PENGARUH
PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN RITEL DI KOTA MANADO, TOMOHON DAN BITUNG
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kecurangan akuntansi telah
berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di USA kecurangan
akuntansi telah berkembang secara luas. Spathis (2002) menjelaskan bahwa di USA
kecurangan akuntansi menimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir seluruh
industri. Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnya
akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan biaya
monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan
dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah
memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan ini merupakan
bentuk kecurangan akuntansi.
Indonesia termasuk negara dengan
peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy International, 2005).
Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa
bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan
perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD.
Meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indoonesia belum
terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Oleh karenanya
fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu akuntansi, tetapi perlu
malibatkan disiplin ilmu yang lain.
Keinginan yang tidak sama antara
manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak
merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung
melakukan kecurangan akuntansi.
Menurut Shivdasani seperti yang
dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan
permasalahan kecurangan akuntansi dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada
agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring
yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif.
Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang
dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :
1.
Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan
keuangan
2.
Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau
penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia .
Perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau
dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih
individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Dari perspektif
kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white-collar
crime). Kejahatan kerah putih dalam
dunia usaha diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi
di pasar modal, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat
publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta
kebangkrutan..
Menurut Abbot et al
seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menyatakan bahwa pengendalian internal
yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jika suatu sisitem pengendalian
internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak terjamin
keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti dan tidak dapat
dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional
perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang
ditetapkan. Dengan
adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola, maka fungsi
pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan apakah tugas dan wewenang yang
didelegasikan telah dilaksankan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Proses
pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak manajemen yang bertanggung
jawab untuk melindungi dan mangamankan harta perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggali pesepsi para manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan pada
perusahaan ritel di kota Manado ,
kota Tomohon
dan kota Bitung
untuk mengetahui kecenderungan kecurangan akuntansi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor
ini terdiri dari pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi.
Berdasarkan latar belakang
masalah, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Pengendalian
Internal dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecandrungan Kecurangan Akuntansi
pada Perusahaan Ritel di kota Manado ,
kota Tomohon
dan kota
Bitung.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
2.
bagaimana pengaruh kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek yang
digunakan dibatasi pada:
1. Perusahaan-perusahaan ritel yang
mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha sebesar Rp 200.000.000,-
2. Perusahan-perusahaan ritel yang telah
menjalankan kegiatan usahanya lebih dari satu tahun, dan
3. Telah mendaftarkan kembali
perusahaannya di Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara.
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal dan
kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
1.5
Manfaat Penelitian
Melalui
penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :
1.
Dapat memberikan informasi kepada
manajer dalam melihat pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado , kota Tomohon dan kota Bitung.
2.
Dapat
menerapkan teori dalam praktek mengenai pengaruh pengendalian internal dan
kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
3.
Bagi pihak lain, diharapkan
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.6
Tinjauan Pustaka
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dengan judul analisa factor-faktor
yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (studi pada
prusahaan publik dan Badan Usaha Milik Nagara) menunjukkan bahwa pengendalian
internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Data penelitian diolah dengan menggunakan
analisis AMOS 4. pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan lima item pertanyaan.
Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada
perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia. Data penelitian diolah dengan
menggunakan analisis AMOS 4, pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5
dengan enam item pertanyaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terdapat pada variabel dependen dan independen yang digunakan dimana
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebagai variabel dependen dan kecenderungan
kecurangan akuntansi sebagai variabel independen, dan juga persamaan dari
penelitian ini terdapat dalam penggunaan data kuisioner yang dikembangkan oleh
peneliti dari IAI dan Gibson. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti
yaitu perusahaan ritel di Manado.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaya (2006) dengan judul pengaruh
kompensasi terhadap tingkat produktivitas pegawai (studi kasus pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) kota bandung) menunjukkan bahwa kompensasi memberikan pengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas pegawai. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Data diperoleh dari laporan keuangan PDAM dari periode tahun 2001 sampai
dengan tahun 2005. selanjutnya data dioleh dengan menggunakan analisis regresi
linier sederhana dan korelasi. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,
kemudian ditarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji
t. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel
dependen yaitu kompensasi. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian yaitu
pada perusahaan ritel di Manado.
1.7 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan
pustaka diatas maka didapat hipotesis awal sebagai berikut:
H1 : diduga
Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H2 : diduga
Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H3 : diduga Pengendalian Internal dan Kesesuaian
Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1
Latar Belakang Masalah
Kecurangan akuntansi telah
berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di USA kecurangan akuntansi
telah berkembang secara luas. Spathis (2002) menjelaskan bahwa di USA
kecurangan akuntansi menimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir seluruh
industri. Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnya
akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan biaya
monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan
dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah
memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan ini merupakan
bentuk kecurangan akuntansi.
Indonesia termasuk negara dengan
peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy International, 2005).
Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa
bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan
perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD.
Meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indoonesia belum
terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Oleh karenanya
fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu akuntansi, tetapi perlu
malibatkan disiplin ilmu yang lain.
Keinginan yang tidak sama antara
manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak
merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung
melakukan kecurangan akuntansi.
Menurut Shivdasani seperti yang
dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan
permasalahan kecurangan akuntansi dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada
agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring
yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif.
Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang
dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :
3.
Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan
keuangan
4.
Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau
penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia .
Perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau
dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih
individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Dari perspektif
kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white-collar
crime). Kejahatan kerah putih dalam
dunia usaha diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi
di pasar modal, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat
publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta
kebangkrutan..
Menurut Abbot et al
seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menyatakan bahwa pengendalian internal
yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jika suatu sisitem pengendalian
internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak terjamin
keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti dan tidak dapat
dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional
perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang
ditetapkan. Dengan
adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola, maka fungsi
pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan apakah tugas dan wewenang yang
didelegasikan telah dilaksankan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Proses
pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak manajemen yang bertanggung
jawab untuk melindungi dan mangamankan harta perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggali pesepsi para manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan pada
perusahaan ritel di kota Manado ,
kota Tomohon
dan kota Bitung
untuk mengetahui kecenderungan kecurangan akuntansi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor
ini terdiri dari pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi.
Berdasarkan latar belakang
masalah, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Pengendalian
Internal dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecandrungan Kecurangan Akuntansi
pada Perusahaan Ritel di kota Manado ,
kota Tomohon
dan kota
Bitung.
2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
2.
bagaimana pengaruh kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
2.3
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek yang
digunakan dibatasi pada:
4. Perusahaan-perusahaan ritel yang
mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha sebesar Rp 200.000.000,-
5. Perusahan-perusahaan ritel yang telah
menjalankan kegiatan usahanya lebih dari satu tahun, dan
6. Telah mendaftarkan kembali
perusahaannya di Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara.
2.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
2.5
Manfaat Penelitian
Melalui
penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :
4.
Dapat memberikan informasi
kepada manajer dalam melihat pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di
kota Manado , kota Tomohon dan kota Bitung.
5.
Dapat
menerapkan teori dalam praktek mengenai pengaruh pengendalian internal dan
kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
6.
Bagi pihak lain, diharapkan
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2.6
Tinjauan Pustaka
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dengan judul analisa factor-faktor
yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (studi pada
prusahaan publik dan Badan Usaha Milik Nagara) menunjukkan bahwa pengendalian
internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Data penelitian diolah dengan menggunakan
analisis AMOS 4. pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan lima item pertanyaan.
Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada
perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia. Data penelitian diolah dengan
menggunakan analisis AMOS 4, pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5
dengan enam item pertanyaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terdapat pada variabel dependen dan independen yang digunakan dimana
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebagai variabel dependen dan
kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel independen, dan juga
persamaan dari penelitian ini terdapat dalam penggunaan data kuisioner yang
dikembangkan oleh peneliti dari IAI dan Gibson. Perbedaannya terdapat pada
objek yang diteliti yaitu perusahaan ritel di Manado.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaya (2006) dengan judul pengaruh
kompensasi terhadap tingkat produktivitas pegawai (studi kasus pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) kota bandung) menunjukkan bahwa kompensasi memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas pegawai. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan
studi kasus. Data diperoleh dari laporan keuangan PDAM dari periode tahun 2001
sampai dengan tahun 2005. selanjutnya data dioleh dengan menggunakan analisis
regresi linier sederhana dan korelasi. Analisis koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,
kemudian ditarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji
t. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel
dependen yaitu kompensasi. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian yaitu
pada perusahaan ritel di Manado.
2.7 Hipotesis
Berdasarkan
tinjauan pustaka diatas maka didapat hipotesis awal sebagai berikut:
H1 : diduga
Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H2 : diduga
Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H3 : diduga Pengendalian Internal dan Kesesuaian
Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
2.1
Struktur Pengendalian
Intern
2.1.1
Pengertian Struktur
Pengendalian Intern
Struktur
pengendalian intern sebagai suatu tipe pengawasan diperlukan karena adanya
keharusan untuk mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dalam suatu
organisasi. Seorang manajer/pemilik perusahaan yang merasa tidak memiliki cukup
waktu dan kemampuan untuk mengelola sendiri semua kegiatan perusahaannya, akan
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya kepada orang lain. Tetapi
bersamaan dengan atau segera setelah pemilik perusahaan mendelegasikan wewenang
dan tanggung jawabnya, pada saat itu pula dirasakan suatu kebutuhan untuk
senantiasa mengawasi pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang dicapai oleh
para fungsionaris tersebut.
Menurut Standar Profesional
Akuntan Publik (2001:319.2) pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi
operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Alvin A.Arens, Radal
J.Elder, Mark S.Beasly dalam buku berjudul Auditing dan Pelayanan Verifikasi
(2004:396) bahwa suatu sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan
mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering disebut
pengendalian, dan secara kolektif mereka meringkas pengendalian internal
entitas itu.
Mulyadi dalam bukunya :sistem
Akuntansi” (1997:165) memberikan definisi mengenai sistem pengendalian intern
meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan
untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.1.2
Komponen Pengendalian
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001:319)
pengendalian terdiri dari lima
komponen yang saling terkait berikut ini :
a
Lingkungan
pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian
orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen
pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b
Penaksiran resiko
adalah identifikasi entitas, dan analisi terhadap resiko yang relevan untuk
mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko
harus dikelola.
c
Aktivitas
pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan
manajemen dilaksanakan.
d
Informasi dan
komunikasi adalah pengidentifikasian, pengungkapan, dan pertukaran informasi
dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung
jawab mereka.
e
Pemantauan adalah
proses yang menetukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
Menurut Commite
Of Sponsoring Organizations (COSO) yang dikutip oleh Marshall B.Rommey
& Paul J.Steinbart dalam buku accounting information system
(2004:231) pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling
berhubungan yaitu :
a
Lingkungan Pengendalian
Inti dari
bisnis apapun adalah orang-orangnya-ciri perorangan, termasuk integritas,
nilai-nilai etika dan kompetensi serta lingkungan tempat beroperasi. Mereka
adalah mesin yang mengemudikan organisasi dan dasar segala hal terletak.
Lingkungan pengendalian terdiri dari factor-faktor berikut :
1.
Komitmen atas integritas dan
nilai-nilai etika
Merupakan hal
yang penting bagi pihak manajemen untuk menciptakan struktur organisasional
yang menekankan pada integritas sebagai prinsip dasar beroperasi, dengan cara
secara aktif mengajarkan dan mempraktikannya.
2.
Filosofi pihak manajemen dan gaya operasinya
Semakin
bertanggung jawab filosofi pihak manajemen dan gaya operasi mereka, semakin
besar kemungkinannya para pegawai akan berperilaku secara bertanggung jawab
dalam mencapai tujuan organisasi. Apabila pihak manajemen menunjukkan sedikit
perhatian atas pengendalian informasi maka pegawai akan menjadi kurang rajin
dan efektif dalam mencapai tujuan pengendalian tertantu.
3.
Struktur organisasional
Struktur
organisasional perusahaan menetapkan garis otoritas dan tanggung jwab serta
menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengarahan dan pengendalian
operasinya.
4.
Badan audit dan dewan komisaris
Komite audit
bertanggung jawab untuk mengawasi struktur pengendalian internal perusahaan,
proses pelaporan keuangannya, dan kepatuhannya terhadap hukum, peraturan, dan
standar yang terkait. Komite tersebut bekerja dekat dengan auditor eksternal
dan internal perusahaan.
5.
Metode untuk memberikan
otoritas dan tanggung jawab
Otoritas dan
tanggung jawab dapat diberikan melalui deskripsi pekerjaan secara formal,
pelatihan pegawai, dan rencana operasional, jadwal dan anggran. Salah satu hal
yang sangat penting adalah peraturan yang menangani masalah seperti standar
etika berperilaku, praktek bisnis yang dapat dibenarkan, peraturan persyaratan,
dan konflik kepentingan.
6.
Kebijakan dan praktik-praktik
dalam sumber daya manusia
Kebijakan dan
praktik-praktik mengenai pengontrakan, pelatihan, pengevaluasian, pemberian
kompensasi, dan promosi pegawai mempengaruhi kemampuan organisasi untuk
meminimalkan ancaman, resiko dan pajanan. Para pegawai harus dipekerjakan dan
dipromosikan berdasarkan seberapa baik mereka memenuhi persyaratan pekerjaan
mereka.
7.
Pengaruh-pengaruh eksternal
Pengaruh-pengaruh
eksternal yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah termasuk persyaratan
yang dibebankan oleh bursa efek, oleh Finansial Accounting Standards Board
(FASB), dan oleh Securities and Exchange Commission (SEC).
b
Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan
prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk membantu memastikan
bahwa tindakan yang diidentifikasi oleh pihak manajemen untuk mengatasi resiko
pencapaian tujuan organisasi, secara efektif dijalankan. Secara umum,
prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut ini :
1.
Otorisasi transaksi dan
kegiatan yang memadai
Otorisasi
seringkali di dokumentasikan sebagai penandatanganan, pemberian tanda paraf,
atau memasukkan tanda kode paraf, atau transaksi tertentu terjadi karena
keadaan khusus, sehingga pihak manajemen memberikan otorisasi khusus agar dapat
dilaksanakan sebaliknya, pihak manajemen dapat memberi otorisasi pada pegawai
untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus, atau disebut otorisasi
umum.
2.
Pemisahan tugas
Pemisahan
tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut dipisahkan :
a.
Otorisasi – menyetujui
transaksi dan keputusan
b.
Pencatatan – mempersiapkan
dokumen sumber, memelihara catatan jurnal, buku besar dan file lainnya; mempersiapkan
rekonsiliasi, serta mempersiapkan laporan kinerja
c.
Penyimpanan – menangani kas
3.
Desain dan penggunaan dokumen
serta catatan yang memadai
Desain dan
penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan yang
akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan. Bentuk dan
isinya harus dijaga agar tetap sesederhana mungkin untuk mendukung pencatatan,
dan menfasilitasi peninjauan serta verifikasi.
4.
Penjagaan asset dan catatan
yang memadai
Ketika seorang
berpikir tentang penjagaan asset fisik, seperti persediaan dan perlengkapan.
Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah satu asset terpenting perusahaan adalah
informasi. Oleh karena itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik
asset berupa informasi maupun fisik.
Prosedur-prosedur
menjaga asset pencurian, penggunaan tanpa otorisasi dan vandalisme :
a.
Mensupervisi dan memisahkan
tugas secara efektif
b.
Memelihara catatan asset,
termasuk informasi secara akurat
c.
Membatasi asset secara fisik
(mesin kas, lemari besi, kotak uang, dan akses terbatas ke safe deposit box
kas, sekuritas, dan asset dalam bentuk surat-surat berharga)
d.
Melindungi catatan dan dokumen
(area penyimpanan tahan api, kabinet file yang terkunci, dan alokasi pendukung
diluar kantor) merupakan cara yang efektif untuk melindungi catatan dan dokumen
e.
Mengendalikan lingkungan
(perlengkapan komputer yang sensitive harus diletakkan dalam ruangan yang
memiliki alat pendingin dan perlindungan dari api yang memadai)
f.
Pembatasan akses ke ruang
komputer, file komputer dan informasi.
5.
Pemeriksaan independen atas
kinerja
Pemeriksaan
internal untuk memastikan seluruh transaksi diproses secara akurat adalah
elemen pengendalian lainnya yang penting. Pemeriksaan ini harus independen,
karena pemeriksaan umumnya akan efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain
yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa.
c.
Penilaian resiko
Organisasi
harus sadar akan resiko dan berurusan dengan resiko yang dihadapinya.
Organisasi harus menempatkan tujuan, yang terintegrasi dengan penjualan,
produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya, agar organisasi beroperasi
secara harmonis. Organisasi juga harus membuat mekanisme untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang terkait. Akuntan
memainkan peranan penting dalam membantu manajemen mengontrol bisnis dengan
mendesain sistem pengendalian yang efektif, dan mengevaluasi sistem yang ada
untuk memastikan bahwa sistem tersebut berjalan dengan efektif.
d.
Informasi dan komunikasi
Disekitar
aktivitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi. Mereka
memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan bertukar informasi
yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
Akuntan harus memahami bagaimana (1) transaksi diawali, (2) data didapat dalam
bentuk yang dapat dibaca oleh mesin, (3) file komputer diakses dan diperbarui,
(4) data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi, dan (5) informasi
dilaporkan ke para pemakai internal dan pihak eksternal.
e.
Pengawasan
Seluruh proses harus diawasi, dan
perubahan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Melalui cara ini sistem
dapat bereaksi secara dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan. Metode untuk
mengawasi kinerja dapat mencakup supervisi yang efektif, pelaporan yang
bertanggung jawab dan audit internal.
2.1.3
Tujuan dan Kendala
Struktur Pengendalian Intern
Menurut Wing
W.Winanrno yang dikutip oleh Lisa S.Onggowarsito (2001:21) bahwa manajemen
merancang struktur pengendalian intern yang efektif dengan empat tujuan pokok
yaitu :
1.
Menjaga kekayaan dan catatan
organisasi.
2.
Mengecek ketrelitian dan
catatan organisasi.
3.
Mendorong efisiensi.
4.
Mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Menurut
tujuannya pengendalian intern dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu, pengendalian
akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian administrasi (internal
administrative control). Pengendalian akuntansi yang merupakan bagian dari
struktur pengendalian intern meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama
untuk menjaga kekayaan dan catatan organisasi dan mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi.
Pengendalian
akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur
yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang
andal. Pengendalian administrasi meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama
untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Adapun
beberapa kendala yang mempengaruhi struktur pengendalian intern yaitu :
1.
Lingkungan eksternal yang
seringkali berubah dengan cepat, misalnya: perkembangan teknologi, tindakan
pesaing dan peraturan perusahaan yang semuanya ini mempengaruhi pelaksanaan
struktur pengendalian intern.
2.
Berbagai kemungkinan kegiatan
yang merongrong struktur pengendalian intern misalnya : ada orang yang tidak
berhak menganalisis data sehingga rusak dan hilang.
3.
Kesulitan mengikuti
perkembangan komputer yang sangat pesat, terutama melatih karyawan menggunakan
sistem baru.
4.
Faktor manusia yang dalam
beberapa hal tidak patuh mengikuti prosedur yang telah diteteapkan.
5.
Rumitnya biaya yang terjadi
didalam perusahaan, belum lagi dalam hal mengalokasikan biaya.
2.1 Keseuaian Kompensasi
2.2.1
Pengertian Kompensasi
Kepuasan
individu atas kompensasi yang diterimanya didasarkan pada teori keadilan
(equity). Menurut teori keadilan, dalam buku karangan Gibson, Ivancevich,
Donnelly (1197:150) menyatakan bahwa keadilan (equity) adalah suatu keadaan
yang muncul dalam pikiran seseorang jika ia merasa bahwa rasio antara usaha dan
imbalan adalah seimbang dengan rasio individu yang dibandingkannya. Inti dari
teori keadilan ialah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka terhadap imbalan
dengan imbalan karyawan lainnya dalam situasi kerja yang sama. Teori motivasi
ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk
diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Ada
empat ukuran penting dalam teori ini :
1.
Orang, yaitu individu yang
merasakan diperlakukan adil atau tidak adil.
2.
Perbandingan dengan orang lain,
yaitu setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh seseorang sebagai
pembanding rasio masukan atau perolehan.
3.
Masukan (Input), yaitu
karakteristik individual yang dibawa ke pekerjaan, seperti keberhasilan
(keahlian, pengalaman, belajar) atau karakteristik bawaan (umur, jenis kelamin,
ras).
4.
Perolehan (Outcome),
yaitu apa yang diterima seseorang dari pekerjaanya (penghargaan, tunjangan dan
upah).
Filippo
(1987:75-76) dalam bukunya “Prinsiple of Personal Management” menyatakan
bahwa kompensasi adalah harga untuk jasa yang diterima atau diberikan oleh
orang lain bagi kepentingan seseorang atau badan hukum.
Dessler
(1998:85) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” menyatakan
kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan
kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu, dan kompensasi
karyawan mempunyai dua komponen. Pertama, pembayaran keuangan langsung dalam
bentuk upah, gaji, insentif, komisi dan bonus. Kedua, pembayaran tidak langsung
dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan yang dibayarkan
perusahaan.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompensasi dapat diartikan sebagai
pemberian pihak perusahaan/badan hukum kepada seseorang atas jasa yang
diberikannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk upah, gaji,
insentif, komisi, bonus, asuransi ataupun uang liburan.
2.2.2
Kebijakan Dalam
Pemberian Kompensasi
Untuk
mengembangkan kebijakan pemberian kompensasi yang akan digunakan agar dapat
memenuhi kebutuhan organisasi dalam memberikan pembayaran yang adail kepada
karyawan sehingga tujuan organisasi terpenuhi sesuai yang deharapkan, maka
harus ditentukan sistem pemberian kompensasi yang dibuat berdasarkan
prinsip-prinsip penggajian.
Dessler
(1998:85) dalam bukunya “Sumber Daya Manusia” mengatakan bahwa untuk
menentukan skala gaji/upah ada beberapa factor yang mempengaruhi, diantaranya :
1.
Faktor hukum.
Dalam faktor
ini besaran gaji/upah yang harus dibayar diatur dalam undang-undang yang
meliputi segi upah minimum, tariff lembur dan tunjangan.
2.
Faktor serikat buruh.
Serikat dan
undang-undang hubungan tenaga kerja mempengaruhi hubungan bagaimana perencanaan
pembayaran yaitu adanya tawar menawar antara serikat buruh dengan yang
mempekerjakan.
3.
Faktor kebijakan.
Yaitu pemberian kompensasi mempengaruhi upah yang dibayar. Kebijakan
ini mempengaruhi tingkat upah dan tunjangan misalnya perbedaan upah/gaji bagi
pegawai yang masih dalam masa percobaan.
4.
Faktor keadilan.
Faktor keadilan menjadi faktor penting dalam menentukan tinggi
rendahnya pembayaran upah/gaji dalam arti bahwa keadilan eksternal tarif
upah/gaji harus sebanding dengan organisasi lain, sedangkan keadilan internal
hendaknya setiap pegawai memperoleh pembayaran gaji/upah yang sama dalam
organisasi. Proses menetapkan tarif upah dengan menjamin keadilan eksternal dan
internal menempuh lima
langkah :
1.
Lakukanlah sebuah survey gaji
tentang beberapa pembayaran dalam organisasi lain untuk pekerjaan sebanding.
2.
Tentukanlah nilai dari
masing-masing pekerjaan dalam organisasi melalui evaluasi jabatan.
3.
Kelompokkan pekerjaan-pekerjaan
serupa kedalam tingkat upah.
4.
Tetapkan harga masing-masing
tingkat pembayaran dengan menggunakan kurva upah.
5.
tentukan dengan tarif upah.
Filippo
(1987:75-76) dalam bukunya Principle of Personal Management,
mangemukakan prinsip-prinsip penggajian yang harus diperhatikan antara lain
dalam menentukan formula penggajian harus memperhitungkan tingkat inflasi,
tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan aktualisasi. Disamping itu sistem
penggajian harus dinaikkan dengan ranking pekerjaan yang sesuai dengan sifat
pekerjaan, misalnya : sangat sulit, sulit, sedang, mudah dan mudah sekali yang
didasari atas penilaian kinerja.
Amstrong dan
Murlis (1984:18-20) dalam buku Pedoman Praktis Sistem Penggajian harus
dilakukan beberapa langkah yakni :
1.
Menganalisis keadaan sekarang
yang meliputi analisis berbagai jabatan-jabatan, banyaknya staf dalam setiap
jabatan, besarnya gaji tiap-tiap orang, kenaikan umum apa saja (biaya hidup),
kenaikan atau prestasi apa yang diberikan dan apakah perusahaan mengalami
kesulitan atas kenaikan gaji.
2.
Merumuskan kebijakan penggajian
yaitu kebijakan penggajian ditetapkan oleh level yang bertanggung jawab dalam
penentuan kebijakan.
3.
menilai pekerjaan yaitu dengan
menggunakan teknik-teknik penilaian pekerjaan dari berbagai aspek.
4.
Merencanakan struktur gaji
yaitu struktur gaji harus menverminkan hubungan pekerjaan dengan cara yang
logis dan penggunaan survey gaji dan informasi lain untuk mengembangkan
struktur gaji.
5.
mengembangkan prosedur sistem
penggajian untuk menjamin kebikan dan anggaran dilaksanakan dalam anggaran,
kenaikan gaji dihubungkan dengan prestasi, struktur gaji tetap adil kedalam dan
bersaing keluar, tingkat upah yang betul untuk tiap pekerjaan dan gaji tiap
orang tidak melebihi batas teratas golongan gaji ditiap pekerjaan.
6.
Merencanakan seluruh aspek
balas jasa yaitu meliputi pelaksanaan pengadministrasian gaji pokok dan
unsure-unsur tunjangan, lembur, bonus dan pembagian laba.
7.
Mengevaluasi seluruh
langkah-langkah tersebut diatas.
Selain
beberapa hal diatas, penting untuk melihat apakah individu yang menerima
kompensasi tersebut merasa puas dengan apa yang ditermanya, karena
ketidakpuasan atas gaji yang mencukupi pada umumnya menimbulkan tingkat
kepuasan kerja yang lebih rendah atas pembayaran dari komponen pekerjaan
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang bertindak diluar prosedur yang
ditetapkan oleh perusahaan dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat
merugikan pihak perusahaan.
Heneman dan
Schwab (1998:338) menyatakan kepuasan gaji merupakan konstruk kepuasan yang
terdiri atas empat sub dimensi :
1.
Tingkat gaji (pay level).
2.
Struktur/pengelolaan gaji (pay structure/administration).
3.
Peningkatan gaji (pay raise).
4.
Tunjangan (benefit).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan atas tingkat gaji
didefinisikan sebagai persepsi kepuasan atas gaji atau upah secara langsung,
sedangkan kepuasan atas peningkatan gaji berkenaan dengan persepsi kepuasan
dalam perubahan tingkat gaji. Kepuasan atas struktur dan pengadministrasian
gaji didefinisikan sebagai persepsi kepuasan dengan hirarki gaji internal dan
metode yang digunakan untuk mendistribusikan gaji. Kepuasan atas tunjangan
menekankan pada persepsi kepuasan tidak langsung yang diteima karyawan.
2.3 Kecurangan Akuntansi
2.3.1
Definisi Kecurangan
Akuntansi
Menurut Alison
(2006) dalam artikel yang berjudul Fraud Auditing mendefinisikan kecurangan
(Fraud) sebagai bentuk penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan
kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan
keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya
tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan
kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap
tindakan tersebut.
2.3.2
Karakteristik Kecurangan
Akuntansi
Menurut Alison
(2006) dalam artikel yang berjudul Fraud Auditing, dilihat dari pelaku Fraud
maka secara garis besar kecurangan dapat digolongkan menjadi dua jenis :
1.
Oleh pihak perusahaan, yaitu :
a
Manajemen untuk kepentingan
perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan
(misstatements arising from fraudulent financial reporting). Kecurangan
pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena adanya dorongan dan ekspektasi
terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan
terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregulatities
(ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan
manajemen (management fraud), misalnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau
pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan
sumber penyajian laporan keuangan, kesengajaan dalam salah menyajikan atau
sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau
informasi penting dari laporan keuangan.
b
Pegawai untuk keuntungan
individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements
arising from misappropriation of assets). Kecurangan jenis ini biasanya disebut
kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan
aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi
masalah keuangan dan dilakukan kartena melihat adanya peluang kelemahan pada
pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut.
Contoh salah saji jenis ini adalah :
1.
Penggelapan terhadap penerimaan
kas.
2.
Pencurian aktiva perusahaaan.
3.
Mark-up harga.
4.
Transaksi tidak resmi.
2.
Oleh pihak diluar perusahaan,
yaitu pelanggan, mitra usaha dan pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
2.4 Kerangka Konseptual
Sejalan dengan
penelitian ini, maka kerangka konseptualnya, seperti terdapat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Pengendalian Internal dan
Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Pengendalian
Internal
(X1)
|
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Y)
|
H3
Kesesuaian
Kompensasi
(X2)
|
H2
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Jenis
dan Sumber Data
3.1.1
Jenis Data
Data
adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data
diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau
populasi). Data dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu :
1.
Data
kuantitatif : data yang disajikan dan diukur dalam bentuk skala numeric atau
dalam bentuk angka-angka.
2.
Data
kualitatif : data yang bersifat deskriptif atau berbentuk uraian atau
penjelasan serta tidak dapat diukur dalam skala numeric.
Dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data
kualitatif.
3.1.2
Sumber Data
Yang
menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
1.
Data
primer : data yang diperoleh secara langsung dalam hal ini dengan survey
lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original lewat
kuisioner pada manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan perusahaan
ritel yang berada di kota
Manado , kota Tomohon dan kota Bitung.
2.
Data
sekundaer : data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data yang
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data, maupun data yang didapat dari
buku dan informasi lainnya, maupun kepustakaan.
3.2 Teknik
Pengumpulan Data
Didalam
melengkapi hasil penelitian ini, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan
cara berikut :
1.
Survey
Pendahuluan, yaitu kegiatan langkah awal untuk mencari judul skripsi dan
masalah yang bisa diangkat menjadi bahan penelitian dengan membaca jurnal Riset
Akuntansi Indonesia (JRAI), Seminar Nasional Akuntansi (SNA), maupun lewat
karya tulis ilmiah lainnya. Setelah menentukan judul penelitian skripsi dan
masalah yang diangkat dalam penelitian melalui jurnal, maka langkah selanjutnya
adalah mencari objek penelitian yang tepat dan sesuai dengan judul penelitian
skripsi.
2.
Studi
Kepustakaan, yaitu dengan suatu metode untuk mendapatkan informasi dari
teori-teori dengan cara mempelajari serta mencatat dari buku-buku literature,
majalah, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhubungan dengan
materi yang dibahas oleh penulis, yang kesemuanya itu diperoleh langsung dari
Perpustakaan PPA (Pendidikan Prosesi Akuntan) yang ada di Fakultas Ekonomi
Universitas Sam Ratulang Manado .
3.
Survey
Lapangan, yaitu suatu metode pengumpulan data diamna peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung ke tempat objek yang diteliti, sekaligus juga
membagikan kuisioner kepada manajer keuangan, akuntan dan direktur/pemilik
perusahaan atas pertanyaan secara tertulis yang diajukan oleh peneliti.
3.3 Populasi
dan Sampel
Sugiyono
(2004:55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
kemudian dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini
adalah para manajer supermarket atau karyawan bagian keuangan dari perusahaan
ritel yang ada di Manado, kota Tomohon dan kota Bitung. Berdasarkan pembatasan masalah
dalam Bab 1, maka jumlah populasi perusahaan ritel di Kota Manado ,
kota Tomohon dan kota
Bitung berjumlah 16 perusahaan, maka metode pengumpulan data yaitu menggunakan
metode populasi sensus.
3.4 Definisi
Operasional & Pengukuran Variabel
1.
Pengendalian
Internal (X1) adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan perosnel lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan mamadai tentang pencapaian tiga golongan berikut : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)
efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku. Pengukuran ini memiliki lima item pertanyaan yang dikembangkan
oleh peneliti dari IAI, 2001. pengukurannya menggunakan skala likert 1 (sangat
setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju).
2.
Kompensasi
(X2) adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan
kepada seseorang dalam bentuk pembayaran keuangan secara langsung (upah, gaji,
insentif, komisi dan bonus) dan pembayaran keuangan tidak langsung (asuransi
dan uang liburan). Pengukuran ini memiliki enam item pertanyaan yang diadopsi
dari kuisioner Gibson, 1997. pengukurannya menggunakan skala likert 1 (sangat
setuju) samapi 5 (sangat tidak setuju).
3.
Kecurangan
akuntansi (Y) didefinisikan sebagai : (1) salah saji yang timbul dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan
secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari
perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan
penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang
berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Pengukuran ini memiliki lima item pertanyaan yang
dikembangkan oleh peneliti dari SPAP IAI, 2001. pengukurannya menggunakan skala
likert 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju).
3.5 Metode
Analisis
3.5.1
Statistik Deskriptif
Penelitian
ini merupakan penelitian dimana dalam menganalisis data penelitian akan
menggunakan analisis statistik deskriptif sederhana. Menurut Nata Wirawan
(2001:3), statistik deskriptif atau statistik deduktif adalah statistik dimana
tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara pengumpulan, menyusun atau mengatur,
mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran
yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaa, peristiwa, atau gejala
tertentu sehingga dapat ditarik pengertian tertentu.
3.6 Uji
Asumsi Klasik
Asumsi
klasik yang digunakan adalah asumsi klasik Hateroskedastisitas,
Multikolienaritas, dan Autokorelasi. Dalam literature Ekonometrika dikemukakan
beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh suatu model regresi agar model
regresi tersebut dapat dipakai. Asumsi klasik tersebut adalah bebas
heteroskedastisitas, tidak ada multikolinearitas, bebas autokorelasi (Gujati
2003:65-75).
3.6.1
Asumsi
Klasik Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
dapat diartikan sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan,
dan kesalahan yang terjasi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai
dengan besarnya satu atau lebig variabel bebas sehingga kesalahan tersebut
tidak random (acak). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilihat dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik plot
(scatterplot). Jika tidak membentuk suatu pola, berarti bebas
hateroskedastisitas.
3.6.2
Asumsi
Klasik Multikolinearitas
Multikolinearitas
dapat dideteksi pada model regresi apabila variabel terdapat pasangan variabel
bebas yang saling berkorelasi kuat satu sama lain. Mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas, yaitu dengan menganalsis matriks korelasi variabel-variabel
independen yang dapat dilihat melalui Variance Inflation Factor (VIF). Nilai
VIF yang bias ditoleransi adalah 10. apabila VIF variabel-variabel independen
< 10, berarti tidak ada Multikolinearitas.
3.6.3
Asumsi
Klasik Autokorelasi
Autokorelasi
adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Untuk
memeriksa adanya autokorelasi, biasanya memakai uji Durbin Watson dengan
kriteria keputusan :
-
Jika D-W hitung <
dL maka ada autokorelasi
-
Jika D-W hitung
> dL maka tidak ada autokorelasi
3.6.4
Asumsi Klasik Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel independen dan dependen, keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak, dengan melihat grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual menggambarkan penyebaran data disekitar garis
diagonal yang penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik.
3.7 Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut
Sugiyono (2004:250), analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti
bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen bila dua atau variabel independen sebagai factor predictor
dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Model analisis regresi linear berganda
yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :
Y = α +
β1X1 + β2X2 + εt
Dimana : Y = Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
α
= Konstanta
β1
= Koefisien regresi untuk X1
X1
= Pengendalian Internal
β2
= Koefisien regresi untuk X2
X2
= Kesesuaian Kompensasi
ε = Error
Untuk
menyelesaikan analisis data ini secara keseluruhan, digunakan Software
Program SPSS Version 12.0 For Windows, dan semua hasil output data yang
dihasilkan kemudian diintepretasikan satu per satu termasuk didalamnya
menentukan koefisien korelasi (R) untuk mengukur tingkat hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dan koefisien determinasi (R2)
untuk mengukur pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
3.8
Metode Pengujian Hipotesis
Selanjutnya
untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan statistik uji F dan uji
t. Uji F atau uji ragam (anova) adalah untuk menguji variabel secara serempak
atau bersama-sama.
H0 : β1, β2 = 0 artinya
variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Ha : β1, β2 ≠ 0 artinya
variabel pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Dengan kriteria pengujian , jika Fhitung
> Ftabel maka H0 ditolak berarti Ha diterima atau
dengan menggunakan kriteria lain yaitu apabila signifikan < 0,05 maka H0
ditolak, Ha diterima dan apabila signifikan > 0,05 maka H0
diterima, Ha ditolak.
Uji t yaitu
untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial atau sendiri-sendiri.
H0 : β1 = 0, artinya
variabel pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
H0 : β1 ≠ 0, artinya variabel pengendalian internal
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
H0
: β2 = 0, artinya variabel kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
H0 : β2 ≠ 0, artinya variabel kesesuaian kompensasi
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Dengan kriteria pengujian , jika thitung > ttabel
maka H0 ditolak berarti Ha diterima atau dengan menggunakan kriteria
lain yaitu apabila signifikan < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima
dan apabila signifikan > 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak.
3.9
Uji Validitas dan Reliabilitas
Sumarsono
(2004:31), pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara
skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari
penjumlahan semua skor pertanyaan. Bila korelasi tersebut signifikan, maka alat
ukur yang digunakan mempunyai validitas.
Sumarsono
(2004:34), pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban
yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan
menggunakan analisis Reliability
melalui metode Cronbach Alpha, dimana
suatu instrumen dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau alpha
sebesar 0,6 atau lebih.
Dalam
penelitian ini, pengujian validitas dan reabilitas tidak lagi dilakukan karena
penelitian ini menggunakan alat kuisioner yang telah diuji oleh peneliti sebelumnya
yaitu oleh Wilopo (2006) dengan judul penelitian ”Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Kota Manado diperkirakan telah
didiami sejak abad XVI dan pada abad XVII (1623), mulailah nama “Manado ” digunakan untuk
mengganti nama “Wenang”. Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah
Minahasa, yaitu “Mana Rou” atau “Mana Dou” yang dalam bahasa Indonesia berarti
“dijauh”. Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada
posisi geografis 1240403 - 1240503
BT dan 10303 – 10403 LU, dengan
daratan seluas 15.726 ha, dengan jumlah penduduk 382.834 jiwa.
Kota Tomohon terletak pada 1015’
LU dan 1024’ BT. Luas kota Tomohon berdasarkan Undang-undang No.10
tahun 2003 yaitu sekitar 14.420 ha, dengan jumlah penduduk 87.719 jiwa. Kota
Tomohon terletak di ketinggian ± 700 meter dari permukaan laut (dpl), dan
dikelilingi oleh 3 gunung yaitu gunung Lokon, gunung Mahawu dan gunung
Masarang.
Kota Bitung terletak pada posisi geografis
diantara 1023’ LU dan 12501’ BT dan luas wilayah daratan
304 km2. Dari aspek topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung
berombak berbukit 45,06 %, bergunung 32,73 %, daratan landai 4,18 %, dan
berombak 18,03 %. Di bagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai
dengan Tanjung Merah di bagian barat, merupakan daratan yang relatif cukup
datar dengan kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai
wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman. Di bagian
utara keadaan
topografi semakin
bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan,
hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat
Pulau Lembeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman
kelapa, hortikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang
indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
Perusahaan ritel adalah
perusahaan yang kegiatan usahanya menjual barang kepada perorangan untuk
keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga sebagai konsumen.
Perkembangan bisnis ritel di kota Manado ,
Tomohon dan Bitung begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan
ritel yang bertambah dari tahun ke tahun, dan khusus untuk kota Manado yang mendominasi
usaha ritel dibandingkan dengan kota
Tomohon dan kota
Bitung.
Perkembangan
perusahaan ritel kuhususnya supermarket/hypermarket di Kota Manado , Kota Tomohon dan
Kota Bitung seperti pada table 4.1
Tabel 4.1
No
|
Nama Perusahaan
|
Alamat
|
Tahun Berdiri
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
|
Fiesta Ria Supermarket
Golden Supermarket
Jumbo Swalayan
Gelalel Supermarket
Fresh Mart Supermarket &
Dept Store
Family Supermarket
Samudra Swalayan
Muliti Mart Supermarket &
Dept Store
Queen Mart
Hypermart
Grand Supermarket
Cool Supermarket
MMM Supermarket
MM Samudra Jaya
|
Jl. Sam Ratulangi
Kompleks Pasar 45
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Supropto No. 1
Jl. Sudirman
Kompleks Mega Mall
Jl. Sam Ratulangi
No. 458
Jl. Wolter Monginsidi No.1
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Piere Tendean
Jl. Sudirman
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Sudirman
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon
Jl. Ir Soekarno
No. 43
|
1979
1983
1992
1986
1994
2003
1999
2002
2003
2004
2004
2004
2004
2005
2000
2004
2005
1997
|
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Tahun 2007
4.1.1
Struktur Organisasi
Perusahaan
ritel sebagai bagian dari bentuk perusahaan dagang adalah perusahaan yang
kegiatannya membeli barang jadi dan menjualnya kembali tanpa mengadakan
pengolahan kembali. Dalam kegiatan perdagangan tersebut sangat dibutuhkan
adanya manajemen dan struktur organisasi yang baik dalam suatu perusahaan.
Organisasi merupakan suatu wadah dimana sekelompok orang dapat berhubungan satu
sama lainnya untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah disepakati
bersama.
Struktur organisasi adalah suatu
kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang-bidang kerja
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peran masing-masing dalam
suatu kebulatan kerjasama. Selain itu struktur organisasi merupakan alat vital
bagi perusahaan atau suatu lembaga dalam menjalankan aktivitasnya dan dari
dalamnya akan dapat dilihat sejauh mana tingkat tanggung jawab dari setiap
bagian atau personil menurut tugasnya masing-masing guna pencapaian tujuan
perusahaan.
Tujuan dibentuknya organisasi
adalah untuk membantu menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang-orang
berprestasi. Dalam penyusunan struktur organisasi haruslah fleksibel dalam arti
memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan perusahaan. Struktur
yang disusun juga harus menunjukkan garis-garis wewenang dan tanggung jawab
yang jelas.
Struktur organisasi yang disusun ada
bermacam-macam pola dan susunan, tergantung jenis aktivitas perusahaan dan
kemampuan sumber dana serta penempatan tenaga kerja sesuai kemampuan dan
kebutuhan perusahaan. Struktur yang disusun haruslah ada hubungan antara bagian
yang satu dengan bagian lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal
sehingga akan mencerminkan tanggung jawab sebagai satu kesatuan usaha.
Secara umum, struktur organisasi
sebuah perusahaan dagang dapat dilihat pada gambar 4.1.
Job Deskription
1. Store Manajer
Tujuan utamanya adalah bertanggung
jawab atas kelangsungan kegiatan usaha
yang dipimpinnya. Kelangsungan usaha ini meliputi :
a. Penjualan.
b. Angka kehilangan.
c. Customer service.
d. Penata/pengadaan barang.
e. Keberhasilan toko.
2. Assistant Manajer
Membantu tugas sehari-hari store
manajer dan menggantinya bila diperlukan.
3. Supervisor Area
Mengurusi penerimaan barang dari
bagian ekspedisi, mengurusi penjualan barang-barang yang ada di area
bersangkutan, melakukan rekrut order atau penentuan jumlah barang yang harus
dipesan untuk area yang bersangkutan.
4. Security
Bertugas menjaga keamanan dan
kenyamanan sepanjang kawasan usaha serta mengamankan bila terjadi penyimpangan
atau pencurian disekitar kawasan usaha tersebut.
5. Koordinator Area (Counter)
Membantu tugas supervisor sehari-hari
dan mengawasi pramuniaga.
6. Pramuniaga
Melayani konsumen secara langsung,
seperti memberikan informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan.
7. Supervisor Kassa
Bertugas mengawasi kasir dalam
melaksanakan tugas operasionalnya, menerima transaksi penjualan, bertanggung
jawab atas uang yang diterima dari barang yang terjual, serta bertanggung jawab
atas penyetoran uang yang diterima dari pihak bank.
8. Koordinator Kassa
Membantu tugas supervisor kassa
sehari-hari.
9. Kasir
Melayani secara langsung transaksi
pembelanjaan yang dilakukan oleh konsumen atau pembeli dan mencatat semua
transaksi penjualan barang dengan menggunakan mesin kasa (cash register) atau scanner.
10. Supervisor Ekspedisi
Bertugas menerima barang dari kantor pusat
atau supplier dan menyalurkan ke area perusahaan, serta mengirimkan barang
untuk retur intern.
11. Koordinator Ekspedisi
Membantu tugas supervisor ekspedisi.
12. Pelaksana (Crew Ekspedisi)
Sebagai pelaksana dari apa yang
menjadi tugas supervisor dan koordinator ekspedisi, dalam arti membantu
keduanya.
13. Supervisor Personil
Bertanggung jawab atas semua masalah
kepegawaian, terutama masalah karyawan. Antara lain menerima karyawan,
mengeluarkan karyawan dan hal-hal menyangkut masalh karyawan.
14. Supervisor Teknisi
Bertugas untuk mengatur
masalah-masalah listrik atau penerangan didalam bangunan maupun disekitar
kawasan usaha serta mengoperasikan genset bila listrik mengalami pemadaman
sehingga kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar.
15. Pelaksana (Crew Technic)
Sebagai pelaksana dari apa yang
menjadi tugas supervisor teknisi.
16. Supervisor Visual, Promosi dan
Marchandise
Bertugas untuk meningkatkan penjualan
dengan berbagai cara antara lain diadakannya super bazaar, minggu promosi, dan
sebagainya, dengan tujuan agar penjualan meningkat. Selain itu pada bagian ini
bertugas untuk display marchandising dalam menentukan harga barang, tata letak
barang agar menarik perhatian konsumen untuk membelinya.
17. Pelaksana (Crew Visual, Promosi dan
Marchandise)
Sebagai pelaksana dari apa yang
menjadi tugas supervisor dalam membantu supervisor.
18. Monitor
Untuk monitor dapat juga disebut
operator telepon. Bertugas untuk menerima atau melayani pengaduan dari konsumen
yang tidak puas terhadap pelayanan-pelayanan atau barang yang dibelinya. Selain
itu juga sebagai penghubung bila ada telepon untuk staf dan karyawan dari pihak
luar.
19. Finance Accounting
Bertanggung jawab untuk setiap
kegiatan akuntansi.
20. Pelaksana
Sebagai pelaksana dari apa yang
menjadi tugas finance accounting.
4.1.2
Kegiatan Operasional
Khusus untuk
perusahaan pasar swalayan (Supermarket) melalui jaringan “toko serba ada”nya
menyediakan berbagai macam barang-barang kebutuhan seperti :
1.
Produk makanan (biskuit, sereal, mie instan, permen,
buah-buahan dan sayuran, dll).
2.
Produk minuman (susu, aneka minuman ringan, dll).
3.
Produk kesehatan dan kecantikan (sabun, bedak,
shampo, pembersih wajah, obat-obatan, dll).
4.
Barang keperluan rumah tangga (minyak goreng, gula,
tepung, beras, dll)
Dalam toko
yang besar terdapat pula area makanan food bazar dengan hidangan yang beraneka
ragam.
Untuk
perusahaan yang memiliki Dept. Store menawarkan produk-produk yang terdiri dari
4 kelompok (golongan) besar yaitu :
1.
Produk Fashion
-
Koleksi busana pria
-
Koleksi busana wanita
-
Koleksi busana anak-anak dan bayi
-
Koleksi sepatu, sandal dan tas
2.
Produk aksesoris dan kosmetik
3.
Produk mainan anak-anak
4.
Produk perlengkapan rumah tangga
5.
Produk stationary
Adapun jenis
barang yang dipasarkan atau dijual dapat dikelompokkan menjadi beberapa section
area yaitu :
1.
Section ladies world
Terdiri dari :
-
Pakaian wanita missy and junior
-
Aksesoris dan kosmetik
2.
Section mens world
Terdiri dari :
-
Pakaian pria
-
Tas dan sepatu
3.
Section children world
Terdiri dari :
-
Pakaian anak-anak
-
Mainan anak-anak
-
Sepatu dan aksesoris lainnya
4.
Section Home and Leisure
Terdiri dari :
-
Perlengkapan rumah tangga
-
Media, alat tulis dan perlengkapan kantor
-
Tempat permainan.
Pemilihan
lokasi toko merupakan salah satu keputusan penting dalam usaha pengembangan
perusahaan. Perusahaan melakukan survei daerah yang cermat dan teliti sebelum
memutuskan untuk membuka toko baru. Suatu tim khusus, yaitu tim riset pemasaran
kantor pusat telah dibentuk untuk memantau atau melakukan studi kelayakan
pembukaan toko baru di daerah atau lokasi tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan pertimbangan beberapa faktor untuk memperlancar usahanya yaitu
:
a.
Berada didaerah pusat perbelanjaan
b.
Di dekat pasar tradisional
c.
Di dekat perhentian kendaraan
d.
Ada fasilitas komunikasi yang
baik sehingga memperlancar hubungan dengan pihak luar.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1
Gambaran Umum Responden / Sampel Penelitian
Dalam
penelitian ini responden yang diambil oleh penulis adalah pimpinan/pemilik atau
karyawan bagian keuangan perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon dan Kota
Bitung yang mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha lebih dari Rp. 200.000.000 dan
telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara. Adapun
populasi tersebut sebanyak 22 Responden.
Berikut
disajikan gambaran umum responden dalam penelitian ini
Tabel 4.2
Komposisi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
|
Pria
Wanita
|
13
9
|
59 %
41 %
|
Jumlah
|
22
|
100 %
|
Sumber : Hasil data olahan 2007
Dari Tabel
4.2, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden terdiri dari pria 13 orang
dengan nilai persentase sebesar 59 % dan wanita sebanyak 9 orang dengan nilai
persentase sebesar 41 %.
Adapun komposisi
responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel
4.3
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
Persentase
|
S1
Diploma
SMA
|
18
2
2
|
82 %
9 %
9 %
|
Jumlah
|
22
|
100 %
|
Sumber: Hasil data olahan 2007
Dari Tabel
4.3, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden terakhir adalah diploma
sebanyak 2 orang dengan nilai persentase sebesar 9 %, S1 sebanyak 18 orang
dengan nilai persentase sebesar 82 %, dan SMA sebanyak 2 orang dengan nilai
persentase sebesar 9 %. Dengan demikian, berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir maka jumlah responden terbesar berada pada tingkat pendidikan Sarjana
(SI).
Adapun
kompisisi responden berdasarkan lamanya mereka bekerja di perusahaan yang
bersangkutan, dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel
4.4
Komposisi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
Persentase
|
1 – 5 tahun
6 – 10 tahun
> 10 tahun
|
11
7
4
|
50 %
31,8 %
18,2 %
|
Jumlah
|
22
|
100 %
|
Sumber: Hasil data olahan 2007
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan selama 1-5 tahun berjumlah 11
orang dengan nilai persentase sebesar 50 %, yang bekerja selama 6-10 tahun
berjumlah 7 orang dengan nilai persentase 31,8 % dan lebih dari 10 tahun
sebanyak 4 orang dengan nilai 18,2 %.
Dari
kuisioner yang dikembalikan oleh responden, yaitu sebanyak 22 orang karyawan
bagian keuangan perusahaan ritel di Kota Manado, Kota Tomohon dan Kota
Bitung, maka data yang didapat dari hasil jawaban reponden ditabulasikan
kedalam tabel sesuai dengan klasifikasinya.
Untuk
variabel Pengendalian Internal, terdapat 5 pertanyaan, variabel Kesesuaian
Kompensasi terdapat 6 pertanyaan, dan variabel Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi terdapat 5 pertanyaan.. Dari ketiga variabel yang diukur tersebut,
maka total keseluruhan pertanyaan adalah sebanyak 16 pertanyaan.
Hasil yang
diperoleh selanjutnya ditabulasi dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel dengan
tingkat score sesuai dengan skala Lykert. Adapun hasil tabulasi data
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Melalui
pengolahan data yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai dari variabel X1
(Pengendalian Internal), variabel X2 (Kesesuaian Kompensasi), variabel Y (Keefektifan Pengendalian Internal)
yang diteliti dan disajikan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5
Tabulasi
Score Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
Responden
|
Pengendalian
Internal
(X1)
|
Kesesuaian
Kompensasi
(X2)
|
Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi
(Y)
|
Total
Score
|
|
R1
|
9
|
26
|
17
|
52
|
|
R2
|
11
|
24
|
13
|
48
|
|
R3
|
11
|
22
|
11
|
44
|
|
R4
|
8
|
25
|
14
|
47
|
|
R5
|
7
|
28
|
13
|
48
|
|
R6
|
9
|
28
|
10
|
47
|
|
R7
|
5
|
26
|
15
|
46
|
|
R8
|
9
|
29
|
14
|
52
|
|
R9
|
5
|
25
|
11
|
41
|
|
R10
|
11
|
23
|
15
|
49
|
|
R11
|
12
|
23
|
14
|
49
|
|
R12
|
13
|
26
|
12
|
51
|
|
R13
|
10
|
22
|
16
|
48
|
|
R14
|
12
|
26
|
13
|
51
|
|
R15
|
14
|
24
|
17
|
55
|
|
R16
|
16
|
20
|
15
|
51
|
|
R17
|
6
|
21
|
11
|
38
|
|
R18
|
6
|
21
|
11
|
38
|
|
R19
|
8
|
25
|
12
|
45
|
|
R20
|
15
|
24
|
13
|
52
|
|
R21
|
17
|
21
|
15
|
53
|
|
R22
|
7
|
28
|
6
|
41
|
|
∑ X1 = 221
|
∑ X2 = 537
|
∑ Y = 288
|
Sumber : Hasil data olahan 2007
4.3 Hasil Penelitian dan
Pembahasan
4.3.1 Statistik Deskriptif
Dengan
menggunakan bantuan software program SPSS version 12.00, maka rata-rata
hitung dan standar deviasi dari masing-masing variabel seperti yang ditunjukan
dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Sumber :
Hasil Data Olahan 2007
Dari tabel
4.6 dapat dijelaskan bahwa :
1.
Rata-rata hitung dan standar deviasi dari variabel
Pengendalian Internal (X1). Untuk variabel bebas
pengendalian internal (X1) diperoleh rata-rata hitung skor
jawaban sebesar 10,05 dengan standar
deviasi sebesar 3,498 dan jumlah data
yang ada sebesar 22. Rata-rata skor
sebesar 10,05 menunjukkan bahwa pengendalian internal cukup baik.
2.
Rata-rata hitung dan standar deviasi dari variabel
Kesesuaian Kompensasi (X2). Untuk variabel bebas
kesesuaian kompensasi (X2) diperoleh rata-rata hitung skor
jawaban sebesar 24,41 dengan standar
deviasi sebesar 2,594 dan jumlah data
yang ada sebesar 22. Rata-rata skor
sebesar 24,41 menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi cukup baik.
3.
Rata-rata hitung dan standar
deviasi dari kecenderungan kecurangan akuntansi (Y). Untuk variabel terikat
kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) diperoleh rata-rata hitung skor jawaban
sebesar 13,09 dan standar deviasi 2,543 dengan jumlah data sebanyak 22, artinya
kecenderungan kecurangan akuntansi, dipengaruhi oleh pengendalian internal dan
kesesuaian kompensasi.
4.3.2
Uji
Asumsi Klasik
Untuk memperoleh hasil regresi
linier yang baik serta tidak bias maka digunakan uji asumsi klasik, yaitu:
a. Asumsi Klasik Heteroskedastisitas
Berdasarkan
hasil bantuan Software Program SPSS 12.0,
maka dapat dilihat dari hasil scatterplot
parsial pengendalian internal (X1) dan kesesuaian kompensasi (X2)
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) pada gambar 4.2, menunjukkan
tidak ada pola yang terbentuk dengan kata lain grafik menggambarkan plot
menyebar.
Gambar 4.2
Grafik scatterplot pengendalian internal (X1)
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y)
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Grafik scatterplot kesesuaian kompensasi (X2)
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y)
Sumber
: Data Hasil Olahan 2007
Ini
membuktikan bahwa variabel bebas pengendalian internal (X1) dan
kesesuaian kompensasi (X2), bebas heteroskedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Table
4.7
Sumber : data hasil olahan2007
Hasil
uji autokorelasi tidak mengindikasikan terjadinya
autokorelasi. Tabel 4.7. menunjukkan angka D-W sebesar 1,728. Angka 1,728
berada diantara -2 sampai +2, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian tidak terdapat gejala
autokorelasi.
c.
Uji Multikolinearitas
Tabel 4.8
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Berdasarkan
hasil coefficients yang terdapat pada
lampiran tabel 4.8, dapat dilihat pada output
coefficients model, dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas jika
VIF < 10. hasil dari perhitungan menghasilkan nilai VIF untuk variabel
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebasar 1,158 < 10. maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model
penelitian.
d.
Uji Normalitas
Gambar
4.3. menunjukkan bahwa grafik Normal P-P of Regression Standardized
Residual menggambarkan penyebaran data
disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik
tersebut, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi
normalitas.
Gambar
4.3.
Uji
Normalitas
4.3.3
Analisis Regresi Linear Berganda
Pada tabel 4.9, dapat diketahui
koefisien untuk persamaan regresi dari data yang diteliti.
Tabel
4.9
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan bantuan program SPSS version 12.0 seperti yang ada pada tabel 4.9,
maka dapat dilihat pada bagian Coefficientsa bahwa model regresi
yang diperoleh adalah :
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Y = 13,244 + 0,264X1 + (-0,115X2)
Y = 13,244 + 0,264X1 – 0,115X2
Konstanta α sebesar 13,244 memberikan
pengertian bahwa jika pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi pada
direktur/pemilik dan karyawan bagian keuangan yang bekerja di perusahaan ritel
di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung konstan atau sama dengan nol (0),
maka besarnya tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi pada karyawan bagian
keuangan yang bekerja di perusahan ritel sebasar 13,244 satuan.
Koefisien
regresi X1 sebesar +0,264 dapat diartikan, jika pengendalian
internal (X1) mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka
kecenderungan kecurangan akuntansi akan bertambah sebanyak 0,264 unit. Dengan kata lain, sistem pengendalian internal yang ada tidak
akan mampu menekan terjadinya praktek kecurangan akuntansi.
Koefisien
regresi X2 sebesar -0,115 dapat diartikan, jika kesesuaian
kompensasi (X2) mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka
kecenderungan kecurangan akuntansi akan berkurang sebanyak 0,115 unit. Dengan kata lain, jika kompensasi yang
diterima sesuai maka akan menekan kecenderungan terjadinya kecurangan
akuntansi, demikian pula sebaliknya jika kompensasi yang diterima tidak sesuai maka akan memberikan peluang
untuk cenderung melakukan praktek kecurangan akuntansi.
Berdasarkan
nilai koefisien regresi tersebut, maka dapat diketahui bahwa jika kompensasi
yang diberikan sesuai, maka akan mempunyai pengaruh yang dominan dalam menekan
kecenderungan kecurangan akuntansi, dan sebaliknya sistem pengendalian internal
tidak mampu menekan praktek kecurangan akuntansi yang ada di perusahaan ritel
khususnya di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung.
Koefifien
Korelasi (R)
Analisis
ini digunakan untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel babas (X)
terhadap variabel terikat (Y). Dalam hal ini untuk mengukur kuat atau lemahnya hubungan
antara pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi dengan kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Tabel 4.10
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 12.0 seperti
yang ada pada tabel 4.10, bagian Correlations dapat dilihat bahwa koefisien
korelasi linear yang dihasilkan antara pengendalian internal (X1)
dengan kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) adalah sebesar 0,406 artinya
pengendalian internal tidak memiliki tingkat hubungan yang berlawanan yaitu
sebasar 0,406, sedangkan koefisien korelasi linear yang dihasilkan antara
kesesuaian kompensasi (X2) dengan kecenderungan kecurangan akuntansi
(Y) adalah sebesar -0,521, artinya kesesuaian kompensasi memiliki tingkat
hubungan berlawanan sebesar -0,521.
Koefisien
Determinasi (R2)
Tabel 4.11
Sumber : Data Hasil Olahan
2007
Dari table 4.11 dapat
diketahui nilai R square yang
diperoleh adalah sebesar 0,421 atau 42,1 %. Sedangkan nilai adjusted R square adalah 0,09 atau 9%.
Karena dalam penelitian ini digunakan dua
variabel bebas, maka koefisien determinasi yang digunakan adalah angka dari
nilai R square sebesar 0,177 atau
17,7%. Angka 17,7% mengartikan bahwa
kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado ,
kota Tomohon
dan kota Bitung
sebagian besar dipengaruhi oleh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi
sebesar 17,7%, sedangkan sisanya sebesar 82,3 % dijelaskan oleh faktor lain
diluar penelitian ini.
4.3.4
Pengujian Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diuji, telah
dikemukakan dalam Bab III di depan dengan tingkat signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 5% atau α = 0,05 maka hasil pengujian hipotesis
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Uji F
Dengan menggunakan bantuan software
program SPSS version 12.00, maka dapat diketahui Fhitung = 2,043 dan
Ftabel = 2,86 dengan nilai probabilitas (signifikansi) = 0,157
Tabel 4.12
Sumber : Data hasil Olahan 2007
Dapat dilihat bahwa Fhitung
< Ftabel maka H0 diterima dan dan Ha
ditolak, selanjutnya dapat dilihat bahwa signifikan > 0,05 berarti H0
diterima dan Ha ditolak. Berdasrkan hasil uji F maka dapat diketahui
Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel pengendalian
internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
b. Uji t
Tabel 4.13
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Dengan menggunakan bantuan software
program SPSS version 12.00 maka dapat dilihat pada gambar diatas bahwa:
Y = α + β1X1
Y = 13,244 + 0,264 X1
Hasil koefisien regresi (β1)
untuk variabel X1 (pengendalian internal) adalah sebesar 0,264 dan
konstanta sebesar 13,244 sedangakan hasil thitung untuk variabel X1
(pengendalian internal) = 1,621 dan ttabel = 1,717 dengan hasil
signifikan = 0,122.
Jadi dapat dilihat bahwa thitung
< ttabel (1,621<1,717) maka dapat dikatakan H0
diterima dan Ha ditolak. Selanjutnya dapat dilihat signifikan
>0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil
diatas maka dapat disimpulkan variabel X1 (pengendalian internal)
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Tabel 4.14
Sumber : Data Hasil Olahan 2007
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
:
Y
= α + β2X2
Y = 13,244 + (-0,115X2)
Y = 13,244 – 0,115X2
Hasil koefisien regresi (β2)
untuk variabel X2 (kesesuaian kompensasi) adalah sebesar -0,115 dan
konstanta sebesar 13,244 sedangakan hasil thitung untuk variabel X2
(kesesuaian kompensasi) = -0,523 dan ttabel = 1,717 dengan hasil
signifikan = 0,607
Jadi dapat dilihat bahwa thitung
< ttabel (-0,523<1,717) maka dapat dikatakan H0
diterima dan Ha ditolak. Selanjutnya dapat dilihat signifikan
>0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil
diatas maka dapat disimpulkan variabel X2 (kesesuaian kompensasi)
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jadi
berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, dapat dikatakan bahwa hipotesis
pertama, kedua, dan ketiga yang diajukan Penulis dalam Bab 1, yaitu pengendalian
internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, kesesuaian
kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi,
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi tidak dapat diterima.
BAB 5
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis uji F, maka dapat diketahui hasil Fhitung
= 2,043 dan Ftabel
= 2,86. Dengan nilai probabilitas (signifikansi) = 0,157. jadi dapat dilihat
bahwa Fhitung < Ftabel dengan nilai signifikan >
0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, hasil uji
F menyatakan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel
pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
2.
Berdasarkan
hasil uji t maka dapat diketahui hasil uji t untuk variabel X1 (pengendalian
internal), thitung = 1,621 dan ttabel =1,717. dengan nilai
probabilitas (signifikansi) = 0,122. jadi dapat dilihat bahwa thitung <
ttabel dengan nilai signifikan > 0,05 berarti H0
diterima dan Ha ditolak. artinya variabel pengendalian internal tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil
uji t untuk variabel X2 (kesesuaian kompensasi), thitung
= -0,523 dan ttabel = 1,717. dengan nilai probabilitas
(signifikansi) = 0,607. jadi dapat dilihat bahwa thitung < ttabel
dengan nilai signifikan > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha
ditolak. Artinya variabel kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap
kacendrungan kecurangan akuntansi.
3.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
regresi linear berganda bahwa pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, didapatkan persamaan
regresi linear berganda Y = 13,244 + 0,624X1 – 0,115X2. Konstanta
sebasar 13,244 memberikan pengertian bahwa jika pengendalian internal dan
kesesuaian kompensasi konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya tingkat
kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota Manado, kota Tomohon
dan kota Bitung adalah sebesar 13,244 satuan.
Nilai β1 yang merupakan koefisien
regresi dari X1 (pengendalian internal) sebesar 0,624 mempunyai arti
bahwa jika
pengendalian internal (X1) mengalami peningkatan sebesar 1 unit,
maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan bertambah sebanyak 0,264 unit,
dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap atau konstan. Dengan kata lain, sistem pengendalian
internal yang ada tidak akan mampu menekan terjadinya praktek kecurangan
akuntansi.
Nilai β2 yang merupakan
koefisien regresi untuk X2 (kesesuaian kompensasi) sebesar -0,115
mempunyai arti bahwa jika kesesuaian kompensasi (X2) mengalami
peningkatan sebesar 1 unit, maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan
berkurang sebanyak 0,115 unit, dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap atau
konstan. Dengan kata lain, jika
kompensasi yang diterima sesuai maka akan menekan terjadinya praktek kecurangan
akuntansi.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bahwa pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel
di kota Manado, kota Tomohon dan kota Bitung. Bagi pihak perusahaan ritel pada
umumnya diharapkan untuk dapat lebih membenahi sistem pengendalian internal,
serta pemberian kompensasi yang sesuai agar dapat menekan terjadinya praktek
kecurangan akuntansi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi
dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Harif Rivai (2001), Pengaruh Kepuasan Gaji,
Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Pengujian
Empiris Model Turnover Lum et all, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 3, No.1
Wilopo (2006), Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. simposium Nasional Akuntansi IX.
Alvin A.Arens, Randal J.Elder, Mark
S.Beasly (2004), Auditing
dan Pelayanan Verifikasi, “Pendekatan Terpadu”, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Penerbit PT INDEKS
IAI (2001), Standar Profesional Akuntan
Publik, Penerbit
Diyah Siregar (2006), Kepuasan Kerja VS Produktivitas, http://www.lppm.ac.id
Badan Kepegawaian Negara (2006), Buku Koleksi BKN, http://www.bkn.go.id
Alison (2006), Fraud Auditing (Bagian Pertama
Dari Dua Tulisan), http://www.reindo.co.id
Siti Nurbaya (2006), Pengaruh Kompensasi Terhadap
Tingkat Produktivitas Pegawai (Studi Kasus Pada PDAM Kota Bandung), http://www.lppm.ac.id
Sugiyono (2004), Statistika Untuk Penelitian, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung
Kuncoro, Mudrajat. (2003), Metode Riset Untuk Bisnis dan
Ekonomi, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Nur Indriantoro, Bambang Supomo
(2002), Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen,
Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN
KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN RITEL DI
KOTA MANADO, TOMOHON DAN BITUNG
SKRIPSI
Oleh:
ARVINDO
MONINGKA
030614166
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAM RATUANGI
MANADO
2007
Skripsi Berjudul :
PENGARUH
PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN RITEL DI KOTA MANADO, TOMOHON DAN BITUNG
Yang diajukan oleh
ARVINDO MONINGKA
030614166
Telah Diperiksa dan Disetujui
Untuk Diseminarkan
Manado, Agustus 2007
Pembimbing
I
Dra. J. J. Sondakh, Ak. MSi
NIP. 131 671 022
|
Pembimbing
II
Drs. J. Tinangon, Ak. MM
NIP. 132 049 330
|
Ketua Jurusan Akuntansi
Dra. J. J. Sondakh, Ak. MSi
NIP. 131 671 022
LAMPIRAN
Lampiran 1
Profil
Responden
Untuk pertanyaan nomor 2-4 anda dimohon untuk
memberikan tanda √ pada kotak didepan alternatif jawaban yang diberikan.
1.
Jabatan
anda ditempat anda bekerja : ................................................................
2.
Pendidikan :
SMA Sarjana
Diploma Lainnya (sebutkan) ..............
3.
Jenis
Kelamin :
Pria Wanita
4.
Lamanya
anda bekerja di perusahaan ini :
1 – 5 tahun
6 – 10 tahun
Lebih dari 10 tahun
KUISIONER
Untuk pertanyaan dibawah ini, berikan tanda silang
(X) pada setiap alternatif jawaban yang diberikan.
I
Pertanyaan untuk Keefektifan Pengendalian Internal
1.
Di
perusahaan tempat saya bekerja, penerapan wewenang dan tanggung jawab tidak
terlalu dipentingkan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
2.
Di
perusahaan tempat saya bekerja, bila laporan keuangan perlu segera diterbitkan,
maka otorisasi transaksi dan bukti pendukung dapat diabaikan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
3.
Di
perusahaan tempat saya bekerja, pemeriksaan fisik atas kekayaan perusahaan
(kas, persediaan, dll) hanya dilakukan pada saat diperlukan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
4.
Di
perusahaan tempat saya bekerja, sistem akuntansi tidak dapat mencatat seluruh
informasi kegiatan operasional perusahaan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
5.
Di
perusahaan tempat saya bekerja, pemantauan dan evaluasi atas aktivitas
operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal (misalnya, derajat
keamanan kas, persediaan, dsb) tidak dilakukan secara terus-menerus.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
II Pertanyaan untuk Kesesuaian Kompensasi
6.
Kompensasi
keuangan yang diberikan di perusahaan ini diukur sesuai dengan prestasi
pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan perusahaan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
7.
Perusahaan
ini menciptakan kondisi sehingga diakui bahwa semua karywannya memang menguasai
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
8.
Promosi
di perusahaan ini diberikan atas dasar prestasi kerja yang telah dicapai oleh
karyawan perusahaan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
9.
Perusahaan
ini dikelola oleh manajemen sedemikian rupa sehingga karyawannya memulai dan
menyelesaikan tugas pekerjaan dengan baik.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
10. Pekerjaan sebagai penaggung jawab
penyusunan laporan keuangan di perusahaan ini merupakan tugas yang menantang
yang harus dicapai dalam waktu tertentu.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
11. Di perusahaan ini, penanggung jawab
penyusunan laporan keuangan dapat memaksimalkan kemampuan, pengetahuan dan
keahlian di bidangnya.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
III Pertanyaan untuk Kecendrungan Kecurangan Akuntansi
12. Agar laba perusahaan ini tampak besar,
maka wajar bila pimpinan bagian akuntansi di perusahaan ini memperkecil
biaya-biaya yang tercatat dalam pembukuan perusahaan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
13. Bagi pimpinan bagian akuntansi di
perusahaan ini, demi mengamankan posisi direksi adalah wajar bila catatan dan
dokumen penyuapan kepada pejabat pemerintah dihilangkan dari pembukuan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
14. Bila ingin menunjukkan laba perusahaan
yang lebih besar dari yang sebernanya, penanggung jawab penyusunan laporan
keuangan di perusahaan ini diperkenankan untuk memperkecil cadangan piutang
macet.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
15. Pimpinan bagian akuntansi di perusahaan
ini, sepatutnya berusaha untuk tidak menerima berbagai pembayaran fiktif yang
ada di perusahaan.
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
16. Direktur keuangan di perusahaan ini,
seharusnya berani menolak permintaan komisaris utama untuk membeli rumah
perusahaan dengan harga murah (dibawah harga pasar).
A.
Sangat
Setuju D. Tidak
Setuju
B.
Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C.
Netral
LAMPIRAN 2
Tabulasi Hasil Penelitian
Responden
|
Pengendalian Internal
|
Kesesuaian Kompensasi
|
Kecendrungan Kecurangan Akuntansi
|
||||||||||||||
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
P5
|
P6
|
P7
|
P8
|
P9
|
P10
|
P11
|
P12
|
P13
|
P14
|
P15
|
P16
|
||
R1
|
1
|
1
|
3
|
2
|
2
|
5
|
5
|
5
|
4
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
5
|
3
|
|
R2
|
3
|
2
|
3
|
1
|
2
|
4
|
4
|
2
|
4
|
5
|
5
|
1
|
2
|
2
|
5
|
3
|
|
R3
|
1
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
|
R4
|
1
|
1
|
3
|
1
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
|
R5
|
1
|
1
|
2
|
1
|
2
|
4
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
2
|
2
|
2
|
4
|
3
|
|
R6
|
2
|
2
|
2
|
1
|
2
|
5
|
4
|
5
|
4
|
5
|
5
|
1
|
1
|
1
|
5
|
2
|
|
R7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
4
|
5
|
4
|
5
|
3
|
3
|
3
|
1
|
5
|
3
|
|
R8
|
1
|
1
|
3
|
1
|
3
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
1
|
4
|
1
|
5
|
3
|
|
R9
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
2
|
2
|
2
|
4
|
1
|
|
R10
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
2
|
2
|
3
|
4
|
4
|
|
R11
|
1
|
2
|
3
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
3
|
2
|
2
|
4
|
3
|
|
R12
|
2
|
1
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
5
|
4
|
4
|
5
|
2
|
1
|
2
|
4
|
3
|
|
R13
|
1
|
2
|
2
|
3
|
2
|
3
|
5
|
4
|
4
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
5
|
4
|
|
R14
|
1
|
2
|
3
|
2
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
1
|
1
|
2
|
5
|
4
|
|
R15
|
2
|
1
|
4
|
3
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
|
R16
|
4
|
3
|
2
|
3
|
4
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
2
|
4
|
3
|
|
R17
|
1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
3
|
4
|
2
|
4
|
5
|
3
|
2
|
1
|
2
|
3
|
3
|
|
R18
|
1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
3
|
4
|
2
|
4
|
5
|
3
|
1
|
1
|
1
|
5
|
3
|
|
R19
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
3
|
5
|
3
|
5
|
5
|
4
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
|
R20
|
4
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
4
|
2
|
5
|
5
|
4
|
3
|
2
|
2
|
5
|
1
|
|
R21
|
3
|
4
|
3
|
2
|
5
|
3
|
4
|
4
|
3
|
5
|
2
|
3
|
2
|
2
|
4
|
4
|
|
R22
|
2
|
1
|
2
|
1
|
1
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
1
|
2
|
1
|
1
|
1
|
LAMPIRAN 3
No
|
Nama Perusahaan
|
Alamat
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
|
Fiesta Ria Supermarket
Golden
Supermarket
Jumbo Swalayan
Gelalel
Supermarket
Fresh Mart
Supermarket &
Dept Store
Family
Supermarket
Samudra Swalayan
Muliti Mart
Supermarket &
Dept Store
Queen Mart
Hypermart
Grand Supermarket
Cool Supermarket
MMM Supermarket
MM Samudra Jaya
|
Jl. Sam Ratulangi
Kompleks Pasar 45
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Supropto No. 1
Jl. Sudirman
Kompleks Mega Mall
Jl. Sam Ratulangi No. 458
Jl. Wolter Monginsidi No.1
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Piere Tendean
Jl. Sudirman
Jl. Sam Ratulangi
Jl. Sudirman
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon
Jl. Raya Tomohon
Jl. Ir Soekarno No 43
|
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Tahun
2007
Lampiran 4
PROFIL
PERUSAHAAN
6 Sampai saat ini jumlah karyawan di perusahaan ini adalah :
Kurang dari 25 orang
Lebih
dari 75 orang
7
Modal awal
perusahaan ini adalah :
Antara 100 juta sampai
dengan kurang dari 200 juta
Lebih dari 500 juta
8.
Perusahaan
ini telah berdiri selama :
Kurang dari 5 tahun
Antara 6 – 10 tahun
Antara 11 – 15 tahun
Lebih dari 15 tahun
0 komentar:
Post a Comment