx
|
||||||||||
Total Perbaikan
|
XXX
|
||||||||||
B. Kerusakan
|
|||||||||||
1.
Pemasangan alat pengaman produksi
|
(xxx)
|
||||||||||
C. Net Perbaikan (III)
|
XXX
|
||||||||||
Saldo Kumulatif Net Perbaikan Tahun Lalu
|
XXX
|
||||||||||
Total Sosio Ekonomi (I+II+III)
|
(XXX)
|
||||||||||
Saldo Kumulatif Net Perbaikan Tahun Ini
|
XXX
|
||||||||||
Sumber
: Harahap (2002 : 371-372)
|
|||||||||||
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Pendekatan Penelitian
Jenis
pendekatan yang digunakan dalam penelitian/penulisan skripsi ini adalah jenis
metode kualitatif deskriptif Metode
kualitatif deskriptif melakukan analisis hanya pada taraf deskripsi yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih mudah
dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas faktualnya
sehingga selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
Metode deskriptif-studi
menurut Subiyanto (1996 : 12) adalah metode yang dilakukan dengan meneliti
secara mendalam terhadap suatu obyek penelitian yang dipilih dari beberapa
keadaan yang dianggap sama serta merupakan penelitian yang memotret situasi
sebagaimana adanya, sedetail mungkin dan lengkap, selanjutnya dianalisis dan
disimpulkan sebagai penggambaran suatu situasi yang dianggap sama. Meskipun
beberapa keadaan dianggap sama tetapi kesimpulan yang diambil tidak boleh
digeneralisasi dengan kesimpulan secara menyeluruh terhadap kasus-kasus yang
dianggap sama.
III.2. Ruang Lingkup Analisis
Dalam penelitian ini penulis hanya
membatasi pembahasan pada laporan keuangan perusahaan yang menyangkut biaya
sosial perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada
lingkungan sekitarnya. Jadi, fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktifitas-aktifitas sosial perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial
perusahaan kepada lingkungan sekitarnya. Tentunya aktifitas-aktifitas ini
berpotensi untuk menambah biaya pada perusahaan yang akhirnya dapat mengurangi
besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.
III.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan data
III.3.1. Jenis Data
Adapun jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah :
1.
Data
Primer
Merupakan
data yang diperoleh dari sumber aslinya , data primer ini berupa :Hasil wawancara
dengan manajer keuangan PT “X” dan observasi langsung terhadap objek
penelitian.
2.
Data
Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari pihak luar
obyek penelitian yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan, literatur
kuliah, makalah, jurnal, majalah dan koran serta literatur-litreratur lainnya
yang berhubungan dengan topik penelitian ini.
III.3.2. Prosedur Pengumpulan Data
Sesuai
dengan prosedur penulisan ilmiah pada umumnya, maka data yang terkumpul dalam
penelitian ini diperoleh dengan prosedur sebagai berikut :
a) Survey pendahuluan, untuk memperoleh
gambaran tentang keadaan obyek penelitian termasuk didalamnya sejarah obyek
penelitian itu sendiri dan kondisi obyek penelitian saat ini serta melihat
permasalahan yang akan diteliti melalui observasi langsung di perusahaan. Dalam
observasi ini penulis selalu melakukan konsultasi dengan manajer keuangan
perusahaan.
b) Survey lapangan, untuk mendapatkan data
dari obyek penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah :
1)
Wawancara
Dengan melalui wawancara secara langsung,
diharapkan bisa memperoleh data yang diharpkan dan diperlukan dalam penulisan
skripsi ini. Menurut Yin (2002 : 108) wawancara bisa mengambil beberapa bentuk
yaitu wawancara studi kasus bertipe open
ended, tipe wawancara yang terfokus dan yang ketiga adalah tipe wawancara
yang memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur sejalan dengan
permintaan.
2)
Observasi
Observasi terdiri dari dua macam yaitu observasi langsung dan
observasi partisipatif. Dalam penelitian ini peneliti lebih menggunakan kedua
macam observasi tersebut. Observasi langsung digunakan karena bermanfaat untuk
memberikan informasi tambahan tentang obyek penelitian yang akan diteliti sedangkan observasi partisipatif digunakan
karena jenis observasi ini menempatkan peneliti tidak hanya menjadi pengamat
yang pasif melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan
berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti.
3)
Dokumentasi
Dengan metode ini data dari
dokumen-dokumen serta catatan yang ada pada obyek penelitian dilihat, dicatat
dan dipelajari.
c) Analisis dan pengolahan data, untuk
membandingkan keadaan di obyek penelitian dari survey pendahuluan dan survey
lapangan dengan landasan teori hasil kepustakaan.
III.4. Teknik Analisis.
Teknik
analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengumpulkan data obyek penelitian yang
berupa gambaran umum perusahaan, laporan keuangan perusahaan untuk beberapa
periode akuntansi, laporan yang berisi tentang biaya-biaya sosial yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan yang meliputi sumbangan kepada masyarakat setempat,
biaya program kerja perusahaan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat
sekitarnya dan data-data lain yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan misalnya biaya pengolahan limbah.
2. Melakukan wawancara dengan Manajer
keuangan dan beberapa staf keuangan perusahaan yang berkaitan dengan penyusunan
anggaran dan realisasi pengeluaran mengenai biaya sosial perusahaan. dan
dokumentasi data – data pendukung yang menunjukkan besarnya biaya sosial
perusahaan.
3. Mengolah data yang diperoleh, yaitu
laporan keuangan perusahaan untuk beberapa periode akuntansi, laporan yang
berisi tentang biaya-biaya sosial yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan yang diangkat.
4. Melakukan pembahasan dan analisis data
yang tersedia agar dapat memberikan alternatif pemecahan permasalahan bagi
perusahaan yang sesuai dengan literatur yang ada.
5. Memberikan kesimpulan atas hasil
pembahasan yang sesuai bidang permasalahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Deskripsi Umum
Perusahaan
PT. “X” merupakan
suatu perusahaan dalam negeri yang berpengalaman dalam memproduksi berbagai
macam pipa baja atau tabung dan berbagai produk terkait lainnya, serta selalu
inovatif dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik para konsumennya.
PT. “X” didirikan pada tanggal 30 Januari
1971 berdasarkan akta notaris no. 109 dari Djojo Muljadi, SH. Notaris di
Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/213/10 tanggal 30 Desember 1971 serta telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 42 tanggal 26 Mei 1972,
tambahan No. 196. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, trakhir dengan akta notaris no. 10 tanggal 5 April 2000 dari Wachid
Hasyim, SH. Notaris di Surabaya mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan
untuk disesuaikan dengan Undang-undang perseroan No. 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas dan Peningkatan Jumlah Modal Dasar Perusahaan. Akta
perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan
Perundang-undangan Republik Indonesia, dalam surat keputusannya no. C-10247.
HT.01.04.TH 2000 tanggal 15 Mei 2000, serta telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No 52 tanggal 30 Juni 2000, tambahan No. 3376.
Perubahan
berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Surabaya dan
Pasuruan. Kantor pusat perusahaan beralamat di jalan Kalibutuh 189 – 191
Surabaya, serta kantor perwakilan yang beralamat di jalan Pangeran Jayakarta
no. 55 Jakarta. Saat ini perusahaan mempekerjakan sekitar 1.433 karyawan pada
tahun 2004 dan 1043 karyawan pada tahun 2003 dan mengoperasikan 4 unit pabrik
yang modern dengan luas sebagai berikut :
-
Unit
I : Rungkut Industri I – Surabaya,
Pipa baja las lurus serta jasa galvanisasi
-
Unit II : Rungkut Industri II – Surabaya ,
Stainless Steel.
-
Unit
III : Warugunung – Surabaya, pipa baja
lals lurus, jasa galvanisasi serta jasa fabrikasi.
-
Unit IV : Beji – Pasuruan, pipa baja las spiral dan
jasa pelapisan pipa (coating)
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa Pemegang Saham Perusahaan seperti yang tercantum dalam akta
No. 95 tanggal 10 Desember 1997 dari Siti Rachmayanti,S.H., kandidat notaris
pengganti dari Adam Kasdarmadji,S.H., para pemegang saham telah menyetujui
penggabungan usaha (merger) dengan menggunakan metode Polling of Interest dengan Perusahaan Dagang dan Industri PT.
Radjin.
Sesuai Akta Perubahan Perjanjian
Penggabungan Usaha (merger) No. 17 tanggal 5 Maret 1998 dibuat oleh Drs. H.
Ma’us Tamin,S.H. Kandidat notaris pengganti dari notaris Adam Kasdarmadji,S.H.
Para pemegang saham telah menyetujui perubahan berlaku efektifnya penggabungan
tersebut menjadi secara operasional terhitung satu hari sejak tanggal terakhir
dalam bulan di mana perusahaan mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia atas Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
No. 97 tanggal 10 Desember 1997.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup perusahaan adalah Industri Logam, Pipa Baja, serta
Pengalbanian Pipa Baja. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1972. Hasil
produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri termasuk USA,
Australia, Singapura dan Timor Timur dan masih banyak lagi. Produk utama yang dihasilkan PT. “X” adalah :
1. Carbon Steel, ERW Pipes, NB 3/8” - 8”
dengan kapasitas produksi 174.000 MT/th.
2.
Stainless Steel Pipe, NB 5/8” –
4”, dengan kapasitas produksi 1.500 MT/th.
3.
Spiral Walded Steel Pipe, NB 8”
– 12”, dengan kapasitas produksi 120.000 MT/th.
4. Steel Pole, dengan kapasitas produksi
30.000 MT/th.
Kegiatan
service/jasa yang dilakukan PT. “X” antara lain :
1.
Inside Cement Moor Lining
2.
Outside Wrapping Tape / Coaltar
Enamel
3.
Shearing Service
4.
General galvaning
5.
Slitting Service
Selain itu PT. “X”
telah mengembangkan usahanya guna memproduksi:
1.
Steel Lighting Pole
2.
Steel Seafolding
3.
General Construction
4.
Galvanized Fish Box
5.
Accessories for Electrical Pole
6.
Fitting Spiral Welded Pipe
7.
Galvanized Steel Construction
8.
Telephone Pole
9.
Steel Palled
Perusahaan memiliki secara langsung
dengan persentase pemilikan 99,99% yaitu PT. Indoralatama Prima yang bergerak
dalam bidang industri pemotongan, penipisan, dan pemrosesan plat/lembaran baja
yang berlokasi di jalan Kalibutuh 189-191 Surabaya. Sejak awal tahun 1997 anak
perusahaan ini sudah tidak beroperasi lagi.
4.1.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi suatu perusahaan
akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Hal ini disebabkan karena
karakteristik dan kebutuhan yang berbeda, sehingga struktur organisasi setiap
perusahaan disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhannya.
Struktur organisasi merupakan
pedoman dalam menggambarkan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan. Dengan
adanya struktur organisasi yang jelas akan mempertegas kedudukan dan tugas
masing-masing bagian yang ada di dalamnya, sehingga dapat memperlancar pola
kerjasama yang baik demi kelancaran aktivitas perusahaan.
Struktur organisasi yang ada pada
PT. “X” dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya, sedangkan untuk lebih
jelas atas tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi akan diuraikan sebagai
berikut :
Pembahasan
Identifikasi aktivitas sosial perusahaan
Sesuai dengan ruang lingkup akuntansi
pertanggungjawaban sosial yang diperoleh dari literatur dan juga pengamatan
terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, maka aktivitas sosial yang
telah dilakukan perusahaan dikelompokkan menjadi :
a.
Kontribusi kepada masyarakat.
b.
Kontribusi terhadap lingkungan
hidup
c.
Kontribusi terhadap sumber daya
manusia
d.
Kontribusi terhadap produk dan
jasa
Kontribusi kepada
masyarakat terdiri dari sumbangan sosial serta bantuan untuk festival dan
hiburan rakyat. Sumbangan sosial ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membantu organisasi-organisasi nirlaba, organisasi-organisasi sosial
kemasyarakatan dan organisasi warga seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW) atau bahkan instansi pemerintah seperti kelurahan dan kecamatan serta
instansi militer misalnya KODIM, KORAMIL dan Kepolisian. Perusahaan sering ikut
membantu organisasi-organisasi tersebut yang mengajukan permohonan bantuan.
Bantuan itu bisa berupa pemberian uang secara tunai, atau ikut mensponsori
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti festival rakyat dan hiburan
rakyat. Pemberian bantuan tersebut bertujuan untuk semakin mempererat hubungan
dengan masyarakat sekitar, selain itu pemberian sumbangan juga dimaksudkan
sebagai sarana publikasi perusahaan. Sedangkan manfaat lain dari pemberian
sumbangan tersebut adalah untuk memberikan biaya kompensasi terhadap masyarakat
sekitar yang mungkin terganggu dengan adanya aktifitas perusahaan. Distribusi
terhadap lingkungan masyarakat ini dilakukan perusahaan setiap tahun dengan
jumlah yang tidak tetap, tergantung dari kebijakan perusahaan.
Suatu perusahaan
manufaktur akan selalu memanfaatkan sumber daya alam untuk beroperasi baik
langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya, hasil dari operasional tersebut
sering menghasilkan efek negatif bagi lingkungan hidup. Itulah sebabnya setiap
tahun perusahaan selalu mengeluarkan biaya pemeliharaan lingkungan hidup. Biaya
tersebut antara lain dipergunakan untuk pembuatan dan pemeliharaan fasilitas
pengolahan air limbah yang ada disekitar lokasi pabrik, yang mana fasilitas
pengolahan air limbah tersebut akan banyak membantu kenyamanan lingkungan di
sekitar pabrik. Selain itu perusahaan juga melakukan pembuatan taman agar
lokasi di sekitar pabrik menjadi terlihat asri.
Kesejahteraan
karyawan mendapat perhatian khusus dari perusahaan karena hal tersebut berhubungan
dengan tingkat produktifitas kerja yang mana secara tidak langsung juga akan
berhubungan dengan laba perusahaan. Oleh karena itu perusahaan menerapkan
program-program yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan antara lain :
a. Mengikutkan karyawan pada program
Jamsostek.
b. Memberikan pengganti biaya pengobatan
untuk karyawan dan keluarganya.
c.
Pelatihan bagi pegawai
d.
Memberikan tunjangan hari tua
e. Penghargaan khusus bagi karyawan yang
berprestasi.
f. Memberikan pesangon kepada karyawan yang
telah lepas hubungan kerja dengan pihak perusahaan secara sah.
Aktifitas yang
berhubungan dengan produk dan jasa antara lain adalah penelitian dan
pengembangan terhadap produk dan jasa yang dihasilkan. Penelitian dan
pengembangan produk dan jasa ini terkait dengan keamanan dan kenyamanan
konsumen dalam menggunakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal
ini penting dilakukan karena konsumen
sebagai pengguna produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan pasti akan
memilih produk yang aman untuk digunakan bagi mereka. Selain itu riset pasar
juga gencar dilakukan agar perusahaan dapat melakukan pemetaan terhadap pasar
yang membutuhkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahan.
Akuntansi Pertanggungjawaban sosial
sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya.
Pada
bagian pendahuluan dan tinjauan pustaka dijelaskan bahwa belum terdapat bentuk
baku pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, akan tetapi
laporan hasil pertanggungjawaban sosial tersebut pada dasarnya sesuai dengan
tujuan untuk memberikan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang telah
dilaksanakan perusahaan dengan memberikan sumbangan atau kontribusi kepada
berbagai pihak yang berperan dalam perusahaan. Baik itu pihak internal yaitu
manajemen beserta karyawannya maupun pihak eksternal yaitu masyarakat sekitar.
Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban
sosial adalah pendekatan biaya yang dikeluarkan, yang menggambarkan semua
pengeluaran dalam satuan uang untuk setiap kegiatan sosial yang telah dilakukan
perusahaan. Pendekatan ini menyajikan daftar pengeluaran dari masing-masing
aktifitas sosial perusahaan yang diukur dalam satuan uang. Pendekatan ini dapat
menggambarkan comparability, yaitu
hasil satu tahun dapat dibandingkan dengan tahun lainnya, dalam hal-hal yang
berhubungan dengan komitmen keuangan untuk kegiatan sosial.
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu kontribusi perusahaan kepada
masyarakat, lingkungan hidup, sumber daya manusia serta produk dan jasa.
Pengelompokkan ini didasarkan atas pengamatan terhadap rincian biaya-biaya
perusahaan. Besarnya kontribusi perusahaan terhadap masing-masing lingkungan
sosial untuk tahun 2003 dan 2004 dapat dilihat dalam laporan biaya sosial pada
tabel 4.1.
Kontribusi
kepada masyarakat menggambarkan peran aktif perusahaan dalam berinteraksi
dengan masyarakat sekitar baik yang bersifat produktif maupun kegiatan sosial.
Kelompok biaya sosial ini terdiri dari sumbangan sosial serta biaya sponsorship
(untuk festival atau hiburan rakyat).
Kontribusi terhadap lingkungan hidup merupakan partisipasi perusahaan dalam
merawat dan memperbaiki kondisi lingkungan hidup. Dalam rincian biaya perusahaan
terdapat dua jenis biaya yang termasuk dalam kategori ini, yaitu biaya
pengolahan limbah dan biaya reklamasi lahan dan pembuatan taman.
Kontribusi
terhadap sumber daya manusia merupakan upaya perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawannya dengan harapan dapat meningkatkan kinerja mereka.
Karena dengan meningkatnya kinerja karyawan maka produksi perusahaan dapat
meningkat dan akhirnya laba perusahaan menjadi meningkat pula. Iuran Jamsostek,
Tunjangan Hari Raya, pengobatan, pelatihan pegawai dan pesangon didapatkan dari
biaya tenaga kerja langsung, overhead pabrik, biaya penjualan serta biaya umum
dan administrasi. Penghargaan khusus bagi karyawan didapat dari biaya
lain-lain.
Tabel. 4.1.
PT"X"
|
|||
Laporan
Biaya Sosial
|
|||
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2003 dan 2004
|
|||
Uraian
|
31-Des-03
|
31-Des-04
|
|
Kontribusi kepada Masyarakat
|
|||
Sumbangan
Sosial
|
125.990.700
|
125.990.700
|
|
Biaya
Sponsorship
|
10.250.000
|
15.000.000
|
|
Total Kontribusi Kepada Masyarakat
|
136.240.700
|
140.990.700
|
|
Proporsi (%)
|
10,94
|
9,87
|
|
Kontribusi kepada Lingkungan Hidup
|
|||
Pengolahan
Limbah
|
100.765.750
|
120.457.431
|
|
Reklamasi Lahan dan Pembuatan taman
|
85.154.650
|
100.654.741
|
|
Total Kontribusi kepada Lingkungan Hidup
|
185.920.400
|
221.112.172
|
|
Proporsi (%)
|
14,93
|
15,47
|
|
Kontribusi kepada Sumber Daya Manusia
|
|||
Iuran
JAMSOSTEK
|
75.037.523
|
100.258.963
|
|
Pengobatan
|
112.556.285
|
200.517.926
|
|
Pelatihan
Pegawai
|
300.150.090
|
357.264.581
|
|
Pesangon
dan Sumbangan
|
412.706.374
|
389.254.156
|
|
Penghargaan
Khusus
|
22.511.257
|
19.512.764
|
|
Total Kontribusi kepada Sumber Daya Manusia
|
922.961.529
|
1.066.808.390
|
|
Proporsi (%)
|
74,13
|
74,66
|
|
TOTAL BIAYA SOSIAL
|
1.245.122.629
|
1.428.911.262
|
Sumber : Data Internal
Perusahaan yang telah diolah
Dari laporan biaya sosial pada tabel 4.1. tampak bahwa total biaya sosial
yang dialokasikan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 mengalami penurunan
sebesar Rp 434.324.025,75. Penurunan
tersebut dipengaruhi oleh menurunnya angka penjualan bersih selama tahun 2004.
Menurunnya angka penjualan bersih tersebut akhirnya mempengaruhi kebijakan
perusahaan dalam mengalokasikan sebagian dananya untuk aktivitas sosial sebagai
bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan. Diperlukan suatu informasi
mengenai perbedaan antara besarnya penurunan penjualan bersih dengan biaya
sosial. Hal ini juga dapat diketahui dari perbandingan biaya sosial terhadap
penjualan bersih dari tahun 2003 dan tahun 2004 yang tercantum dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Proporsi Biaya Sosial terhadap Penjualan Bersih
2003
|
2004
|
Prosentase Kenaikan
|
|
Penjualan
Bersih
|
585.128.500.000
|
895.270.861.000
|
34,64
|
Biaya
Sosial
|
1.245.122.629
|
1.428.911.262
|
12,86
|
Proporsi
|
0,21
|
0,16
|
0,05
|
Sumber : Data internal
Perusahaan yang telah diolah
Dari tabel 4.2.
tampak bahwa pada tahun 2003 penjualan bersih perusahaan sebesar Rp. 585.128.500.000
sedangkan biaya sosial yang dialokasikan adalah Rp. 1.245.122.629 atau 0,21 % dari penjualan bersih. Sedangkan
di tahun 2004 penjualan bersih mengalami kenaikan yang cukup tajam menjadi
sebesar Rp, 895.270.861.000,00 atau mengalami kenaikan sebesar 34,64 % dari
tahun sebelumnya sehingga alokasi biaya sosialpun mengalami kenaikan menjadi
sebesar Rp. 1.428.911.262,00 atau mengalami kenaikan sebesar 12,86 % dari tahun
sebelumnya. Sehingga proporsi biaya sosial ditinjau dari jumlah pengeluarannya
mengalami kenaikan sebesar Rp. 183.788.633,00 namun jika dilihat dari
prosentase proporsinya biaya sosial mengalami penurunan sebesar 0,05 % dari tahun
sebelumnya yaitu menjadi 0,21 %.
Proporsi biaya
sosial untuk Kontribusi kepada masyarakat dilihat dari prosentasenya mengalami
penurunan sebesar 1,07 % dari 10,94 % pada tahun 2003 menjadi 9,87 % pada tahun
2004, namun dilihat dari jumlahnya mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.750.000,00
hal ini disebabkan oleh kontribusi yang diberikan perusahaan kepada Rukun
Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan instansi pemerintah seperti kelurahan dan
kecamatan serta instansi militer (KODIM, KORAMIL dan Kepolisian) setempat tidak
dipengaruhi oleh banyaknya produksi. Sedangkan pada tahun 2004 karena permohonan untuk menjadi sponsor dalam
berbagai kegiatan bertambah maka manajemen mengambil kebijakan menambah alokasi
biaya sponsorship. Namun alokasi tersebut tidak terlalu signifikan terhadap
kenaikan biaya sosial perusahaan.
Proporsi
biaya sosial untuk Kontribusi kepada lingkungan hidup mengalami kenaikan 0,54 %
dari 14,93 % pada tahun 2003 menjadi 15,47 % pada tahun 2004. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya tingkat
produksi perusahaan sehingga tingkat pengolahan limbah pun menjadi meningkat
hal tersebut juga diikuti dengan peningkatan biaya untuk melakukan perawatan
taman dan reklamasi lahan.
Peningkatan
besarnya biaya pengolahan limbah industri dilakukan oleh perusahaan dilakukan
mengingat meningkatnya volume produksi, sehingga limbah pabrik menjadi
meningkat. Namun peningkatan sebesar Rp. 19.691.681,00 tersebut sangatlah kecil
jika dibandingkan dengan peningkatan volume penjualan yang sebesar Rp.
310.142.361.000,00 atau hanya sekitar 0,0006 % dari peningkatan volume
penjualan.
Sedangkan
reklamasi lahan dan pembuatan tanah dilakukan oleh perusahaan agar lingkungan
sekitar perusahaan tetap terjaga keasriannya. Karena dengan meningkatnya
aktivitas perusahaan, maka volume polusi udara juga pasti akan meningkat. Namun
rekalamasi lahan dan pembuatan taman ini tidak secara langsung dipengaruhi oleh
kapasitas produksi perusahaan, karena reklamasi lahan dan pembuatan taman tetap
akan dilakukan meskipun kapasitas produksi menurun.
Pada
proporsi biaya sosial untuk kontribusi kepada sumber daya manusia. Pada bagian
ini walaupun secara jumlah biaya mengalami kenaikan sebesar Rp. 143.846.862,00
dari Rp. 922.961.529,00 pada tahun 2003 menjadi Rp. 1.066.808.390,00 pada tahun
2004 namun secara prosentase hanya meningkat sebesar 0,53 %. Hal ini disebabkan
oleh besarnya proporsi untuk kontribusi kepada masyarakat terhadap total biaya
sosial. Hal ini sangatlah wajar, mengingat PT”X” merupakan perusahaan yang
bersifat Labour Insentif sehingga
biaya tenaga kerja memiliki jumlah yang besar dalam struktur biayanya.
Peningkatan
Iuran JAMSOSTEK sebesar 25,16 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp. 75.037.523,00
menjadi Rp. 100.258.963,00 pada tahun 2004 dikarenakan terjadi peningkatan
jumlah pegawai pada tahun 2004. Hal ini dilakukan karena terjadi peningkatan
permintaan (demand) dari pasar
terhadap produk, sehingga mengakibatkan perusahaan mengambil kebijakan untuk
meakukan rekrutmen pegawai. Namun peningkatan ini tidak terlalau signifikan
jika dibandingkan dengan banyaknya karyawan yang direkrut.
Peningkatan
biaya pengobatan karyawan beserta keluarganya sebesar 43,87 % dari tahun 2003
yang sebesar Rp. 112.556.285,00 menjadi Rp. 200.517.926,00 pada tahun 2004 atau
meningkat sebesar Rp, 87.961.642,00 tidak secara langsung dipengaruhi oleh
meningkatnya volume produksi perusahaan, namun hanya karena komitmen manajemen
untuk lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya. Karena
kesejahteraan karyawan beserta keluarganya akan mempunyai pengaruh secara tidak
langsung terhadap ketenangan kerja
karyawan. Kalau karyawan sudah merasa tenang dalam bekerja, maka produktifitas
kerja pun akan meningkat.
Peningkatan
biaya pelatihan pegawai sebesar 15,99% dari tahun 2003 yang sebesar Rp.
300.150.090,00 menjadi Rp. 357.264.581,00 atau sebesar Rp. 57.114.491,00
dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah pegawai pada tahun 2004. Sehingga
mengharuskan perusahaan untuk melakukan pelatihan bagi karyawan-karyawan baru
agar karyawan baru tersbut dapat memahami proses produksi yang ada di
perusahaan.
Penurunan
biaya pesangon dan sumbangan sebesar 6,02 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp.
412.706.374,00 menjadi Rp. 389.254.156,00 atau sebesar Rp. 23.452.218,00
disebabkan oleh menurunnya jumlah karyawan yang pensiun atau mengundurkan diri.
Hal ini secara tidak langsung disebabkan oleh komitmen perusahaan untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan karyawan, sehingga karyawanpun menjadi merasa
nyaman dalam bekerja dan tidak ingin keluar atau mengundurkan diri.
Menurunnya
biaya penghargaan khusus sebesar 15,37 % dari tahun 2003 yang sebesar Rp,
22.511.257,00 menjadi Rp. 19.512.764,00 pada tahun 2004 atau sebesar Rp.
2.998.493,00 tidak berarti menurunnya prestasi kerja karyawan. Namun hal ini
disebabkan oleh kebijakan manajemen untuk lebih selektif dalam menentukan
kriteria-kriteria bagi karyawan yang berprestasi atau berjasa terhadap
perusahaan. Hal ini juga disebabkan oleh kebijakan manajemen dalam hal
kesejahteraan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga karyawan menjadi
tidak manja dan seenaknya sendiri yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan.
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN.
Dari
uraian diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan terhadap
perilaku sosial PT “X” terhadap lingkungan sekitarnya. Kesimpulan
itu antara lain adalah :
1. PT “X” telah melakukan tanggung jawab
sosial terhadap lingkungan sekitarnya yang terkait dengan masyarakat,
lingkungan dan sumber daya manusia. Walaupun belum secara proporsional
mengalokasikan biayanya untuk masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan kecilnya proporsi biaya sosial terhadap penjualan bersih perusahaan.
2. PT ”X” belum melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan kontribusi terhadap produk dan jasa, karena dalam laporan
biaya sosial yang ada, PT “X” tidak mengalokasikan biaya untuk produk dan jasa.
Padahal biaya sosial untuk kontribusi
terhadap produk dan jasa ini penting untuk dialokasikan agar konsumen merasa
aman dan terjaga bila terjadi sesuatu terhadap hasil produksi perusahaan.
3. Pihak manajemen dalam hal komitmen untuk
menyejahterakan karyawan telah mempunyai komitmen yang jelas, hal ini
dibuktikan dengan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
terkait dengan kesejahteraan karyawan.
V.2. SARAN
Secara
umum saran yang bisa diberikan oleh penulis adalah
1.
Kepada Pihak Perusahaan.
Perlu dialokasikan biaya sosial
untuk kontribusi terhadap produk dan jasa, karena produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tidak mungkin 100 % tanpa cacat, walaupun telah
melalui proses standardisasi mutu. Kontribusi terhadap produk dan jasa ini bisa dilakukan dalam bentuk
mengasuransikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan atau mengasuransikan
pengguna dari produk perusahaan. Sehingga konsumen akan merasa nyaman dan aman
jika memakai produk yang dihasilkan. Walaupun belum ada standard yang jelas
terhadap biaya sosial ini, dapat dijadikan pertimbangan pengalokasian biaya
sosial untuk kontibusi terhadap produk dan jasa.
2.
Kepada Pihak Pemerintah.
Disarankan untuk segera membuat
aturan yang berisi tentang format baku
laporan biaya sosial perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap lingkungannya baik itu bentuk laporannya maupun besarnya proporsi
biaya sosial tersebut terhadap penjualan atau laba bersih perusahaan. Sehingga
pemerintah mempunyai tolok ukur yang jelas terhadap perusahaan-perusahaan yang
mempunyai atau tidak mempunyai tanggung jawab sosial pada lingkungan sekitarnya
dan terhadap perusahaan yang tidak memenuhi aturan tersebut bisa dikenakan
sanksi baik administratif ataupun sanksi hukum.
PERANAN PERILAKU SOSIAL PT “X”
SEBAGAI BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP
LINGKUNGAN SEKITARNYA
SKRIPSI S-1
JURUSAN AKUNTANSI
DIAJUKAN OLEH :
ESI LUTFIANA
040234402 – E
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2006
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah
.............................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian
................................................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian
............................................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Landasan Teori
................................................................................................... 6
2.1.1. Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan.................................................... 6
2.1.2. Definisi Akuntansi....................
................................................................ 7
2.1.3. Perkembangan Akuntansi.......... ............................................................... 9
2.1.4. Akuntansi Pertanggungjawaban
Sosial...................................................... 12
2.1.4.1.Faktor Penyebab
Munculnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial 12
2.1.4.2.Definisi Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial ............................... 13
2.1.4.3.Ruang Lingkup Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial.................... 20
2.1.4.4.Tujuan Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial................................. 21
2.1.4.4.Pengukuran dan Pelaporan
Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial... 21
2.1.5. Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan........................................................... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 28
3.2. Ruang Lingkup Analisis
.................................................................................... 28
3.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………...... 29
3.3.1. Jenis Data
……………………………………………………………...... 29
3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………………. 30
3.5. Teknik Analisis ….......………………………………………………………... 31
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
.................................................................. 33
4.1.1. Deskripsi Umum Perusahaan...................
................................................ 33
4.1.2. Struktur Organisasi ................................................................................... 37
4.2. Pembahasan
........................................................................................................ 39
4.2.1. Identifikasi Aktivitas Sosial Perusahaan..............
..................................... 39
4.2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Sebagai
bentuk tanggung jawab
Sosial Perusahaan terhadap
lingkungannya........................................ ...... 42
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
............................................................................................................ 50
5.2. Saran
.................................................................................................................. 51
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Bagraff. 1997. Penerapan Akuntansi Sosio Ekonomi dengan
Menggunakan Pendekatan Biaya yang Dikeluarkan dan Laporan Nilai Tambah (Studi
Kasus pada PT. Jaya Pari Steel Corp.Ltd. Surabaya). Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga Surabaya.
Alam, Solihin Makmur. 2003. Value Added Statement :
Salah Satu Wujud Pertanggungjawaban Perusahaan Kepada Stakeholders. Media
Akuntansi. Media Akuntansi, No.34
(Juni-Juli) : 50-53
Belkaoui, Ahmed R. 1999. Teori Akuntansi. Terjemahan. Yogyakarta
: AK Group.
-----------. 2000. Accounting Theory. Fourth Edition. Ilinois : Business Press.
Ghozali, Imam. 1989. Pentingnya ALporan Nilai Tambah
sebagai Pelengkap Laporan Keuangan. Akuntansi,
No.10 (Oktober).
Glautier, MWE., B> Underdown. 1986. Accounting Theory and Practice. Third
Edition. London
: Pitman Publishing Ltd.
----------. 2001. Accounting
Theory and Practice. Seventh Edition. Prentice Hall International.
Harahap, Sofyan Syafri.
2002. Teori Akuntansi. Edisi Revisi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
IAI. 2002. Standar akuntansi Keuangan. Salemba
empat.
Indah. 2003. Pengguna
Laporan Pertanggungjawaban Sosial dengan Laporan Nilai Tambah dengan Pendekatan
Bruto untuk Menilai Kinerja Sosial PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III.
Fakultas ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.
Jogiyanto. 2001. Analisis dan Desain, Sistem Informasi :
Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Edisi Kedua.
Yogyakarta : ANDI.
Kam, Vernon .
1990. Accounting Theory. Third
Edition. New York
: John Willey & Sons Inc.
Kumalahadi. 2000.
Prespektif Pragmatik, Lingkungan dan Sosial dalan Laporan Keuangan :
Peningkatan Keuangan dan Pertanggungjawaban. Jurnal Akuntansi dan Audit Indonesia, Vol.4, No. 1 (Juni).
Kusmanadji. 1989. Laporan
Nilai Tambah Dalam Praktek Pelaporan Keuangan. Akuntansi, No.10 (Oktober).
Sonhadji, Achmad. 1989.
Akuntansi sosial : Peranannya dalam Mengukur Tanggung Jawab sosial Perusahaan,
Suatu tinjauan Analitis. Akuntansi,
No.10 (Oktober).
Suwardjono. 1989. Teori Akuntansi : Perekayasaan akuntansi
Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Suwaldiman. 2000.
Pentingnya Pertimbangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Penetapan Tujuan
Pelaporan Keuangan Indonesia. Jurnal Akuntansi
dan Audit Indonesia, Vol.4, No.1 (Juni) : 68.
Usmansyah. 1989. Telaah
alternatif Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial di Indonesia. Akuntansi, No.10 (Oktober).
Yin, Robert K. 1996. Studi
Kasus : Desain dan Metode. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
0 komentar:
Post a Comment