Skripsi Ekonomi 1

Monday, April 9, 2012

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN RITEL DI KOTA MANADO, TOMOHON DAN BITUNG



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah
Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di USA kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Spathis (2002) menjelaskan bahwa di USA kecurangan akuntansi menimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir seluruh industri. Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnya akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan biaya monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi.
Indonesia termasuk negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy International, 2005). Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD. Meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indoonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Oleh karenanya fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu akuntansi, tetapi perlu malibatkan disiplin ilmu yang lain.

Keinginan yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.
Menurut Shivdasani seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan kecurangan akuntansi dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif.
Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :
1.      Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan
2.      Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Dari perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white-collar crime).  Kejahatan kerah putih dalam dunia usaha diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta kebangkrutan..
Menurut Abbot et al seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jika suatu sisitem pengendalian internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak terjamin keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti dan tidak dapat dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan. Dengan adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola, maka fungsi pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan apakah tugas dan wewenang yang didelegasikan telah dilaksankan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Proses pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk melindungi dan mangamankan harta perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggali pesepsi para manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung untuk mengetahui kecenderungan kecurangan akuntansi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini terdiri dari pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecandrungan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.

1.2     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
2.      bagaimana pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

1.3     Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek yang digunakan dibatasi pada:
1.      Perusahaan-perusahaan ritel yang mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha sebesar Rp 200.000.000,-
2.      Perusahan-perusahaan ritel yang telah menjalankan kegiatan usahanya lebih dari satu tahun, dan
3.      Telah mendaftarkan kembali perusahaannya di Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara.



1.4  Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

1.5  Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :
1.      Dapat memberikan informasi kepada manajer dalam melihat pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.
2.      Dapat menerapkan teori dalam praktek mengenai pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
3.      Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

1.6  Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dengan judul analisa factor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (studi pada prusahaan publik dan Badan Usaha Milik Nagara) menunjukkan bahwa pengendalian internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis AMOS 4. pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan lima item pertanyaan. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis AMOS 4, pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan enam item pertanyaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel dependen dan independen yang digunakan dimana pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebagai variabel dependen dan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel independen, dan juga persamaan dari penelitian ini terdapat dalam penggunaan data kuisioner yang dikembangkan oleh peneliti dari IAI dan Gibson. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti yaitu perusahaan ritel di Manado.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaya (2006) dengan judul pengaruh kompensasi terhadap tingkat produktivitas pegawai (studi kasus pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota bandung) menunjukkan bahwa kompensasi memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas pegawai. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari laporan keuangan PDAM dari periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. selanjutnya data dioleh dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan korelasi. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, kemudian ditarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji t. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel dependen yaitu kompensasi. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian yaitu pada perusahaan ritel di Manado.

1.7  Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka didapat hipotesis awal sebagai berikut:
H1  : diduga Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H2  : diduga Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H3  : diduga Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

BAB 1
PENDAHULUAN

2.1     Latar Belakang Masalah
Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di USA kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Spathis (2002) menjelaskan bahwa di USA kecurangan akuntansi menimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir seluruh industri. Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnya akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan biaya monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi.
Indonesia termasuk negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy International, 2005). Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD. Meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indoonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Oleh karenanya fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu akuntansi, tetapi perlu malibatkan disiplin ilmu yang lain.

Keinginan yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.
Menurut Shivdasani seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan kecurangan akuntansi dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif.
Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :
3.      Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan
4.      Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Dari perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white-collar crime).  Kejahatan kerah putih dalam dunia usaha diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta kebangkrutan..
Menurut Abbot et al seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jika suatu sisitem pengendalian internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak terjamin keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti dan tidak dapat dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan. Dengan adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola, maka fungsi pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan apakah tugas dan wewenang yang didelegasikan telah dilaksankan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Proses pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk melindungi dan mangamankan harta perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggali pesepsi para manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung untuk mengetahui kecenderungan kecurangan akuntansi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini terdiri dari pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecandrungan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.

2.2     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
2.      bagaimana pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

2.3     Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek yang digunakan dibatasi pada:
4.      Perusahaan-perusahaan ritel yang mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha sebesar Rp 200.000.000,-
5.      Perusahan-perusahaan ritel yang telah menjalankan kegiatan usahanya lebih dari satu tahun, dan
6.      Telah mendaftarkan kembali perusahaannya di Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara.



2.4  Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

2.5  Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :
4.      Dapat memberikan informasi kepada manajer dalam melihat pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.
5.      Dapat menerapkan teori dalam praktek mengenai pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
6.      Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

2.6  Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dengan judul analisa factor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (studi pada prusahaan publik dan Badan Usaha Milik Nagara) menunjukkan bahwa pengendalian internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis AMOS 4. pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan lima item pertanyaan. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis AMOS 4, pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan enam item pertanyaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel dependen dan independen yang digunakan dimana pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebagai variabel dependen dan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel independen, dan juga persamaan dari penelitian ini terdapat dalam penggunaan data kuisioner yang dikembangkan oleh peneliti dari IAI dan Gibson. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti yaitu perusahaan ritel di Manado.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaya (2006) dengan judul pengaruh kompensasi terhadap tingkat produktivitas pegawai (studi kasus pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota bandung) menunjukkan bahwa kompensasi memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas pegawai. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari laporan keuangan PDAM dari periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. selanjutnya data dioleh dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan korelasi. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, kemudian ditarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji t. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel dependen yaitu kompensasi. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian yaitu pada perusahaan ritel di Manado.

2.7  Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka didapat hipotesis awal sebagai berikut:
H1  : diduga Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H2  : diduga Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H3  : diduga Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
 BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1     Struktur Pengendalian Intern
2.1.1        Pengertian Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern sebagai suatu tipe pengawasan diperlukan karena adanya keharusan untuk mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi. Seorang manajer/pemilik perusahaan yang merasa tidak memiliki cukup waktu dan kemampuan untuk mengelola sendiri semua kegiatan perusahaannya, akan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya kepada orang lain. Tetapi bersamaan dengan atau segera setelah pemilik perusahaan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya, pada saat itu pula dirasakan suatu kebutuhan untuk senantiasa mengawasi pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang dicapai oleh para fungsionaris tersebut.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001:319.2) pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Alvin A.Arens, Radal J.Elder, Mark S.Beasly dalam buku berjudul Auditing dan Pelayanan Verifikasi (2004:396) bahwa suatu sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering disebut pengendalian, dan secara kolektif mereka meringkas pengendalian internal entitas itu.
Mulyadi dalam bukunya :sistem Akuntansi” (1997:165) memberikan definisi mengenai sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.1.2        Komponen Pengendalian
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001:319) pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a         Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b        Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas, dan analisi terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
c         Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
d        Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengungkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e         Pemantauan adalah proses yang menetukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Menurut Commite Of Sponsoring Organizations (COSO) yang dikutip oleh Marshall B.Rommey & Paul J.Steinbart dalam buku accounting information system (2004:231) pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling berhubungan yaitu :

a         Lingkungan Pengendalian
Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya-ciri perorangan, termasuk integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi serta lingkungan tempat beroperasi. Mereka adalah mesin yang mengemudikan organisasi dan dasar segala hal terletak. Lingkungan pengendalian terdiri dari factor-faktor berikut :
1.         Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika
Merupakan hal yang penting bagi pihak manajemen untuk menciptakan struktur organisasional yang menekankan pada integritas sebagai prinsip dasar beroperasi, dengan cara secara aktif mengajarkan dan mempraktikannya.
2.         Filosofi pihak manajemen dan gaya operasinya
Semakin bertanggung jawab filosofi pihak manajemen dan gaya operasi mereka, semakin besar kemungkinannya para pegawai akan berperilaku secara bertanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi. Apabila pihak manajemen menunjukkan sedikit perhatian atas pengendalian informasi maka pegawai akan menjadi kurang rajin dan efektif dalam mencapai tujuan pengendalian tertantu.
3.         Struktur organisasional
Struktur organisasional perusahaan menetapkan garis otoritas dan tanggung jwab serta menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengarahan dan pengendalian operasinya.


4.         Badan audit dan dewan komisaris
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi struktur pengendalian internal perusahaan, proses pelaporan keuangannya, dan kepatuhannya terhadap hukum, peraturan, dan standar yang terkait. Komite tersebut bekerja dekat dengan auditor eksternal dan internal perusahaan.
5.         Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab
Otoritas dan tanggung jawab dapat diberikan melalui deskripsi pekerjaan secara formal, pelatihan pegawai, dan rencana operasional, jadwal dan anggran. Salah satu hal yang sangat penting adalah peraturan yang menangani masalah seperti standar etika berperilaku, praktek bisnis yang dapat dibenarkan, peraturan persyaratan, dan konflik kepentingan.
6.         Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia
Kebijakan dan praktik-praktik mengenai pengontrakan, pelatihan, pengevaluasian, pemberian kompensasi, dan promosi pegawai mempengaruhi kemampuan organisasi untuk meminimalkan ancaman, resiko dan pajanan. Para pegawai harus dipekerjakan dan dipromosikan berdasarkan seberapa baik mereka memenuhi persyaratan pekerjaan mereka.
7.         Pengaruh-pengaruh eksternal
Pengaruh-pengaruh eksternal yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah termasuk persyaratan yang dibebankan oleh bursa efek, oleh Finansial Accounting Standards Board (FASB), dan oleh Securities and Exchange Commission (SEC).
b        Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang diidentifikasi oleh pihak manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi, secara efektif dijalankan. Secara umum, prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut ini :
1.         Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai
Otorisasi seringkali di dokumentasikan sebagai penandatanganan, pemberian tanda paraf, atau memasukkan tanda kode paraf, atau transaksi tertentu terjadi karena keadaan khusus, sehingga pihak manajemen memberikan otorisasi khusus agar dapat dilaksanakan sebaliknya, pihak manajemen dapat memberi otorisasi pada pegawai untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus, atau disebut otorisasi umum.
2.         Pemisahan tugas
Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut dipisahkan :
a.       Otorisasi – menyetujui transaksi dan keputusan
b.      Pencatatan – mempersiapkan dokumen sumber, memelihara catatan jurnal, buku besar dan file lainnya; mempersiapkan rekonsiliasi, serta mempersiapkan laporan kinerja
c.       Penyimpanan – menangani kas


3.         Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan. Bentuk dan isinya harus dijaga agar tetap sesederhana mungkin untuk mendukung pencatatan, dan menfasilitasi peninjauan serta verifikasi.
4.         Penjagaan asset dan catatan yang memadai
Ketika seorang berpikir tentang penjagaan asset fisik, seperti persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah satu asset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh karena itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik asset berupa informasi maupun fisik.
Prosedur-prosedur menjaga asset pencurian, penggunaan tanpa otorisasi dan vandalisme :
a.       Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif
b.      Memelihara catatan asset, termasuk informasi secara akurat
c.       Membatasi asset secara fisik (mesin kas, lemari besi, kotak uang, dan akses terbatas ke safe deposit box kas, sekuritas, dan asset dalam bentuk surat-surat berharga)
d.      Melindungi catatan dan dokumen (area penyimpanan tahan api, kabinet file yang terkunci, dan alokasi pendukung diluar kantor) merupakan cara yang efektif untuk melindungi catatan dan dokumen
e.       Mengendalikan lingkungan (perlengkapan komputer yang sensitive harus diletakkan dalam ruangan yang memiliki alat pendingin dan perlindungan dari api yang memadai)
f.       Pembatasan akses ke ruang komputer, file komputer dan informasi.
5.         Pemeriksaan independen atas kinerja
Pemeriksaan internal untuk memastikan seluruh transaksi diproses secara akurat adalah elemen pengendalian lainnya yang penting. Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan umumnya akan efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa.
c.       Penilaian resiko
Organisasi harus sadar akan resiko dan berurusan dengan resiko yang dihadapinya. Organisasi harus menempatkan tujuan, yang terintegrasi dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya, agar organisasi beroperasi secara harmonis. Organisasi juga harus membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang terkait. Akuntan memainkan peranan penting dalam membantu manajemen mengontrol bisnis dengan mendesain sistem pengendalian yang efektif, dan mengevaluasi sistem yang ada untuk memastikan bahwa sistem tersebut berjalan dengan efektif.
d.      Informasi dan komunikasi
Disekitar aktivitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya. Akuntan harus memahami bagaimana (1) transaksi diawali, (2) data didapat dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin, (3) file komputer diakses dan diperbarui, (4) data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi, dan (5) informasi dilaporkan ke para pemakai internal dan pihak eksternal.
e.       Pengawasan
Seluruh proses harus diawasi, dan perubahan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Melalui cara ini sistem dapat bereaksi secara dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan. Metode untuk mengawasi kinerja dapat mencakup supervisi yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab dan audit internal.

2.1.3        Tujuan dan Kendala Struktur Pengendalian Intern
Menurut Wing W.Winanrno yang dikutip oleh Lisa S.Onggowarsito (2001:21) bahwa manajemen merancang struktur pengendalian intern yang efektif dengan empat tujuan pokok yaitu :
1.         Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
2.         Mengecek ketrelitian dan catatan organisasi.
3.         Mendorong efisiensi.
4.         Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut tujuannya pengendalian intern dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu, pengendalian akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian administrasi (internal administrative control). Pengendalian akuntansi yang merupakan bagian dari struktur pengendalian intern meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama untuk menjaga kekayaan dan catatan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Pengendalian akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang andal. Pengendalian administrasi meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Adapun beberapa kendala yang mempengaruhi struktur pengendalian intern yaitu :
1.         Lingkungan eksternal yang seringkali berubah dengan cepat, misalnya: perkembangan teknologi, tindakan pesaing dan peraturan perusahaan yang semuanya ini mempengaruhi pelaksanaan struktur pengendalian intern.
2.         Berbagai kemungkinan kegiatan yang merongrong struktur pengendalian intern misalnya : ada orang yang tidak berhak menganalisis data sehingga rusak dan hilang.
3.         Kesulitan mengikuti perkembangan komputer yang sangat pesat, terutama melatih karyawan menggunakan sistem baru.
4.         Faktor manusia yang dalam beberapa hal tidak patuh mengikuti prosedur yang telah diteteapkan.
5.         Rumitnya biaya yang terjadi didalam perusahaan, belum lagi dalam hal mengalokasikan biaya.


2.1  Keseuaian Kompensasi
2.2.1        Pengertian Kompensasi
Kepuasan individu atas kompensasi yang diterimanya didasarkan pada teori keadilan (equity). Menurut teori keadilan, dalam buku karangan Gibson, Ivancevich, Donnelly (1197:150) menyatakan bahwa keadilan (equity) adalah suatu keadaan yang muncul dalam pikiran seseorang jika ia merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan adalah seimbang dengan rasio individu yang dibandingkannya. Inti dari teori keadilan ialah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka terhadap imbalan dengan imbalan karyawan lainnya dalam situasi kerja yang sama. Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Ada empat ukuran penting dalam teori ini :
1.      Orang, yaitu individu yang merasakan diperlakukan adil atau tidak adil.
2.      Perbandingan dengan orang lain, yaitu setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh seseorang sebagai pembanding rasio masukan atau perolehan.
3.      Masukan (Input), yaitu karakteristik individual yang dibawa ke pekerjaan, seperti keberhasilan (keahlian, pengalaman, belajar) atau karakteristik bawaan (umur, jenis kelamin, ras).
4.      Perolehan (Outcome), yaitu apa yang diterima seseorang dari pekerjaanya (penghargaan, tunjangan dan upah).
Filippo (1987:75-76) dalam bukunya “Prinsiple of Personal Management” menyatakan bahwa kompensasi adalah harga untuk jasa yang diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang atau badan hukum.
Dessler (1998:85) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” menyatakan kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu, dan kompensasi karyawan mempunyai dua komponen. Pertama, pembayaran keuangan langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi dan bonus. Kedua, pembayaran tidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan yang dibayarkan perusahaan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompensasi dapat diartikan sebagai pemberian pihak perusahaan/badan hukum kepada seseorang atas jasa yang diberikannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, bonus, asuransi ataupun uang liburan.

2.2.2        Kebijakan Dalam Pemberian Kompensasi
Untuk mengembangkan kebijakan pemberian kompensasi yang akan digunakan agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dalam memberikan pembayaran yang adail kepada karyawan sehingga tujuan organisasi terpenuhi sesuai yang deharapkan, maka harus ditentukan sistem pemberian kompensasi yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip penggajian.
Dessler (1998:85) dalam bukunya “Sumber Daya Manusia” mengatakan bahwa untuk menentukan skala gaji/upah ada beberapa factor yang mempengaruhi, diantaranya :
1.      Faktor hukum.
Dalam faktor ini besaran gaji/upah yang harus dibayar diatur dalam undang-undang yang meliputi segi upah minimum, tariff lembur dan tunjangan.
2.      Faktor serikat buruh.
Serikat dan undang-undang hubungan tenaga kerja mempengaruhi hubungan bagaimana perencanaan pembayaran yaitu adanya tawar menawar antara serikat buruh dengan yang mempekerjakan.
3.      Faktor kebijakan.
Yaitu pemberian kompensasi mempengaruhi upah yang dibayar. Kebijakan ini mempengaruhi tingkat upah dan tunjangan misalnya perbedaan upah/gaji bagi pegawai yang masih dalam masa percobaan.
4.      Faktor keadilan.
Faktor keadilan menjadi faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya pembayaran upah/gaji dalam arti bahwa keadilan eksternal tarif upah/gaji harus sebanding dengan organisasi lain, sedangkan keadilan internal hendaknya setiap pegawai memperoleh pembayaran gaji/upah yang sama dalam organisasi. Proses menetapkan tarif upah dengan menjamin keadilan eksternal dan internal menempuh lima langkah :
1.      Lakukanlah sebuah survey gaji tentang beberapa pembayaran dalam organisasi lain untuk pekerjaan sebanding.
2.      Tentukanlah nilai dari masing-masing pekerjaan dalam organisasi melalui evaluasi jabatan.
3.      Kelompokkan pekerjaan-pekerjaan serupa kedalam tingkat upah.
4.      Tetapkan harga masing-masing tingkat pembayaran dengan menggunakan kurva upah.
5.      tentukan dengan tarif upah.
Filippo (1987:75-76) dalam bukunya Principle of Personal Management, mangemukakan prinsip-prinsip penggajian yang harus diperhatikan antara lain dalam menentukan formula penggajian harus memperhitungkan tingkat inflasi, tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan aktualisasi. Disamping itu sistem penggajian harus dinaikkan dengan ranking pekerjaan yang sesuai dengan sifat pekerjaan, misalnya : sangat sulit, sulit, sedang, mudah dan mudah sekali yang didasari atas penilaian kinerja.
Amstrong dan Murlis (1984:18-20) dalam buku Pedoman Praktis Sistem Penggajian harus dilakukan beberapa langkah yakni :
1.      Menganalisis keadaan sekarang yang meliputi analisis berbagai jabatan-jabatan, banyaknya staf dalam setiap jabatan, besarnya gaji tiap-tiap orang, kenaikan umum apa saja (biaya hidup), kenaikan atau prestasi apa yang diberikan dan apakah perusahaan mengalami kesulitan atas kenaikan gaji.
2.      Merumuskan kebijakan penggajian yaitu kebijakan penggajian ditetapkan oleh level yang bertanggung jawab dalam penentuan kebijakan.
3.      menilai pekerjaan yaitu dengan menggunakan teknik-teknik penilaian pekerjaan dari berbagai aspek.
4.      Merencanakan struktur gaji yaitu struktur gaji harus menverminkan hubungan pekerjaan dengan cara yang logis dan penggunaan survey gaji dan informasi lain untuk mengembangkan struktur gaji.
5.      mengembangkan prosedur sistem penggajian untuk menjamin kebikan dan anggaran dilaksanakan dalam anggaran, kenaikan gaji dihubungkan dengan prestasi, struktur gaji tetap adil kedalam dan bersaing keluar, tingkat upah yang betul untuk tiap pekerjaan dan gaji tiap orang tidak melebihi batas teratas golongan gaji ditiap pekerjaan.
6.      Merencanakan seluruh aspek balas jasa yaitu meliputi pelaksanaan pengadministrasian gaji pokok dan unsure-unsur tunjangan, lembur, bonus dan pembagian laba.
7.      Mengevaluasi seluruh langkah-langkah tersebut diatas.
Selain beberapa hal diatas, penting untuk melihat apakah individu yang menerima kompensasi tersebut merasa puas dengan apa yang ditermanya, karena ketidakpuasan atas gaji yang mencukupi pada umumnya menimbulkan tingkat kepuasan kerja yang lebih rendah atas pembayaran dari komponen pekerjaan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang bertindak diluar prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan pihak perusahaan.
Heneman dan Schwab (1998:338) menyatakan kepuasan gaji merupakan konstruk kepuasan yang terdiri atas empat sub dimensi :
1.      Tingkat gaji (pay level).
2.      Struktur/pengelolaan gaji  (pay structure/administration).
3.      Peningkatan gaji (pay raise).
4.      Tunjangan (benefit).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan atas tingkat gaji didefinisikan sebagai persepsi kepuasan atas gaji atau upah secara langsung, sedangkan kepuasan atas peningkatan gaji berkenaan dengan persepsi kepuasan dalam perubahan tingkat gaji. Kepuasan atas struktur dan pengadministrasian gaji didefinisikan sebagai persepsi kepuasan dengan hirarki gaji internal dan metode yang digunakan untuk mendistribusikan gaji. Kepuasan atas tunjangan menekankan pada persepsi kepuasan tidak langsung yang diteima karyawan.

2.3  Kecurangan Akuntansi
2.3.1        Definisi Kecurangan Akuntansi
Menurut Alison (2006) dalam artikel yang berjudul Fraud Auditing mendefinisikan kecurangan (Fraud) sebagai bentuk penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.

2.3.2        Karakteristik Kecurangan Akuntansi
Menurut Alison (2006) dalam artikel yang berjudul Fraud Auditing, dilihat dari pelaku Fraud maka secara garis besar kecurangan dapat digolongkan menjadi dua jenis :
1.      Oleh pihak perusahaan, yaitu :
a         Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting). Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena adanya dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregulatities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan, kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan.
b        Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets). Kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan kartena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji jenis ini adalah :
1.      Penggelapan terhadap penerimaan kas.
2.      Pencurian aktiva perusahaaan.
3.      Mark-up harga.
4.      Transaksi tidak resmi.
2.      Oleh pihak diluar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha dan pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2.4  Kerangka Konseptual
Sejalan dengan penelitian ini, maka kerangka konseptualnya, seperti terdapat pada gambar 2.1






Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Pengendalian Internal dan
Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Pengendalian

Internal
(X1)




                                                           H1

Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi
(Y)
             
                                             H3




Kesesuaian

Kompensasi
(X2)
                                                H2             














BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1  Jenis dan Sumber Data
3.1.1        Jenis Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Data dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu :
1.      Data kuantitatif : data yang disajikan dan diukur dalam bentuk skala numeric atau dalam bentuk angka-angka.
2.      Data kualitatif : data yang bersifat deskriptif atau berbentuk uraian atau penjelasan serta tidak dapat diukur dalam skala numeric.
Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.

3.1.2        Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
1.      Data primer : data yang diperoleh secara langsung dalam hal ini dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original lewat kuisioner pada manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan perusahaan ritel yang berada di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.
2.      Data sekundaer : data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data yang dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data, maupun data yang didapat dari buku dan informasi lainnya, maupun kepustakaan.
3.2  Teknik Pengumpulan Data
Didalam melengkapi hasil penelitian ini, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan cara berikut :
1.      Survey Pendahuluan, yaitu kegiatan langkah awal untuk mencari judul skripsi dan masalah yang bisa diangkat menjadi bahan penelitian dengan membaca jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), Seminar Nasional Akuntansi (SNA), maupun lewat karya tulis ilmiah lainnya. Setelah menentukan judul penelitian skripsi dan masalah yang diangkat dalam penelitian melalui jurnal, maka langkah selanjutnya adalah mencari objek penelitian yang tepat dan sesuai dengan judul penelitian skripsi.
2.      Studi Kepustakaan, yaitu dengan suatu metode untuk mendapatkan informasi dari teori-teori dengan cara mempelajari serta mencatat dari buku-buku literature, majalah, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas oleh penulis, yang kesemuanya itu diperoleh langsung dari Perpustakaan PPA (Pendidikan Prosesi Akuntan) yang ada di Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulang Manado.
3.      Survey Lapangan, yaitu suatu metode pengumpulan data diamna peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat objek yang diteliti, sekaligus juga membagikan kuisioner kepada manajer keuangan, akuntan dan direktur/pemilik perusahaan atas pertanyaan secara tertulis yang diajukan oleh peneliti.


3.3  Populasi dan Sampel
Sugiyono (2004:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah para manajer supermarket atau karyawan bagian keuangan dari perusahaan ritel yang ada di Manado, kota Tomohon dan kota Bitung. Berdasarkan pembatasan masalah dalam Bab 1, maka jumlah populasi perusahaan ritel di Kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung berjumlah 16 perusahaan, maka metode pengumpulan data yaitu menggunakan metode populasi sensus. 

3.4  Definisi Operasional & Pengukuran Variabel
1.      Pengendalian Internal (X1) adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan perosnel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan mamadai tentang pencapaian tiga golongan berikut  : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Pengukuran ini memiliki lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari IAI, 2001. pengukurannya menggunakan skala likert 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju).
2.      Kompensasi (X2) adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada seseorang dalam bentuk pembayaran keuangan secara langsung (upah, gaji, insentif, komisi dan bonus) dan pembayaran keuangan tidak langsung (asuransi dan uang liburan). Pengukuran ini memiliki enam item pertanyaan yang diadopsi dari kuisioner Gibson, 1997. pengukurannya menggunakan skala likert 1 (sangat setuju) samapi 5 (sangat tidak setuju).
3.      Kecurangan akuntansi (Y) didefinisikan sebagai : (1) salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pengukuran ini memiliki lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari SPAP IAI, 2001. pengukurannya menggunakan skala likert 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju). 

3.5  Metode Analisis
3.5.1        Statistik Deskriptif
Penelitian ini merupakan penelitian dimana dalam menganalisis data penelitian akan menggunakan analisis statistik deskriptif sederhana. Menurut Nata Wirawan (2001:3), statistik deskriptif atau statistik deduktif adalah statistik dimana tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara pengumpulan, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaa, peristiwa, atau gejala tertentu sehingga dapat ditarik pengertian tertentu.

3.6  Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik yang digunakan adalah asumsi klasik Hateroskedastisitas, Multikolienaritas, dan Autokorelasi. Dalam literature Ekonometrika dikemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh suatu model regresi agar model regresi tersebut dapat dipakai. Asumsi klasik tersebut adalah bebas heteroskedastisitas, tidak ada multikolinearitas, bebas autokorelasi (Gujati 2003:65-75).

3.6.1       Asumsi Klasik Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat diartikan sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan, dan kesalahan yang terjasi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebig variabel bebas sehingga kesalahan tersebut tidak random (acak). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik plot (scatterplot). Jika tidak membentuk suatu pola, berarti bebas hateroskedastisitas.

3.6.2       Asumsi Klasik Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat dideteksi pada model regresi apabila variabel terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkorelasi kuat satu sama lain. Mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, yaitu dengan menganalsis matriks korelasi variabel-variabel independen yang dapat dilihat melalui Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF yang bias ditoleransi adalah 10. apabila VIF variabel-variabel independen < 10, berarti tidak ada Multikolinearitas.

3.6.3       Asumsi Klasik Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya memakai uji Durbin Watson dengan kriteria keputusan :
-          Jika D-W hitung < dL maka ada autokorelasi
-          Jika D-W hitung­ > dL maka tidak ada autokorelasi

3.6.4       Asumsi Klasik Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan dependen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, dengan melihat grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual  menggambarkan penyebaran data disekitar garis diagonal yang penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik.

3.7  Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Sugiyono (2004:250), analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen bila dua atau variabel independen sebagai factor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Model analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + εt
Dimana :                  Y = Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
                               α = Konstanta
                               β1 = Koefisien regresi untuk X1
                               X1 = Pengendalian Internal
                               β2 = Koefisien regresi untuk X2
                               X2 = Kesesuaian Kompensasi
                               ε   = Error
Untuk menyelesaikan analisis data ini secara keseluruhan, digunakan Software Program SPSS Version 12.0 For Windows, dan semua hasil output data yang dihasilkan kemudian diintepretasikan satu per satu termasuk didalamnya menentukan koefisien korelasi (R) untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dan koefisien determinasi (R­2) untuk mengukur pengaruh antara variabel bebas dan terikat.

3.8  Metode Pengujian Hipotesis
Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan statistik uji F dan uji t. Uji F atau uji ragam (anova) adalah untuk menguji variabel secara serempak atau bersama-sama.
H0 : β1, β2 = 0          artinya variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Ha : β1, β2 ≠ 0       artinya variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Dengan kriteria pengujian , jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak berarti Ha diterima atau dengan menggunakan kriteria lain yaitu apabila signifikan < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima dan apabila signifikan > 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak. 
Uji  t yaitu untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial atau sendiri-sendiri.
H0 : β1 = 0,               artinya variabel pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
H0 : β1 ≠ 0,             artinya variabel pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
H0β2 = 0,            artinya variabel kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
H0 : β2 ≠ 0,              artinya variabel kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Dengan kriteria pengujian , jika thitung > ttabel maka H0 ditolak berarti Ha diterima atau dengan menggunakan kriteria lain yaitu apabila signifikan < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima dan apabila signifikan > 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak.

3.9  Uji Validitas dan Reliabilitas
              Sumarsono (2004:31), pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Bila korelasi tersebut signifikan, maka alat ukur yang digunakan mempunyai validitas.
              Sumarsono (2004:34), pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan menggunakan analisis Reliability melalui metode Cronbach Alpha, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih.
              Dalam penelitian ini, pengujian validitas dan reabilitas tidak lagi dilakukan karena penelitian ini menggunakan alat kuisioner yang telah diuji oleh peneliti sebelumnya yaitu oleh Wilopo (2006) dengan judul penelitian ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1  Gambaran Umum Objek Penelitian
Kota Manado diperkirakan telah didiami sejak abad XVI dan pada abad XVII (1623), mulailah nama “Manado” digunakan untuk mengganti nama “Wenang”. Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa, yaitu “Mana Rou” atau “Mana Dou” yang dalam bahasa Indonesia berarti “dijauh”. Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 1240403 - 1240503 BT dan 10303 – 10403 LU, dengan daratan seluas 15.726 ha, dengan jumlah penduduk 382.834 jiwa. 
Kota Tomohon terletak pada 1015’ LU dan 1024’ BT. Luas kota Tomohon berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 2003 yaitu sekitar 14.420 ha, dengan jumlah penduduk 87.719 jiwa. Kota Tomohon terletak di ketinggian ± 700 meter dari permukaan laut (dpl), dan dikelilingi oleh 3 gunung yaitu gunung Lokon, gunung Mahawu dan gunung Masarang.
Kota Bitung terletak pada posisi geografis diantara 1023’ LU dan 12501’ BT dan luas wilayah daratan 304 km2. Dari aspek topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung berombak berbukit 45,06 %, bergunung 32,73 %, daratan landai 4,18 %, dan berombak 18,03 %. Di bagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung Merah di bagian barat, merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman. Di bagian utara keadaan
topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
Perusahaan ritel adalah perusahaan yang kegiatan usahanya menjual barang kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga sebagai konsumen. Perkembangan bisnis ritel di kota Manado, Tomohon dan Bitung begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan ritel yang bertambah dari tahun ke tahun, dan khusus untuk kota Manado yang mendominasi usaha ritel dibandingkan dengan kota Tomohon dan kota Bitung.
Perkembangan  perusahaan ritel kuhususnya supermarket/hypermarket di Kota Manado, Kota Tomohon dan Kota Bitung seperti pada table 4.1
Tabel 4.1
No
Nama Perusahaan
Alamat
Tahun Berdiri

1
2

3
4

5

6

7
8
9
10

11
12

13
14
15

16
Kota Manado
Fiesta Ria Supermarket
Golden Supermarket

Jumbo Swalayan
Gelalel Supermarket

Coco supermarket & Dept Store

Fresh Mart Supermarket &
Dept Store
Family Supermarket
Samudra Swalayan
Borobudur Supermarket
Muliti Mart Supermarket &
Dept Store
Queen Mart
Hypermart
Kota Tomohon
Grand Supermarket
Cool Supermarket
MMM Supermarket
Kota Bitung
MM Samudra Jaya

Jl. Sam Ratulangi
Kompleks Pasar 45
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Supropto No. 1
Jl. Sudirman
Kompleks Mega Mall
Jl. Sam Ratulangi  No. 458
Jl. Wolter Monginsidi No.1
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Piere Tendean
Jl. Sudirman
Jl. Sam Ratulangi

Jl. Sudirman
Kompleks Mantos Boulevard
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon

Jl. Ir Soekarno
 No. 43

1979
1983
1992
1986
1994
2003
1999

2002

2003
2004
2004
2004

2004
2005

2000
2004
2005

1997
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Tahun 2007

4.1.1        Struktur Organisasi
            Perusahaan ritel sebagai bagian dari bentuk perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatannya membeli barang jadi dan menjualnya kembali tanpa mengadakan pengolahan kembali. Dalam kegiatan perdagangan tersebut sangat dibutuhkan adanya manajemen dan struktur organisasi yang baik dalam suatu perusahaan. Organisasi merupakan suatu wadah dimana sekelompok orang dapat berhubungan satu sama lainnya untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah disepakati bersama.
Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peran masing-masing dalam suatu kebulatan kerjasama. Selain itu struktur organisasi merupakan alat vital bagi perusahaan atau suatu lembaga dalam menjalankan aktivitasnya dan dari dalamnya akan dapat dilihat sejauh mana tingkat tanggung jawab dari setiap bagian atau personil menurut tugasnya masing-masing guna pencapaian tujuan perusahaan.
Tujuan dibentuknya organisasi adalah untuk membantu menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang-orang berprestasi. Dalam penyusunan struktur organisasi haruslah fleksibel dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan perusahaan. Struktur yang disusun juga harus menunjukkan garis-garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
Struktur organisasi yang disusun ada bermacam-macam pola dan susunan, tergantung jenis aktivitas perusahaan dan kemampuan sumber dana serta penempatan tenaga kerja sesuai kemampuan dan kebutuhan perusahaan. Struktur yang disusun haruslah ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal sehingga akan mencerminkan tanggung jawab sebagai satu kesatuan usaha.
Secara umum, struktur organisasi sebuah perusahaan dagang dapat dilihat pada gambar 4.1.
Job Deskription
1.      Store Manajer
Tujuan utamanya adalah bertanggung jawab atas kelangsungan  kegiatan usaha yang dipimpinnya. Kelangsungan usaha ini meliputi :
a.       Penjualan.
b.      Angka kehilangan.
c.       Customer service.
d.      Penata/pengadaan barang.
e.       Keberhasilan toko.
2.      Assistant Manajer
Membantu tugas sehari-hari store manajer dan menggantinya bila diperlukan.
3.      Supervisor Area
Mengurusi penerimaan barang dari bagian ekspedisi, mengurusi penjualan barang-barang yang ada di area bersangkutan, melakukan rekrut order atau penentuan jumlah barang yang harus dipesan untuk area yang bersangkutan.
4.      Security
Bertugas menjaga keamanan dan kenyamanan sepanjang kawasan usaha serta mengamankan bila terjadi penyimpangan atau pencurian disekitar kawasan usaha tersebut.
5.      Koordinator Area (Counter)
Membantu tugas supervisor sehari-hari dan mengawasi pramuniaga.
6.      Pramuniaga
Melayani konsumen secara langsung, seperti memberikan informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan.
7.      Supervisor Kassa
Bertugas mengawasi kasir dalam melaksanakan tugas operasionalnya, menerima transaksi penjualan, bertanggung jawab atas uang yang diterima dari barang yang terjual, serta bertanggung jawab atas penyetoran uang yang diterima dari pihak bank.
8.      Koordinator Kassa
Membantu tugas supervisor kassa sehari-hari.
9.      Kasir
Melayani secara langsung transaksi pembelanjaan yang dilakukan oleh konsumen atau pembeli dan mencatat semua transaksi penjualan barang dengan menggunakan mesin kasa (cash register) atau scanner.
10.  Supervisor Ekspedisi
Bertugas menerima barang dari kantor pusat atau supplier dan menyalurkan ke area perusahaan, serta mengirimkan barang untuk retur intern.
11.  Koordinator Ekspedisi
Membantu tugas supervisor ekspedisi.
12.  Pelaksana (Crew Ekspedisi)
Sebagai pelaksana dari apa yang menjadi tugas supervisor dan koordinator ekspedisi, dalam arti membantu keduanya.
13.  Supervisor Personil
Bertanggung jawab atas semua masalah kepegawaian, terutama masalah karyawan. Antara lain menerima karyawan, mengeluarkan karyawan dan hal-hal menyangkut masalh karyawan.
14.  Supervisor Teknisi
Bertugas untuk mengatur masalah-masalah listrik atau penerangan didalam bangunan maupun disekitar kawasan usaha serta mengoperasikan genset bila listrik mengalami pemadaman sehingga kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar.
15.  Pelaksana (Crew Technic)
Sebagai pelaksana dari apa yang menjadi tugas supervisor teknisi.
16.  Supervisor Visual, Promosi dan Marchandise
Bertugas untuk meningkatkan penjualan dengan berbagai cara antara lain diadakannya super bazaar, minggu promosi, dan sebagainya, dengan tujuan agar penjualan meningkat. Selain itu pada bagian ini bertugas untuk display marchandising dalam menentukan harga barang, tata letak barang agar menarik perhatian konsumen untuk membelinya.
17.  Pelaksana (Crew Visual, Promosi dan Marchandise)
Sebagai pelaksana dari apa yang menjadi tugas supervisor dalam membantu supervisor.
18.  Monitor
Untuk monitor dapat juga disebut operator telepon. Bertugas untuk menerima atau melayani pengaduan dari konsumen yang tidak puas terhadap pelayanan-pelayanan atau barang yang dibelinya. Selain itu juga sebagai penghubung bila ada telepon untuk staf dan karyawan dari pihak luar.
19.  Finance Accounting
Bertanggung jawab untuk setiap kegiatan akuntansi.
20.  Pelaksana
Sebagai pelaksana dari apa yang menjadi tugas finance accounting.

4.1.2        Kegiatan Operasional
Khusus untuk perusahaan pasar swalayan (Supermarket) melalui jaringan “toko serba ada”nya menyediakan berbagai macam barang-barang kebutuhan seperti :
1.      Produk makanan (biskuit, sereal, mie instan, permen, buah-buahan dan sayuran,  dll). 
2.      Produk minuman (susu, aneka minuman ringan, dll).
3.      Produk kesehatan dan kecantikan (sabun, bedak, shampo, pembersih wajah, obat-obatan, dll).
4.      Barang keperluan rumah tangga (minyak goreng, gula, tepung, beras, dll)
Dalam toko yang besar terdapat pula area makanan food bazar dengan hidangan yang beraneka ragam.
Untuk perusahaan yang memiliki Dept. Store menawarkan produk-produk yang terdiri dari 4 kelompok (golongan) besar yaitu :
1.          Produk Fashion
-          Koleksi busana pria
-          Koleksi busana wanita
-          Koleksi busana anak-anak dan bayi
-          Koleksi sepatu, sandal dan tas
2.          Produk aksesoris dan kosmetik
3.          Produk mainan anak-anak
4.          Produk perlengkapan rumah tangga
5.          Produk stationary
Adapun jenis barang yang dipasarkan atau dijual dapat dikelompokkan menjadi beberapa section area yaitu :
1.          Section ladies world
Terdiri dari :
-          Pakaian wanita missy and junior
-          Aksesoris dan kosmetik
2.          Section mens world
Terdiri dari :
-          Pakaian pria
-          Tas dan sepatu
3.          Section children world
Terdiri dari :
-          Pakaian anak-anak
-          Mainan anak-anak
-          Sepatu dan aksesoris lainnya
4.          Section Home and Leisure
Terdiri dari :
-          Perlengkapan rumah tangga
-          Media, alat tulis dan perlengkapan kantor
-          Tempat permainan.
Pemilihan lokasi toko merupakan salah satu keputusan penting dalam usaha pengembangan perusahaan. Perusahaan melakukan survei daerah yang cermat dan teliti sebelum memutuskan untuk membuka toko baru. Suatu tim khusus, yaitu tim riset pemasaran kantor pusat telah dibentuk untuk memantau atau melakukan studi kelayakan pembukaan toko baru di daerah atau lokasi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan beberapa faktor untuk memperlancar usahanya yaitu :
a.       Berada didaerah pusat perbelanjaan
b.      Di dekat pasar tradisional
c.       Di dekat perhentian kendaraan
d.      Ada fasilitas komunikasi yang baik sehingga memperlancar hubungan dengan pihak luar.

4.2  Hasil Penelitian
4.2.1        Gambaran Umum Responden / Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini responden yang diambil oleh penulis adalah pimpinan/pemilik atau karyawan bagian keuangan perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan Kota Bitung yang mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha lebih dari Rp. 200.000.000 dan telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara. Adapun populasi tersebut sebanyak 22 Responden.
Berikut disajikan gambaran umum responden dalam penelitian ini
Tabel 4.2
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Pria
Wanita
13
9
59 %
41 %
Jumlah
22
100 %
Sumber : Hasil data olahan 2007
Dari Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden terdiri dari pria 13 orang dengan nilai persentase sebesar 59 % dan wanita sebanyak 9 orang dengan nilai persentase sebesar 41 %.
Adapun komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
S1
Diploma
SMA
18
2
2
82 %
 9 %
  9 %
Jumlah
22
100 %
Sumber: Hasil data olahan 2007
Dari Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden terakhir adalah diploma sebanyak 2 orang dengan nilai persentase sebesar 9 %, S1 sebanyak 18 orang dengan nilai persentase sebesar 82 %, dan SMA sebanyak 2 orang dengan nilai persentase sebesar 9 %. Dengan demikian, berdasarkan tingkat pendidikan terakhir maka jumlah responden terbesar berada pada tingkat pendidikan Sarjana (SI).
Adapun kompisisi responden berdasarkan lamanya mereka bekerja di perusahaan yang bersangkutan, dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Komposisi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
1 – 5 tahun
6 – 10 tahun
> 10 tahun
11
7
4
50 %
 31,8 %
  18,2 %
Jumlah
22
100 %
Sumber: Hasil data olahan 2007
   Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan selama 1-5 tahun berjumlah 11 orang dengan nilai persentase sebesar 50 %, yang bekerja selama 6-10 tahun berjumlah 7 orang dengan nilai persentase 31,8 % dan lebih dari 10 tahun sebanyak 4 orang dengan nilai 18,2 %.
Dari kuisioner yang dikembalikan oleh responden, yaitu sebanyak 22 orang karyawan bagian keuangan perusahaan ritel di Kota Manado, Kota Tomohon dan Kota Bitung, maka data yang didapat dari hasil jawaban reponden ditabulasikan kedalam tabel sesuai dengan klasifikasinya.
Untuk variabel Pengendalian Internal, terdapat 5 pertanyaan, variabel Kesesuaian Kompensasi terdapat 6 pertanyaan, dan variabel Kecenderungan Kecurangan Akuntansi terdapat 5 pertanyaan.. Dari ketiga variabel yang diukur tersebut, maka total keseluruhan pertanyaan adalah sebanyak 16 pertanyaan.
Hasil yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel dengan tingkat score sesuai dengan skala Lykert. Adapun hasil tabulasi data dapat dilihat pada Lampiran 2.
Melalui pengolahan data yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai dari variabel X1 (Pengendalian Internal), variabel X2 (Kesesuaian Kompensasi),  variabel Y (Keefektifan Pengendalian Internal) yang diteliti dan disajikan pada Tabel 4.5


Tabel 4.5
Tabulasi Score Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


Responden
Pengendalian
Internal
(X1)
Kesesuaian
Kompensasi
(X2)
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
(Y)
Total
Score
R1
9
26
17
52
R2
11
24
13
48
R3
11
22
11
44
R4
8
25
14
47
R5
7
28
13
48
R6
9
28
10
47
R7
5
26
15
46
R8
9
29
14
52
R9
5
25
11
41
R10
11
23
15
49
R11
12
23
14
49
R12
13
26
12
51
R13
10
22
16
48
R14
12
26
13
51
R15
14
24
17
55
R16
16
20
15
51
R17
6
21
11
38
R18
6
21
11
38
R19
8
25
12
45
R20
15
24
13
52
R21
17
21
15
53
R22
7
28
6
41

        ∑ X1 = 221
        ∑ X2 = 537
       ∑ Y = 288

Sumber : Hasil data olahan 2007


4.3  Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.3.1    Statistik Deskriptif
            Dengan menggunakan bantuan software program SPSS version 12.00, maka rata-rata hitung dan standar deviasi dari masing-masing variabel seperti yang ditunjukan dalam Tabel 4.6.





Tabel 4.6
      Sumber : Hasil Data Olahan 2007

Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa :
1.      Rata-rata hitung dan standar deviasi dari variabel Pengendalian Internal (X1). Untuk variabel bebas pengendalian internal (X1) diperoleh rata-rata hitung skor jawaban  sebesar 10,05 dengan standar deviasi sebesar  3,498 dan jumlah data yang ada sebesar 22.  Rata-rata skor sebesar 10,05 menunjukkan bahwa pengendalian internal cukup baik.
2.      Rata-rata hitung dan standar deviasi dari variabel Kesesuaian Kompensasi (X2). Untuk variabel bebas kesesuaian kompensasi (X2) diperoleh rata-rata hitung skor jawaban  sebesar 24,41 dengan standar deviasi sebesar  2,594 dan jumlah data yang ada sebesar 22.  Rata-rata skor sebesar 24,41 menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi cukup baik.
3.      Rata-rata hitung dan standar deviasi dari kecenderungan kecurangan akuntansi (Y). Untuk variabel terikat kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) diperoleh rata-rata hitung skor jawaban sebesar 13,09 dan standar deviasi 2,543 dengan jumlah data sebanyak 22, artinya kecenderungan kecurangan akuntansi, dipengaruhi oleh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi.

4.3.2        Uji Asumsi Klasik
            Untuk memperoleh hasil regresi linier yang baik serta tidak bias maka digunakan uji asumsi klasik, yaitu:
a.         Asumsi Klasik Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil bantuan Software Program SPSS 12.0, maka dapat dilihat dari hasil scatterplot parsial pengendalian internal (X1) dan kesesuaian kompensasi (X2) terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) pada gambar 4.2, menunjukkan tidak ada pola yang terbentuk dengan kata lain grafik menggambarkan plot menyebar.
Gambar 4.2
Grafik scatterplot pengendalian internal (X1) terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y)

Sumber : Data Hasil Olahan 2007

Grafik scatterplot kesesuaian kompensasi (X2) terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y)
          Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Ini membuktikan bahwa variabel bebas pengendalian internal (X1) dan kesesuaian kompensasi (X2), bebas heteroskedastisitas.

b.      Uji Autokorelasi
Table 4.7
Sumber : data hasil olahan2007
Hasil uji autokorelasi tidak mengindikasikan  terjadinya autokorelasi. Tabel 4.7. menunjukkan angka D-W sebesar 1,728. Angka 1,728 berada diantara  -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian tidak terdapat gejala autokorelasi.
c.       Uji Multikolinearitas
Tabel 4.8
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Berdasarkan hasil coefficients yang terdapat pada lampiran tabel 4.8, dapat dilihat pada output coefficients model, dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas jika VIF < 10. hasil dari perhitungan menghasilkan nilai VIF untuk variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebasar 1,158 < 10. maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian.
d.      Uji Normalitas
Gambar 4.3. menunjukkan bahwa grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual  menggambarkan penyebaran data disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.


Gambar 4.3. 
Uji Normalitas


4.3.3        Analisis Regresi Linear Berganda
Pada tabel 4.9, dapat diketahui koefisien untuk persamaan regresi dari data yang diteliti.
Tabel 4.9
            Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 12.0 seperti yang ada pada tabel 4.9, maka dapat dilihat pada bagian Coefficientsa bahwa model regresi yang diperoleh adalah :
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Y = 13,244 + 0,264X1 + (-0,115X2)
Y = 13,244 + 0,264X1 – 0,115X2
Konstanta α sebesar 13,244 memberikan pengertian bahwa jika pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi pada direktur/pemilik dan karyawan bagian keuangan yang bekerja di perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi pada karyawan bagian keuangan yang bekerja di perusahan ritel sebasar 13,244 satuan.
Koefisien regresi X1 sebesar +0,264 dapat diartikan, jika pengendalian internal (X1) mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan bertambah sebanyak 0,264 unit.  Dengan kata lain,  sistem pengendalian internal yang ada tidak akan mampu menekan terjadinya praktek kecurangan akuntansi.
Koefisien regresi X2 sebesar -0,115 dapat diartikan, jika kesesuaian kompensasi (X2) mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan berkurang sebanyak 0,115 unit.  Dengan kata lain, jika kompensasi yang diterima sesuai maka akan menekan kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi, demikian pula sebaliknya jika kompensasi yang diterima  tidak sesuai maka akan memberikan peluang untuk cenderung melakukan praktek kecurangan akuntansi.
Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut, maka dapat diketahui bahwa jika kompensasi yang diberikan sesuai, maka akan mempunyai pengaruh yang dominan dalam menekan kecenderungan kecurangan akuntansi, dan sebaliknya sistem pengendalian internal tidak mampu menekan praktek kecurangan akuntansi yang ada di perusahaan ritel khususnya di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.

Koefifien Korelasi (R)
Analisis ini digunakan untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel babas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam hal ini untuk mengukur kuat atau lemahnya hubungan antara pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.
Tabel 4.10

Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 12.0 seperti yang ada pada tabel 4.10, bagian Correlations dapat dilihat bahwa koefisien korelasi linear yang dihasilkan antara pengendalian internal (X1) dengan kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) adalah sebesar 0,406 artinya pengendalian internal tidak memiliki tingkat hubungan yang berlawanan yaitu sebasar 0,406, sedangkan koefisien korelasi linear yang dihasilkan antara kesesuaian kompensasi (X2) dengan kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) adalah sebesar -0,521, artinya kesesuaian kompensasi memiliki tingkat hubungan berlawanan sebesar -0,521.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.11
       Sumber : Data Hasil Olahan 2007

Dari table 4.11 dapat diketahui nilai R square yang diperoleh adalah sebesar 0,421 atau 42,1 %. Sedangkan nilai adjusted R square adalah 0,09 atau 9%.
      Karena dalam penelitian ini digunakan dua variabel bebas, maka koefisien determinasi yang digunakan adalah angka dari nilai R square sebesar 0,177 atau 17,7%.  Angka 17,7% mengartikan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung sebagian besar dipengaruhi oleh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebesar 17,7%, sedangkan sisanya sebesar 82,3 % dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini.

4.3.4        Pengujian Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diuji, telah dikemukakan dalam Bab III di depan dengan tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5% atau α = 0,05 maka hasil pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Uji F
Dengan menggunakan bantuan software program SPSS version 12.00, maka dapat diketahui Fhitung = 2,043 dan Ftabel = 2,86 dengan nilai probabilitas (signifikansi) = 0,157
Tabel 4.12

Sumber : Data hasil Olahan 2007
Dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan dan Ha ditolak, selanjutnya dapat dilihat bahwa signifikan > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasrkan hasil uji F maka dapat diketahui Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
b.      Uji t
Tabel 4.13

Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Dengan menggunakan bantuan software program SPSS version 12.00 maka dapat dilihat pada gambar diatas bahwa:
Y = α + β1X1
Y = 13,244 + 0,264 X1
Hasil koefisien regresi (β1) untuk variabel X1 (pengendalian internal) adalah sebesar 0,264 dan konstanta sebesar 13,244 sedangakan hasil thitung untuk variabel X1 (pengendalian internal) = 1,621 dan ttabel = 1,717 dengan hasil signifikan = 0,122.
Jadi dapat dilihat bahwa thitung < ttabel (1,621<1,717) maka dapat dikatakan H0 diterima dan Ha ditolak. Selanjutnya dapat dilihat signifikan >0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan variabel X1 (pengendalian internal) tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Tabel 4.14

Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa :
Y = α + β2X2
Y = 13,244 + (-0,115X2)
Y = 13,244 – 0,115X2
Hasil koefisien regresi (β2) untuk variabel X2 (kesesuaian kompensasi) adalah sebesar -0,115 dan konstanta sebesar 13,244 sedangakan hasil thitung untuk variabel X2 (kesesuaian kompensasi) = -0,523 dan ttabel = 1,717 dengan hasil signifikan = 0,607
Jadi dapat dilihat bahwa thitung < ttabel (-0,523<1,717) maka dapat dikatakan H0 diterima dan Ha ditolak. Selanjutnya dapat dilihat signifikan >0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan variabel X2 (kesesuaian kompensasi) tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jadi berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama, kedua, dan ketiga yang diajukan Penulis dalam Bab 1, yaitu pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi tidak dapat diterima.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
1.     Berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji F, maka dapat diketahui hasil Fhitung = 2,043  dan Ftabel = 2,86. Dengan nilai probabilitas (signifikansi) = 0,157. jadi dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel dengan nilai signifikan > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, hasil uji F menyatakan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
2.     Berdasarkan hasil uji t maka dapat diketahui hasil uji t untuk variabel X1 (pengendalian internal), thitung = 1,621 dan ttabel =1,717. dengan nilai probabilitas (signifikansi) = 0,122. jadi dapat dilihat bahwa thitung < ttabel dengan nilai signifikan > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. artinya variabel  pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil uji t untuk variabel X2 (kesesuaian kompensasi), thitung = -0,523 dan ttabel = 1,717. dengan nilai probabilitas (signifikansi) = 0,607. jadi dapat dilihat bahwa thitung < ttabel dengan nilai signifikan > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kacendrungan kecurangan akuntansi.

3.     Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis regresi linear berganda bahwa pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, didapatkan persamaan regresi linear berganda Y = 13,244 + 0,624X1 – 0,115X2. Konstanta sebasar 13,244 memberikan pengertian bahwa jika pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung adalah sebesar 13,244 satuan.
 Nilai β1 yang merupakan koefisien regresi dari X1 (pengendalian internal) sebesar 0,624 mempunyai arti bahwa jika pengendalian internal (X1) mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan bertambah sebanyak 0,264 unit, dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap atau konstan.  Dengan kata lain, sistem pengendalian internal yang ada tidak akan mampu menekan terjadinya praktek kecurangan akuntansi.
Nilai β2 yang merupakan koefisien regresi untuk X2 (kesesuaian kompensasi) sebesar -0,115 mempunyai arti bahwa jika kesesuaian kompensasi (X2) mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan berkurang sebanyak 0,115 unit, dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap atau konstan.  Dengan kata lain, jika kompensasi yang diterima sesuai maka akan menekan terjadinya praktek kecurangan akuntansi.
5.2  Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung. Bagi pihak perusahaan ritel pada umumnya diharapkan untuk dapat lebih membenahi sistem pengendalian internal, serta pemberian kompensasi yang sesuai agar dapat menekan terjadinya praktek kecurangan akuntansi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA


Harif Rivai (2001), Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Pengujian Empiris Model Turnover Lum et all, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 3, No.1

Wilopo (2006), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. simposium Nasional Akuntansi IX.

Alvin A.Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasly (2004), Auditing dan Pelayanan Verifikasi, “Pendekatan Terpadu”, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Penerbit PT INDEKS

IAI (2001), Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit

Diyah Siregar (2006), Kepuasan Kerja VS Produktivitas, http://www.lppm.ac.id

Badan Kepegawaian Negara (2006), Buku Koleksi BKN, http://www.bkn.go.id

Alison (2006), Fraud Auditing (Bagian Pertama Dari Dua Tulisan), http://www.reindo.co.id

Siti Nurbaya (2006), Pengaruh Kompensasi Terhadap Tingkat Produktivitas Pegawai (Studi Kasus Pada PDAM Kota Bandung), http://www.lppm.ac.id

Sugiyono (2004), Statistika Untuk Penelitian, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung

Kuncoro, Mudrajat. (2003), Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta

Nur Indriantoro, Bambang Supomo (2002), Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta



PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN RITEL DI KOTA MANADO, TOMOHON DAN BITUNG




SKRIPSI




Oleh:

ARVINDO MONINGKA
030614166




 















FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAM RATUANGI
MANADO
2007

Skripsi Berjudul :
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN RITEL DI KOTA MANADO, TOMOHON DAN BITUNG


Yang diajukan oleh
ARVINDO MONINGKA
030614166


Telah Diperiksa dan Disetujui
Untuk Diseminarkan

Manado,       Agustus 2007
Pembimbing I


Dra. J. J. Sondakh, Ak. MSi
NIP. 131 671 022
Pembimbing II


Drs. J. Tinangon, Ak. MM
NIP. 132 049 330


Ketua Jurusan Akuntansi



Dra. J. J. Sondakh, Ak. MSi
NIP. 131 671 022







LAMPIRAN


Lampiran 1
Profil Responden
Untuk pertanyaan nomor 2-4 anda dimohon untuk memberikan tanda √ pada kotak didepan alternatif jawaban yang diberikan.

1.     Jabatan anda ditempat anda bekerja : ................................................................

2.     Pendidikan             :
SMA                             Sarjana           


Diploma                       Lainnya (sebutkan) ..............

3.     Jenis Kelamin        :
Pria                              Wanita

4.     Lamanya anda bekerja di perusahaan ini :
1 – 5 tahun


6 – 10 tahun


Lebih dari 10 tahun





KUISIONER
Untuk pertanyaan dibawah ini, berikan tanda silang (X) pada setiap alternatif jawaban yang diberikan.

I     Pertanyaan untuk Keefektifan Pengendalian Internal
1.     Di perusahaan tempat saya bekerja, penerapan wewenang dan tanggung jawab tidak terlalu dipentingkan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
2.     Di perusahaan tempat saya bekerja, bila laporan keuangan perlu segera diterbitkan, maka otorisasi transaksi dan bukti pendukung dapat diabaikan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
3.     Di perusahaan tempat saya bekerja, pemeriksaan fisik atas kekayaan perusahaan (kas, persediaan, dll) hanya dilakukan pada saat diperlukan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
4.     Di perusahaan tempat saya bekerja, sistem akuntansi tidak dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional perusahaan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
5.     Di perusahaan tempat saya bekerja, pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal (misalnya, derajat keamanan kas, persediaan, dsb) tidak dilakukan secara terus-menerus.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
II   Pertanyaan untuk Kesesuaian Kompensasi
6.     Kompensasi keuangan yang diberikan di perusahaan ini diukur sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan perusahaan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
7.     Perusahaan ini menciptakan kondisi sehingga diakui bahwa semua karywannya memang menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
8.     Promosi di perusahaan ini diberikan atas dasar prestasi kerja yang telah dicapai oleh karyawan perusahaan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
9.     Perusahaan ini dikelola oleh manajemen sedemikian rupa sehingga karyawannya memulai dan menyelesaikan tugas pekerjaan dengan baik.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
10.  Pekerjaan sebagai penaggung jawab penyusunan laporan keuangan di perusahaan ini merupakan tugas yang menantang yang harus dicapai dalam waktu tertentu.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral



11.  Di perusahaan ini, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan dapat memaksimalkan kemampuan, pengetahuan dan keahlian di bidangnya.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral

III   Pertanyaan untuk Kecendrungan Kecurangan Akuntansi
12.  Agar laba perusahaan ini tampak besar, maka wajar bila pimpinan bagian akuntansi di perusahaan ini memperkecil biaya-biaya yang tercatat dalam pembukuan perusahaan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
13.  Bagi pimpinan bagian akuntansi di perusahaan ini, demi mengamankan posisi direksi adalah wajar bila catatan dan dokumen penyuapan kepada pejabat pemerintah dihilangkan dari pembukuan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
14.  Bila ingin menunjukkan laba perusahaan yang lebih besar dari yang sebernanya, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan di perusahaan ini diperkenankan untuk memperkecil cadangan piutang macet.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral
15.  Pimpinan bagian akuntansi di perusahaan ini, sepatutnya berusaha untuk tidak menerima berbagai pembayaran fiktif yang ada di perusahaan.
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral

16.  Direktur keuangan di perusahaan ini, seharusnya berani menolak permintaan komisaris utama untuk membeli rumah perusahaan dengan harga murah (dibawah harga pasar).
A.    Sangat Setuju                          D. Tidak Setuju
B.    Setuju                                      E.  Sangat Tidak Setuju
C.    Netral

LAMPIRAN 2
Tabulasi Hasil Penelitian


Responden
Pengendalian Internal
Kesesuaian Kompensasi
Kecendrungan Kecurangan Akuntansi

P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
R1
1
1
3
2
2
5
5
5
4
3
4
3
3
3
5
3
R2
3
2
3
1
2
4
4
2
4
5
5
1
2
2
5
3
R3
1
1
2
3
4
4
3
4
4
4
3
1
2
2
3
3
R4
1
1
3
1
2
4
4
4
4
4
5
2
2
2
5
3
R5
1
1
2
1
2
4
4
5
5
5
5
2
2
2
4
3
R6
2
2
2
1
2
5
4
5
4
5
5
1
1
1
5
2
R7
1
1
1
1
1
5
4
5
4
5
3
3
3
1
5
3
R8
1
1
3
1
3
4
5
5
5
5
5
1
4
1
5
3
R9
1
1
1
1
1
4
5
4
4
4
4
2
2
2
4
1
R10
2
2
3
2
2
4
4
4
4
3
4
2
2
3
4
4
R11
1
2
3
2
4
4
4
4
4
3
4
3
2
2
4
3
R12
2
1
4
4
2
4
4
5
4
4
5
2
1
2
4
3
R13
1
2
2
3
2
3
5
4
4
3
3
2
2
3
5
4
R14
1
2
3
2
4
5
4
5
4
4
4
1
1
2
5
4
R15
2
1
4
3
4
5
5
4
4
3
3
3
4
3
4
3
R16
4
3
2
3
4
2
2
4
4
4
4
3
3
2
4
3
R17
1
1
1
2
1
3
4
2
4
5
3
2
1
2
3
3
R18
1
1
1
2
1
3
4
2
4
5
3
1
1
1
5
3
R19
1
2
2
1
2
3
5
3
5
5
4
2
1
3
3
3
R20
4
3
3
2
3
4
4
2
5
5
4
3
2
2
5
1
R21
3
4
3
2
5
3
4
4
3
5
2
3
2
2
4
4
R22
2
1
2
1
1
5
4
5
5
5
4
1
2
1
1
1


LAMPIRAN 3
No
Nama Perusahaan
Alamat

1
2

3
4

5
6
7
8
9
10
11
12

13

14
15


16
Kota Manado
Fiesta Ria Supermarket
Golden Supermarket

Jumbo Swalayan
Gelalel Supermarket

Coco supermarket & Dept Store
Fresh Mart Supermarket &
Dept Store
Family Supermarket
Samudra Swalayan
Borobudur Supermarket
Muliti Mart Supermarket &
Dept Store
Queen Mart
Hypermart
Kota Tomohon
Grand Supermarket
Cool Supermarket
MMM Supermarket
Kota Bitung
MM Samudra Jaya

Jl. Sam Ratulangi
Kompleks Pasar 45
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Supropto No. 1
Jl. Sudirman
Kompleks Mega Mall
Jl. Sam Ratulangi  No. 458
Jl. Wolter Monginsidi No.1

Jl. Sam Ratulangi
Jl. Piere Tendean
Jl. Sudirman
Jl. Sam Ratulangi

Jl. Sudirman
Kompleks Mantos Boulevard

Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon

Jl. Ir Soekarno No 43

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Tahun 2007

Lampiran 4


























PROFIL PERUSAHAAN


6      Sampai saat ini jumlah karyawan di perusahaan ini adalah :
               Kurang dari 25 orang
               Antara 26 – 50 orang
               Antara 50 – 75 orang
               Lebih dari 75 orang


7      Modal awal perusahaan ini adalah :
                Kurang dari 100 juta
                Antara 100 juta sampai dengan kurang dari 200 juta

                200 juta sampai dengan kurang dari 500 juta


                 Lebih dari 500 juta


8.     Perusahaan ini telah berdiri selama :


     Kurang dari 5 tahun


     Antara 6 – 10 tahun


     Antara 11 – 15 tahun


     Lebih dari 15 tahun





  








































      


                              








0 komentar:

Post a Comment

 

Pengikut

Copyright © ZONA SKRIPSI All Rights Reserved • Design by Dzignine
best suvaudi suvinfiniti suv