Skripsi Fisika 1

Sunday, March 18, 2012


Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang melalui Pendekatan Problem Posing Berbasis Aktivitas di SMUN I Banjarmasin Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA Unlam


ABSTRAK


            Pembelajaran IPA (sains) saat ini masih menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered).  Sistem pembelajaran tersebut juga diterapkan di SMUN I Lawang, hal itu akan dapat menyebabkan siswa menjadi pasif.
Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengetahui prestasi belajar fisika manakah yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional, (2) mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas.
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 SMUN I BJM tahun ajaran 2002/2003. Diantara 10 kelas yang ada dilakukan pengambilan sampel  secara acak. Penelitian ini bersifat eksperimental semu, yang melibatkan variabel perlakuan  berupa model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing berbasis aktivitas yang dikenakan pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol  menggunakan pendekatan konvensional untuk pokok bahasan getaran dan gelombang. Rancangan ini melibatkan dua kelas sampel, maka desain penelitian yang digunakan adalah Pre-test dan Post-test Control Group Desain. Kerangka rancangan dimulai dari uji coba instrumen dan pengambilan data, analisis uji instrumen dan analisis data serta uji hipotesis menggunakan uji-t satu pihak.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional, yang terlihat dari nilai rata-rata prestasi untuk kelas eksperimen adalah 84,47 sedangkan nilai rata-rata prestasi untuk kelas kontrol adalah 68,50 dan juga dilihat dari thitung > ttabel yaitu diperoleh thitung = 7,426 sedangkan ttabel (72; .05) = 2,647 (2) kemampuan merumuskan soal bagi kelas yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas tergolong sangat baik yaitu mencapai 84,7 %.



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya.
 Untuk dapat menciptakan teknologi baru dan agar tidak terbelakang dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dalam memecahkan persoalan-persoalan aktual kehidupan, maka peranan fisika sangat penting bahkan dapat dikatakan teknologi takkan ada tanpa fisika. Oleh karena itu penguasaan suatu konsep fisika sangat penting dalam mendukung hal tersebut. 
            Dalam belajar fisika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.
            Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah menunjukkan suatu pergeseran ke arah paradigma konstruktivis. Berkenaan dengan pembelajaran konstruktivis, tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Jadi peranan guru dalam pembelajaran adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa (Suparno, 1997:65).
            Untuk mendukung hal itu, para pakar pendidikan telah mengembangkan berbagai sistem pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cenderung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak (Hudojo, 1998).
            Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pembelajaran problem posing, problem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep akan menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran Behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan (Hudojo, 1988:32).
            Dikaitkan dengan pengertian fisika sebagai bagian dari IPA, model pembelajaran dengan problem posing berbasis aktivitas ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena problem posing berbasis aktivitas lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatan-kegiatan di laboratorium yaitu proses mengamati, mencatat hasil pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang telah dirancang oleh guru. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Fisika merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan.
            Pada tingkat SLTP dan SMU, strategi pengajuan soal selaras dengan tujuan khusus pengajaran yaitu agar siswa dapat mempunyai pandangan luas dan mempunyai sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Dalam pembelajaran, guru hendaknya memilih strategi yang melibatkan siswa baik secara mental, fisik maupun sosial.
            Jika dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan di SMUN I Banjarmasin, lebih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa cenderung pasif karena mereka hanya menerima materi dan latihan soal dari guru, hal itu tidak cukup mendukung penguasaan terhadap konsep fisika menjadi lebih baik. Masih rendahnya penguasaan terhadap konsep fisika ditandai oleh nilai prestasi fisika siswa yang masih rendah.    
Dengan bertolak dari uraian di atas, maka penelitian tentang pendekatan problem posing terhadap prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya.   

B. Rumusan Masalah
            Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Manakah prestasi belajar fisika siswa yang lebih tinggi antara siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional?
2.      Bagaimana kemampuan siswa dalam merumuskan soal bagi kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas?

C. Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui manakah prestasi belajar fisika yang lebih tinggi antara siswa yang   diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas.
D. Hipotesis Penelitian
Untuk menjawab permasalahan di atas, perlu diajukan jawaban sementara melalui hipotesis yaitu prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Pendidik atau calon pendidik: hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang model pembelajaran dalam pembelajaran fisika yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di sekolah sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
2. Lembaga pendidikan: guna memberikan informasi awal dan bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi objektif di lapangan bagi pihak-pihak tertentu yang bermaksud mengembangkan atau melakukan penelitian serupa di tempat lain.

F. Asumsi Penelitian
            Sebagai landasan dalam penelitian ini maka asumsi yang digunakan yaitu:
1.      Nilai pre-test siswa menggambarkan nilai kemampuan awal siswa.
2.      Kondisi fisiologis (misalnya keadaan fisik, sarana dan prasarana belajar di rumah serta latar belakang orang tua) dan kondisi psikologis siswa (misalnya motivasi, minat dan bakat) dianggap tidak berpengaruh dalam penelitian ini. 
3.      Responden dalam mengisi tes prestasi belajar fisika tidak dalam keadaan terpaksa, mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan jujur, sehingga hasil tes benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang dicapai siswa.

G. Definisi Operasional
            Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan hasil penelitian, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut.
1.      Prestasi belajar fisika adalah besarnya skor tes fisika yang dicapai siswa setelah mendapat perlakuan selama proses pembelajaran berlangsung.
2.      Problem Posing adalah perumusan masalah (soal) yaitu siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Problem posing ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
3.      Pendekatan konvensional adalah suatu pendekatan pembelajaran yang terpusat pada guru yaitu guru hanya memberikan suatu informasi dan tugas kepada siswa.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
4.      Berbasis aktivitas yaitu tugas melaksanakan percobaan yang harus dilakukan oleh siswa baik secara pribadi maupun kelompok.  ng oleh guru (Lemguru (Lemlit, diajukan di atas makaadap fisika menjadi lebih baik.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran menurut Filsafat Konstruktivisme
            Belajar merupakan proses perubahan, perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat diambil beberapa elemen penting yang terdapat di dalamnya. Adapun elemen tersebut yaitu (1) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi cara berpikir (kognitif), cara bersikap (afektif) dan perbuatan (psikomotor), (2) menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan, (3) siswa diumpamakan sebagai sebuah botol kosong yang siap untuk diisi penuh dengan pengetahuan, dan siswa diberi bermacam-macam materi pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya (Kusairi, 2000:1).  
            Menurut filsafat konstruktivisme oleh Suparno (1997:15) menyatakan bahwa ”pengetahuan itu adalah bentukan (konstruksi) siswa sendiri yang sedang belajar “. Pengetahuan seseorang tentang anjing adalah bentukan siswa sendiri yang terjadi karena siswa mengolah, mencerna dan akhirnya merumuskan pengertian tentang anjing.

Jadi menurut filosofi konstruktivisme pengetahuan merupakan bentukan (konstruksi) dari orang yang sedang belajar, yaitu dengan mengembangkan ide-ide dan pengertian yang dimiliki oleh pribadi orang belajar tersebut. Dengan cara ini siswa dapat menjalani proses mengkonstruksi pengetahuan baik berupa konsep, ide maupun pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya. Agar proses pembentukan pengetahuan dapat berkembang dengan baik, maka kehadiran pengalaman menjadi sangat penting untuk tidak membatasi pengetahuan siswa. Pengetahuan yang dibentuk dengan sendirinya oleh siswa ini dapat memunculkan atau mendorong terhadap siswa untuk mencari dan menemukan pengalaman baru.
            Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menekankan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa sendiri dinamakan pembelajaran konstruktivisme. Aktivitas siswa merupakan syarat mutlak agar siswa bukan hanya mampu mengumpulkan banyak fakta, melainkan siswa mampu menemukan sesuatu pengetahuan dan mengalami perkembangan berpikir.   
Pengetahuan-pengetahuan yang didapat oleh masing-masing siswa dibawa ke dalam diskusi kelas, kemudian dipecahkan dan dibahas bersama-sama di dalam kelas.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru hanya berperan sebagai fasilitator  dan moderator, tugasnya adalah merangsang dan membantu siswa untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya. Jelas sekali bahwa pembelajaran konstruktivisme adalah bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran siswa yang aktif dan kritis.



B. Proses Pembelajaran Fisika    
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan dan lain-lain untuk membentuk konstruksi baru. Pelajar harus membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Belajar yang berarti terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan dalam proses memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap (Fosnot dalam Suparno, 1997:62).
 Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Hilgrad (dalam Nasution, 1992:39) mengatakan bahwa “belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan”, misalnya  perubahan karena mabuk/minum ganja bukan termasuk hasil belajar.
            Suparno (1997:61) mengatakan bahwa kaum konstruktivis menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti baik teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2.      Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi baik secara kuat maupun lemah.
3.      Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri (Fosnot dalam Suparno, 1997:19), suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4.      Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk mengacu belajar.
5.      Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya (Bettencourt dalam Suparno, 1997:20).
Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar merupakan sesuatu yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku, keterampilan dan sikap pada diri individu yang belajar. Perubahan ini tidak harus segera tampak setelah proses pembelajaran, tetapi akan tampak pada kesempatan yang akan datang. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh adanya suatu usaha yang disengaja.
Fisika sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang lebih banyak berkaitan dengan kegiatan-kegiatan seperti mengumpulkan data, mengukur, menghitung, menganalisis, mencari hubungan, menghubungkan konsep-konsep, semuanya ditujukan pada satu penyelesaian soal. Oleh karena itu, belajar fisika dengan prestasi tinggi, seharusnya tidak hanya menghapal teori, definisi dan sejenisnya, tetapi memerlukan pemahaman yang sungguh-sungguh. 
 Dalam belajar fisika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.
Untuk meningkatkan hasil dan proses pembelajaran fisika tentu saja diperlukan metode pengajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan materi fisika. Pendekatan dan metode ini juga harus dapat menampilkan hakekat fisika sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah serta produk ilmiah.

C. Prestasi Belajar Fisika
            Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar. Jadi prestasi itu adalah besarnya skor tes yang dicapai siswa setelah mendapat perlakuan selama proses belajar mengajar berlangsung. Belajar menghasilkan suatu perubahan pada siswa, perubahan yang terjadi akibat proses belajar yang berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap (Winkel, 1996:50). Jadi prestasi dapat juga diartikan sebagai hasil perubahan.
            Prestasi belajar fisika merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman siswa dari berbagai kegiatan pemecahan masalah, seperti kegiatan mengumpulkan data, mencari hubungan antara dua hal, menghitung, menyusun hipotesis, menggeneralisasikan dan lain-lain. Sehingga diperoleh konsep-konsep dari hukum-hukum fisika secara baik (Sudjana, 1990:22). Menurut Bloom (dalam Winkel, 1996:244) mengatakan bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

D. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing
1. Pengertian Problem Posing
              Pengajuan soal (problem posing) mempunyai beberapa arti. Menurut Sutiarso (1999:16) menyatakan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal)”. Jadi dari pendapat tersebut dapat diartikan sebagai masalah. Menurut Webster Dictionary (dalam Sutiarso, 1999:17) masalah adalah “sesuatu pekerjaan yang perlu dilakukan atau segala sesuatu yang memerlukan pekerjaan”. Sedangkan Polya (dalam Sutiarso, 1999:17) mengatakan bahwa “sebuah soal dikatakan sebagai sebuah masalah jika soal tersebut merupakan soal yang sulit dan penuh tantangan”.
Menurut Silver (dalam Sutiarso, 1999:17) bahwa:
“Dalam pustaka pendidikan matematika, problem posing mempunyai tiga pengertian. Pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam memecahkan soal yang rumit. Arti kedua yaitu problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan, dalam rangka mencari alternatif pemecahan. Arti ketiga, problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah perumusan masalah (soal) yaitu siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kreatif dan mereka juga memikirkan cara yang tepat untuk menyelesaikan soal mereka buat tersebut.     
 Nyoman Gita mengatakan bahwa istilah pengajuan masalah merupakan istilah problem posing dan dimaksudkan perumusan soal oleh siswa dari situasi yang tersedia baik dilakukan sebelum, ketika ataupun setelah pemecahan masalah tersebut. Nyoman juga mengutip pendapat Sutawijaya yang mengatakan bahwa merumuskan kembali masalah matematika merupakan cara untuk memperoleh kemajuan dalam pemecahan masalah (Gita, 1999:23).
Silver dan Cai (dalam Sutiarso, 1999:23)  memberikan istilah pengajuan soal (problem posing) diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yang berbeda. Istilah tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Pengajuan pre-solusi atau pre-solution posing yaitu seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.
b.      Pengajuan didalam solusi (within-solution posing), yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan.
c.       Pengajuan setelah solusi (post-solution posing), yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal  yang baru.
Menurut Sutiarso (1999:16) problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal)”, selain itu ada juga yang mengartikan pembentukan soal.

2. Problem Posing dalam Pembelajaran Fisika
     Dalam pembelajaran fisika, pengajuan soal atau perumusan soal menempati posisi yang strategis seperti halnya pada mata pelajaran matematika. Pengajuan soal ini dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika.
            Dalam pembelajaran fisika di SLTP dan di SMU, tujuan khusus pengajarannya adalah agar siswa dapat mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap yang logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Sedang dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dijelaskan guru hendaknya memilih strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar baik secara mental, fisik maupun sosial. Dalam mengaktifkan siswa, hendaknya guru memberikan soal yang mengarah pada jawaban divergen (terbuka, lebih dari satu jawaban) dan pertanyaan yang bersifat penyelidikan (Kurikulum Sekolah Menengah Umum, 1995:2).
            Dalam pembelajaran fisika, pengajuan soal merupakan tugas kegiatan yang mengarah pada sikap kritis dan kreatif, sebab siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan (Nasoetion, 1991:28). Menurut Posamentier dan Patahuddin (dalam Najoan, 1999:20), menulis pertanyaan-pertanyaan dari informasi yang ada dapat menyebabkan ingatan siswa jauh lebih baik sehingga dapat memantapkan kemampuan siswa dalam belajar fisika. Selain itu, dalam pengajuan soal juga melibatkan aktivitas mental siswa. Siswa mencoba dan menyelidiki rumusan suatu soal, kemudian membicarakan dan menyelesaikan suatu soal tersebut untuk dapat merumuskan soal baru yang baik dan dapat diselesaikan.
            Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak (dalam Najoan, 1999:32) yang menyatakan bahwa dengan melibatkan siswa dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan) ketika pembelajaran akan menghasilkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan berpikir siswa.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajuan soal (problem posing) oleh siswa berisi tentang 3 hal pokok. Ketiga hal pokok itu adalah sebagai berikut.
a.       Perumusan soal oleh siswa setelah latihan soal yang diberikan guru adalah siswa membuat soal dari situasi/informasi yang diadakan.
Sebagai contoh dimisalkan guru memberikan sebuah soal “Tentukan persamaan simpangan gerak harmonik yang mempunyai persamaan y = 2 sin 2 !”. Untuk mengetahui bagaimana siswa menyelesaikan soal itu, apakah mereka menguasai soal tersebut dan bagaiman mereka merencanakan penyelesaian soal itu, maka diberikan tugas “buatlah soal di atas yang mengarah pada penyelesaian soal itu”. Maka kemungkinan soal yang dibuat oleh siswa adalah:
  • Berapakah frekuensi dari persamaan di atas?
  • Berapakah periodenya?
  • Berapakah amplitudonya?
b.      Perumusan soal setelah diselesaikan.
 Sebagai contoh, siswa diberikan soal “Berapakah besar simpangan dari soal yang telah kalian selesaikan?”. Apabila siswa telah dapat menyelesaikan soal ini, maka guru meminta siswa untuk mengajukan soal/pertanyaan lain yang sama tetapi dengan syarat yang berbeda. Beberapa soal mungkin dibuat oleh siswa adalah “Berapa besar simpangan jika waktunya berubah selama 2 sekon?
c.       Perumusan soal atau pembentukan soal dari situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau sesudah pemecahan suatu soal/masalah untuk memunculkan pertanyaan yang baru dengan memodifikasi sendiri oleh siswa.
Berkaitan dengan perumusan soal, bahwa soal dapat dibentuk melalui soal-soal yang ada di buku teks/pelajaran, informasi tertulis dan gambar.
 Jika dikaitkan dengan jawaban problem posing yang dirumuskan siswa, Silver dan Cai (dalam Sutiarso, 1999:24) mengkategorikan soal yang dirumuskan siswa menjadi tiga bagian yaitu pertanyaan matematika, pertanyaan non matematika dan pernyataan. Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang mengandung masalah matematis dan mempunyai kaitan dengan informasi yang ada pada situasi tersebut. Pertanyaan matematis ini terbagi dalam dua hal, yaitu pertanyaan matematis yang dapat diselesaikan dan pertanyaan matematis yang tidak dapat diselesaikan.
Pertanyaan matematis yang dapat diselesaikan adalah jika pertanyaan tersebut memuat informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan, dan pertanyaan matematis yang tidak dapat diselesaikan adalah jika pertanyaan tersebut tidak memiliki informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan atau jika pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan informasi yang ada. Pertanyaan non matematis adalah pertanyaan yang tidak mengandung masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang ada, tetapi masih relevan dengan materi yang disampaikan guru. Pernyataan adalah bentuk kalimat yang bersifat ungkapan/berita yang tidak memuat pertanyaan.

3. Kelebihan dan Kelemahan  Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing
            Pembelajaran melalui pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan (Rahayuningsih, 2002:18), diantaranya adalah:
  1. Kelebihan Problem Posing
1)      Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
2)      Minat siswa dalam pembelajaran fisika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
3)      Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
4)       Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
5)      Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluan bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
  1. Kekurangan Problem Posing
1)      Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan
2)      Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.

4. Problem Posing Berbasis Aktivitas
            Problem posing berbasis aktivitas didefinisikan sebagai tugas perumusan soal yang harus dilakukan oleh siswa (pribadi ataupun kelompok) yang berfokus pada aktivitas siswa yang merupakan strategi pembelajaran dengan paradigma konstruktivis.
            Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa pembelajaran yangmenekankan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa sendiri dinamakan pembelajaran konstruktivisme. Dalam konteks belajar seperti ini, aktivitas siswa menjadi syarat mutlak agar siswa mengalami perkembangan pemikirannya.
Menurut Suparno (1997:65), sebagai implikasi dari diri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivis terhadap pembelajaran fisika, maka lingkungan belajar perlu diupayakan sebagai berikut.
(a)    Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
(b)   Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak perlu semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
(c)    Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antar siswa serta kerjasama antara siswa dengan guru.
(d)   Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga fisika menjadi lebih menarik dan siswa mau belajar.
Dengan mengacu pada strategi konstruktivis guru dapat menerapkan prinsip problem posing dalam pembelajannya. Menurut Aurbach (dalam Sarah Nixon-Ponder, 1992) menyederhanakan lima langkah pembelajaran dengan problem posing yaitu:
1)      Menguraikan isi
Dalam hal ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi untuk memperbincangkan apa-apa yang telah siswa amati dan apa-apa yang telah siwa alami. Dalam bagian ini diahapkan agar terjadi saling bercerita tentang apa yang mereka lihat dan mereka alami dalam suasana santai, akrab dan nyaman tetapi masih dalam batas ilmiah.
      Setelah terbentuk suasana seperti di atas maka guru dapat meminta siswa untuk menuliskan apa yang mereka lihat sebagai sebuah situasi. Dari situasi tersebut guru dapat memulai membuat pertanyaan, misalnya “apa yang kamu lihat dari gambar ini? (situasi berupa gambar atau foto), pertanyaan lain misalnya “ menceritakan tentang apa dialog itu? (situasi berupa cerita, artikel, berita).
            Sebagai contoh pembelajaran problem posing dalam pokok bahasan getaran dan gelombang.
Kelompok I     : Ayunan yang didorong akan bergerak bolak-balik
Kelompok II   : Permukaan air yang tenang jika diberi usikan akan menimbulkan   riak-riak kecil berbentuk lingkaran.
Dan seterusnya kelompok lain.
2)  Menegaskan masalah
Dalam hal ini siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah dari situasi yang diadakan. Siswa dapat mengidentifikasi  lebih dari satu masalah, siswa dapat mengidentifikasikan menjadi dua masalah atau lebih tetapi tidak boleh saling terpisah maksudnya yaitu masing-masing masalah harus terkait dengan situasi yang diadakan.
Kelompok I     : Dinamakan apakah gerakan bolak-balik itu?
                          Benda apa lagi yang bergerak bolak-balik?
                         Dan sebagainya.
Kelompok II   : Mengapa air akan menghasilkan riak-riak kecil jika diberi usikan?
                          Disebut apakah usikan itu?
                          Dan sebagainya.
3)      Menampilkan permasalahan individu
Setiap siswa diminta untuk menulis ide masing-masing dengan selengkap-lengkapnya atas dasar masalah yang dikemukakan oleh masing-masing kelompok tersebut. Kemudian siswa memikirkan, memahami, menganalisis dan mendiskusikan serta saling bertukar pendapat dengan siswa lainnya. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
4)      Membahas masalah
Dari setiap masalah yang diajukan oleh siswa kemudian didiskusikan di depan kelas, dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing jalannya diskusi, guru menggaris bawahi pernyataan khusus yang menimbulkan persepsi yang bermacam-macam. Selama diskusi berlangsung, guru tidak berhak untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan siswa, siswa dibiarkan untuk mencari jawaban sendiri atas masalahnya. Hal ini akan merangsang keaktifan siswa dalam perumusan masalah dan dalam mencari penyelesaiannya.
5)      Membahas alternatif permasalahan yang lain
            Guru sebagai fasilitator membimbing siswa dalam mencari alternatif pemecahan masalah dan membahas akibat-akibat yang terjadi. Setelah diskusi, siswa akan lebih terlatih dalam mencari jawaban atas setiap masalah yang ada serta lebih mudah untuk mencari penyelesaian atas masalah-masalah lainnya.
Problem posing mengutamakan lebih banyak keaktifan siswa, secara garis besar guru hanya bertugas untuk:
(a)    Menggalakkan siswa untuk mengolaborasikan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban mereka.
(b)   Menggalakkan siswa untuk menyampaikan pendapat tentang sebab-sebab suatu peristiwa atau situasi.
(c)    Menggalakkan siswa untuk melakukan hipotesis, mengamati dan mendiskusikan terhadap suatu peristiwa/situasi.
Guru menggaris bawahi pernyataan khusus yang menimbulkan persepsi bermacam-macam, kemudian siswa mendiskusikan lagi untuk mencapai persamaan persepsi yang benar. Kesimpulan dari hasil diskusi diharapkan adalah:
§  Gerak bolak-balik suatu benda secara periodik melalui titik kesetimbangan disebut dengan getaran.
§  Gelombang adalah getaran/usikan yang merambat melalui suatu medium.

E. Pembelajaran Problem Posing dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar
 Prestasi belajar siswa yang dimaksudkan di sini adalah skor tes hasil belajar yang dicapai siswa setelah kegiatan proses pembelajaran atau dengan kata lain yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal (problem solving) yang diberikan setelah perlakuan eksperimen.
            Problem posing merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal (Soedjadi:2000). Untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal dapat dengan cara membiasakan siswa merumuskan soal. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa untuk merekonstruksikan pikiran-pikirannya dalam rangka membuat soal.
            Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan konsep akan menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran Behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan (Hudojo, 1988:32). Dengan penguasaan konsep yang baik maka secara tidak langsung akan meningkatkan prestasi belajar fisika.
Jika melihat metode pembelajaran konvensional yang didasarkan pada behaviorisme semata, yaitu  pembelajaran lebih menekankan pada pengulangan-pengulangan (driil) terhadap masalah-masalah yang diberikan guru dan kegiatan siswa hanya menyelesaikan soal-soal dengan prosedur rutinitas (Hudojo, 1988:33). Hal ini berarti siswa hanya sebagai objek belajar belaka dan siswa tidak memiliki kemandirian dalam belajar. Kondisi ini akan menyebabkan siswa pasif dalam belajar dan akan mengalami masalah dalam menyelesaikan soal bila menghadapi masalah yang  baru bagi siswa.
            Dari uraian di atas, dapat ditunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih memungkinkan adanya peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, sehingga dengan meningkatnya pemahaman dan penguasaan konsep akan meningkatkan prestasi belajar fisika. 



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
            Penelitian tentang pendekatan problem posing berbasis aktivitas untuk pokok bahasan Getaran dan gelombang ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sudjana (1996:56) penelitian eksperimen yaitu penelitian yang anggota sampelnya diberi perlakuan. Dalam penelitian ini tidak mencantumkan faktor-faktor kondisi fisiologis (misalnya keadaan fisik, sarana dan prasarana, belajar di rumah, di sekolah, serta latar belakang ekonomi orang tua) dan psikologis siswa (misalnya motivasi, minat dan bakat) dianggap tidak berpengaruh dalam penelitian ini.
            Karena penelitian ini melibatkan dua kelas sampel, maka desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Postest Control Group Design. Sebelum diberi perlakuan, anggota sampel penelitian terlebih dahulu diberi test awal (pre-test) dengan tujuan mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan Getaran dan gelombang.





            Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat digambarkan dalam
desain sebagai berikut.

            E       O1          X              O2
                  ……………………………
            K       O1                           O2
           
Gambar 3.1 Desain Pre-test dan Post-test dengan Kelompok yang Diacak

Keterangan:
      E    : Kelompok eksperimen.
      K   : Kelompok kontrol/pengendali.
      X   : Perlakuan eksperimen (pembelajaran dengan problem posing).
              Untuk kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan sebagaimana kelompok
              eksperimen.
      O1  : Pre-test yang dikenakan pada kedua kelompok (pemberian tes sebelum
              materi getaran dan gelombang diberikan).
      O2  : Post-test yang dikenakan pada kedua kelompok (pemberian tes setelah
              kelompok eksperimen mendapat perlakuan).
(Arikunto, 2002:80)
  

B. Waktu dan Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di SMUN I BANJARMASIN pada kelas 1 semester 2 tahun ajaran 2004/2005. Sedangkan waktu penelitian ini dimulai bulan April 2005 dan berakhir pada bulan Mei 2005.

C. Populasi dan Sampel
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh  siswa kelas I SMUN I Banjarmasin yang terdiri dari 10 kelas yaitu kelas I1 sampai kelas I10. Sedangkan sampel ditentukan dengan teknik random sampling (acak).  
            Dalam teknik random sampling ini kelompok subjek homogen, yaitu seluruh kelompok subjek terdistribusi merata. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih sebagai sampel (Arikunto, 2002:111). Dalam penelitian ini kelas yang terpilih menjadi sampel adalah kelas 12 dan kelas 19.  

D. Variabel Penelitian
            Dalam penelitian ini ada beberapa variabel penelitian yang perlu diperhatikan yaitu:
  1. Variabel bebas (perlakuan), yaitu model pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem posing berbasis aktivitas.
  2. Variabel terikat, yaitu prestasi belajar fisika siswa yang ingin dicapai setelah mendapatkan suatu perlakuan baru.
  3. Variabel pengendali, yaitu guru yang mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama yaitu peneliti sendiri, serta waktu pembelajaran kedua kelompok dalam penelitian ini juga relatif sama.

E. Teknik Pengumpulan Data
            Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada tiga yaitu data tentang kemampuan awal siswa, data tentang kemampuan siswa dalam merumuskan soal dan data tentang prestasi belajar fisika. Data tentang kemampuan awal siswa diperoleh dari hasil pre-test, data kemampuan merumuskan soal diperoleh dari hasil tes problem posing dan data prestasi belajar fisika ditunjukkan dari hasil post-test.
              
F. Langkah-langkah Pelaksanaan Eksperimen
            Untuk memperkecil bias hasil penelitian selama pengumpulan data, dilakukan pengontrolan terhadap beberapa faktor seperti, waktu pelaksanaan, materi pelajaran dan guru yang mengajar selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu pelaksanaan kegiatan eksperimen adalah sama, yaitu siang hari yang waktu belajarnya disesuaikan dengan jam pelajaran fisika pada setiap kelompok. Materi yang disampaikan juga sama yaitu getaran dan gelombang. Guru yang mengajar pada kedua kelompok adalah sama yaitu peneliti sendiri.
            Perbedaan perlakuan antara kedua kelompok terletak pada pendekatan pembelajaran yang digunakan. Secara umum langkah-langkah pembelajaran pada kedua kelompok terlihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.1 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kelompok Eksperimen

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa




1.   Menyiapkan alat/bahan pelajaran
2.   Menjelaskan tujuan pembelajaran
3.   Menjelaskan materi pelajaran
4.   Memberikan contoh dalam merumuskan soal
5.   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
6.   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan soal sebanyak mungkin dari situasi tugas serta mengajukannya di depan kelas
7.   Mempersilakan siswa menyelesaikan soal yang telah dirumuskannya sendiri
8.   Sebagai latihan, memberikan situasi tugas yang lain
9.   Mempersilakan siswa untuk menyelesaikan soal temannya
1.   Menyiapkan alat/bahan pelajaran
2.   Memahami tujuan pembelajaran
3.   Memperhatikan materi pelajaran
4.   Memperhatikan contoh guru dalam merumuskan soal
5.   Bertanya hal-hal yang belum jelas

6.   Merumuskan soal berdasarkan situasi yang diberikan, serta mendiskusikan soal yang dirumuskan di depan kelas

7.   Menyelesaikan soal yang telah dirumuskannya sendiri
8.   Siswa kembali merumuskan soal dan mendiskusikan dengan temannya
9.   Saling menukarkan soalnya dan menyelesaikan soal temannya

  Tabel 3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kelompok Kontrol

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa




1.   Menyiapkan alat/bahan pelajaran
2.   Menjelaskan tujuan pembelajaran
3.   Menjelaskan materi pelajaran
4.   Memberikan contoh soal
5.   Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
6.   Memberikan latihan soal
1.   Menyiapkan alat/bahan pelajaran
2.   Memahami tujuan pembelajaran
3.   Memperhatikan materi pelajaran
4.   Memperhatikan contoh guru
5.   Bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
6.   Menyelesaikan latihan soal

G. Instrumen Pengukuran
            Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen tes kemampuan awal, instrumen tes problem posing untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal dan instrumen tes prestasi belajar siswa. Penyusunan instrumen penelitian ini mengacu pada Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan disusun sendiri oleh peneliti sendiri. Tes instrumen ini terdiri atas 25 butir soal berbentuk objektif dengan lima pilihan jawaban.
Sebelum dikenakan kepada sampel penelitian, instrumen ini telah diujikan pada kelas lain yang dipilih untuk menyisihkan butir soal yang gugur dan tidak cocok untuk dijadikan alat instrumen. Instrumen penelitian untuk materi getaran dan gelombang mempunyai kisi-kisi soal sebagai berikut.





   Tabel 3.3 Kisi-kisi Butir Soal yang Sudah Diujicobakan

No
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Tujuan Pembelajaran
 Khusus
Jenis Soal
No  Soal


1.














2.
10.1 Getaran














10.2 Gelombang
1.    Siswa dapat menjelaskan pengertian getaran

2.    Siswa dapat menghitung frekuensi dan periode getaran

3.    Siswa dapat menghitung simpangan gerak harmonis

4.    Siswa dapat menghitung kecepatan gerak harmonis

5.    Secara matematika, siswa dapat menurunkan rumus getaran

1.    Siswa dapat menjelaskan pengertian gelombang

2.    Siswa dapat membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal

3.    Siswa dapat menentukan frekuensi, cepat rambat dan panjang gelombang

4.    Siswa dapat membedakan pemantulan, pembiasan, difraksi, interferensi dan polarisasi gelombang

5.    Siswa dapat menentukan besar sudut pada gelombang

6.    Siswa dapat menentukan satu panjang gelombang ()
C1
C2

C3


C2
C3

C3


C3


C2


C2



C3



C2




C3


C2
C3
C1
1
2,3

4,5


9
7

6


8


11


10



15,16,17,
18,25


14, 23




12, 13, 21


19
20, 22
24

1. Instrumen Tes Problem Posing
            Tes ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam merumuskan soal. Tes berbentuk uraian yang memuat beberapa situasi tugas. Dari situasi tugas tersebut siswa diminta merumuskan soal yang sesuai dengan informasi yang diberikan. Informasi yang diberikan guru berupa pernyataan. Tes ini diberikan setelah pelaksanaan ulangan harian bab getaran dan gelombang.
            Untuk jawaban siswa yang berupa pernyataan diberi nilai 0 karena hanya menyalin saja, pertanyaan non matematis yang relevan dengan materi yang diajarkan diberi nilai 1, pertanyaan matematis yang dapat diselesaikan diberi nilai 1, pertanyaan matematis yang tidak dapat diselesaikan diberi nilai 1.
            Berikut disajikan skor penilaian jawaban siswa (tabel 3.4) ditinjau dari jenis soal yang dibuat siswa.

   Tabel 3.4 Skor Penilaian Jawaban Siswa Ditinjau dari Jenis Soal

No
Jenis Soal
Skor
1.
Pernyataan
0
2.
Pertanyaan non matematis yang masih relevan dengan informasi dan materi yang diberikan
1
3.
Pertanyaan matematis yang tidak dapat diselesaikan
1
4.
Pertanyaan matematis yang dapat diselesaikan
1
                                                                                                           (Najoan, 1999:36)

Keterangan:
  1. Pernyataan adalah sama dengan informasi yang diberikan oleh guru.
  2. Pertanyaan non matematis adalah pertanyaan yang tidak mengandung masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang ada tetapi masih relevan dengan materi yang diajarkan guru.
  3. Pertanyaan matematis adalah pertanyaan yang mengandung masalah matematika dan sesuai dengan informasi yang diberikan guru.

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal digunakan pedoman skala sebelas. Berdasarkan norma absolut skala sebelas, pedoman konversi skala sebelas pada prinsipnya sama dengan pedoman konversi skala sembilan. Perbedaannya adalah pada skala sebelas ditambahkan satu skala lagi ke atas dan satu skala lagi ke bawah. Digunakan skala sebelas karena nilai tertinggi pada skala ini adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. Sedangkan kemungkinan nilai yang mungkin diperoleh siswa dalam tes problem posing adalah 0-10.
Adapun pedoman konversi skala sebelas secara lengkap terdapat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Pedoman Konversi Skala Sebelas

Proses Kemampuan
Skala Standar
95% - 100%
85% -   94%
75% -   84%
65% -   74%
55% -   64%
45% -   54%
35% -   44%
25% -   34%
15% -   24%
5% -   14%
0% -     4%
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
                                                                                    (Arikunto, 1999:230)             

   Persentasi skor rata-rata kemampuan siswa dalam merumuskan soal adalah:
P% =                      (Arikunto, 1999:236)
Keterangan:
        P = persentase kemampuan siswa dalam merumuskan soal
                    f  = skor rata-rata yang diperoleh
                   N = skor maksimal


Kriteria:
Angka                : Keterangan
80% - 100%       : Baik sekali
66% - 79%         : Baik
55% - 65%         : Cukup
44% - 54%         : kurang
2. Instrumen Tes  Prestasi Belajar Fisika
            Instrumen tes prestasi belajar fisika terdiri dari 25 butir soal dengan 5 pilihan jawaban. Instumen tes ini digunakan dua kali, yaitu sebagai pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan post-test untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Butir soal dibuat sendiri oleh peneliti dengan merujuk buku teks fisika kelas I, yaitu buku pegangan (wajib) dan buku penunjang yang sesuai dengan kurikulum 1994.
 Instrumen tes prestasi belajar fisika telah diujikan di kelas lain yang dipilih sebagai kelas uji coba. Pengujian itu akan menghasilkan hasil tes prestasi belajar fisika siswa. Dari hasil uji coba menunjukkan 15 butir soal yang gugur dan harus dibuang. Hasil pengujian tersebut agar mempunyai hasil yang baik, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Tingkat Kesukaran Butir Soal.
            Instrumen yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Bila terlalu mudah, maka tidak akan memotivasi siswa untuk berusaha memecahkan masalah, tetapi jika instrumen yang terlalu sulit maka akan membuat siswa mudah putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar kemampuannya. Namun begitu, soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak boleh dihilangkan. Hal ini bergantung dari penggunaannya (Arikunto, 1999:207).
            Tingkat kesukaran butir soal ditentukan berdasarkan banyaknya siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah seluruh siswa.


Rumus yang digunakan adalah:
            P =              (Arikunto, 1999:208)
Keterangan:
                        P = Tingkat kesukaran
                        Js = Jumlah seluruh siswa
                        B = Jumlah siswa yang menjawab benar

            Kriteria tingkat kesukaran butir soal
            1,00  P <  0,30 : Kriteria sukar
             0,30 P < 0,70 : Kriteria sedang
             0,70 P < 1,00 : Kriteria mudah
           
            Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran 0,30-0,70 (Arikunto, 1999:210). Hasil uji coba dapat diperoleh tentang tingkat kesukaran soal berkisar antara 0,20-0,98.
b. Daya Beda Butir Soal.
            Daya beda buti soal merupakan ukuran sejauh mana butir soal mampu membedakan antara kelompok yang mempunyai kemampuan tinggi dan kelompok yang mempunyai kemampuan rendah.
            Untuk menghitung daya beda butir soal digunakan rumus:
       D =               (Arikunto, 1999:213)
Keterangan:
        D = Daya beda
                    JA = Jumlah siswa kelompok atas
                    JB = Jumlah siswa kelompok bawah
                   BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
                   BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar


Kriteria daya beda butir soal
                  0,00D < 0,20: Kriteria jelek
                  0,20D < 0,40: Kriteria cukup
                  0,40D < 0,70: Kiteria baik
                  0,70D  1,00: Kriteria baik sekali                    (Arikunto,1999:218)

            Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai daya beda 0,40-0,70 (Arikunto,1999:218). Dari hasil uji coba instrumen sebanyak 40 soal mempunyai daya beda antara -0,52 sampai 0,55. Adapun butir soal yang mempunyai daya beda rendah yaitu butir soal nomor 1, 2, 4, 7, 10,11, 12, 14,18, 19, 25, 28, 33, 34, 39. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
c. Validitas Butir Soal.
            Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan butir soal dalam mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menguji validitas butir soal digunakan korelasi point biserial dengan rumus:
                        rpbi =                   ; (Sungkowo, 1997:35)
Keterangan:    
rpb i= Koefisien point biserial
                        Y0 = Rerata skor yang menjawab benar
                        Y1 = Rerata skor total
                         St = Standar Deviasi dari skor total
                         P = Jumlah siswa yang menjawab benar
                        Q = Jumlah siswa yang menjawab salah (1-P)

Taraf signifikansi dari koefisien korelasi point biserial tersebut dapat menggunakan tabel t dengan derajat kebebasan N-2. Untuk keperluan tersebut dapat digunakan formula:
                        t =
            Dalam analisis ini, butir soal dikatakan valid jika thitung > ttabel sedangkan jika thitung < ttabel maka soal dikatakan tidak valid atau tidak memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen.  Dari hasil uji coba instrumen diperoleh data validitas butir soal antara -0,31 sampai 0,75. Sedangkan yang memenuhi taraf signifikansi 1% dan 5% sebanyak 25 soal dari 40 butir soal yang diujikan. Artinya 15 soal yang gugur dan tidak digunakan dalam instrumen guna pengambilan data. Hal itu karena 15 soal yang gugur tersebut tidak memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
d. Reliabilitas Instrumen.
            Reliabilitas butir soal adalah tingkat kepercayaan terhadap soal. Suatu butir soal dapat diketahui mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika butir soal tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas butir soal diukur dengan menggunakan rumus KR-20 adalah.
            Adapun rumus selengkapnya adalah:
                                         (Arikunto, 2002:163)
Keterangan:
          rtt = Reliabilitas butir soal
                       k = Jumlah butir soal
                       p = Jumlah siswa yang menjawab benar
                       q = Jumlah siswa yang menjawab salah
                      Vt = Standar deviasi
Kriteria signifikansi t = jika thitung > ttabel, maka tes tersebut reliabel.
Keterangan:
        n = jumlah subjek                       
                   rtt = reliabilitas     

            Setelah dilakukan uji coba dengan sampel 62 siswa diketahui reliabilitas sebesar 0,80 dengan jumlah butir soal sebanyak 25 dengan nilai thitung =10,27 > ttabel =1,67 pada taraf signifikansi 5%. Berarti instrumen sangat reliabel.
            Sedangkan penghitungan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7, 8 dan 9.                    

H. Teknik Analisis Data
1. Teknik Pendeskripsian data
            Pendeskripsian data dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap populasi yang menyangkut variabel-variabel yang digunakan, berdasarkan data yang diperoleh. Data yang dideskripsikan adalah data kemampuan awal dan prestasi belajar dari masing-masing kelompok yang meliputi: jumlah siswa, rata-rata serta standar deviasi.
2. Uji Persyaratan Analisis
            Teknik analisis data yang dipakai adalah dengan menggunakan statistik uji-t. perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan kalkulator dan bantuan komputer program SPSS II for window agar data yang diperoleh dapat dianalisis dengan analisis uji-t, maka sebaran data harus normal dan homogen. Untuk itu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas.


a. Uji Normalitas
            Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data. Pada penelitian ini dilihat apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang diperoleh salah satunya dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov, yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Tes ini menetapkan apakah skor-skor dalam sampel dapat secara masuk akal dianggap berasal dari suatu populasi dengan distribusi teoritis itu. Tes ini mencakup penghitungan distribusi frekuensi komulatif yang akan terjadi di bawah distribusi teoritisnya, serta membandingkan distribusi frekuensi itu dengan frekuensi komulatif hasil observasi. 
            Adapun rumusnya adalah:
            D = Maksimum         (Siegel,1976:59)
Keterangan:
                     D = selisih frekuensi komulatif
              Fo (X) = frekuensi komulatif observasi
             SN  (X)  =  frekuensi komulatif harapan
                                               
Kriteria:
              Data terdistribusi normal jika Dhitung < Dtabel.   
              D tabel dapat dilihat pada taraf signifikansi 5 %.               
           
            Cara lain bisa dilihat pada output SPSS yaitu dengan kriteria:
            Nilai signifikan atau signifikansi < 0,05 distribusi data tidak normal.
            Nilai signifikan atau signifikansi > 0,05 distribusi data normal.
           



b. Uji Homogenitas
            Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah pasangan data yang akan diuji perbedaannya mewakili variansi yang tergolong homogen (tidak berbeda). Hal ini dilakukan karena untuk menggunakan uji beda, maka varians dari kelompok data yang akan diuji harus homogen.
Untuk menguji homogenitas varians tersebut digunakan rumus sebagai berikut.
                                   (Isparjadi, 1998:61)
Keterangan :
                      F = koefisien Ftes
                    = Variansi kelompok 1 (yang besar)
             = Variansi kelompok 2 (yang kecil)
               S = Standar deviasi masing-masing kelompok.
                                     
                 Selanjutnya nilai F yang diperoleh dibandingkan terhadap Ftabel. Kriteria pengujiannya adalah Hipotesis diterima jika Fhitung < Ftabel dan Hipotesis ditolak jika Fhitung > Ftabel.
Kriteria:   Varians data homogen jika Fhitung < Ftabel
                      Varians data tidak homogen jika  Fhitung ≥ Ftabel
                 Dengan menggunakan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan n – 2.
             
3.  Uji Hipotesis Penelitian
            Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t. Namun sebelum data yang diperoleh dianalisis, data tersebut terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas sebagai persyaratan analisis selanjutnya.

            Penelitian ini mengambil hipotesis bahwa prestasi belajar fisika siswa yang diberi pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi daripada prestasi belajar fisika siswa yang diberi pendekatan konvensional, maka digunakan uji-t satu arah.
Kriteria: Hipotesis diterima jika thitung > ttabel
                          Hipotesis ditolak jika thitung < ttabel

            Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik sebagai berikut.
             t =                         (Sungkowo,1997: 25)
Keterangan:
=Rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan   pendekatan problem posing.
= Rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang tidak diajar dengan pendekatan problem posing
JK1 = Jumlah kuadrat nilai prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing.
JK2 = Jumlah kuadrat nilai prestasi belajar fisika siswa yang diajar   dengan pendekatan konvensional.
N1 = Jumlah siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing.
N2 = Jumlah siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.

         Setelah diketahui bahwa prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dengan prestasi belajar fisika siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional berbeda secara signifikan, maka langkah selanjutnya membandingkan rata-rata hitung data prestasi belajar fisika kedua kelompok. Hal ini untuk mengetahui manakah prestasi belajar fisika siswa yang lebih tinggi.


4.  Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Merumuskan Soal
            Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal berdasarkan norma absolut skala sebelas. Pedoman konversi skala sebelas pada prinsipnya sama dengan pedoman konversi skala sembilan. Perbedaannya adalah pada skala sebelas ditambahkan satu skala lagi ke atas dan satu lagi ke bawah. Persentasi skor rata-rata kemampuan siswa dalam merumuskan soal adalah:
            P% =                       (Arikunto, 1999:236)
Keterangan:
         P =persentasi kemampuan siswa dalam merumuskan soal
                      f = skor rata-rata yang diperoleh
                    N = skor maksimal

            Tes kemampuan merumuskan soal diberikan setelah pelaksanaan ulangan harian bab getaran dan gelombang. Untuk jawaban siswa yang berupa pernyataan diberi nilai nol karena hanya menyalin saja, pertanyaan non matematis yang relevan dengan materi yang diajarkan diberi nilai 1, pertanyaan matematis yang dapat diselesaikan diberi nilai 1, pertanyaan matematis yang tidak dapat diselesaikan diberi nilai 1.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Sebagai hasil penelitian, data yang terkumpul dalam penelitian ini antara lain:
1) Kemampuan awal siswa kelompok eksperimen (X1)
2) Kemampuan awal siswa kelompok kontrol (X2)
3) Prestasi belajar fisika siswa pokok bahasan getaran dan gelombang  untuk kelompok eksperimen (X3)
4) Prestasi belajar fisika siswa pokok bahasan getaran dan gelombang untuk kelompok kontrol (X4)
            Para responden yang terdiri dari siswa kelas 1 SMUN I Banjarmasin yang telah diuji menggunakan tes awal (pre-test) prestasi belajar fisika pada materi getaran dan gelombang diperoleh ringkasan deskripsi data yang disajikan dalam Tabel 4.1 berikut.

   Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Perhitungan

No
Statistik
X1
X2
X3
X4
1.
N
38
36
38
36
2.
47,65
46,36
84,47
68,50
3.
Sd
8,88
7,71
9,06
9,44


Keterangan:
X1 = kemampuan awal siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas.
X2 = kemampuan awal siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.
X3 = prestasi belajar siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivistas.
X4 = prestasi belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.


1. Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
Data kemampuan awal kedua kelompok merupakan nilai pre-test yang dilakukan sebelum materi getaran dan gelombang diberikan.
            Sebaran nilai kemampuan awal fisika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
           
Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Awal Siswa


Kelompok
N
Sd
A
38
47,65
8,88
B
36
46,36
7,71


            Dari data yang disajikan dalam tabel 4.2 di atas, secara statistik terlihat bahwa nilai kemampuan awal untuk masing-masing kelompok tidak ada perbedaan.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

2. Deskripsi Prestasi Belajar Fisika Siswa Untuk  Kelompok Eksperimen dan 
    Kelompok Kontrol

            Data hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran fisika pada kedua kelompok diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebagai nilai rata-rata prestasi belajar.  
Deskripsi prestasi belajar fisika pokok bahasan getaran dan gelombang disajikan dalam Tabel 4.3 berikut.

  Tabel 4.3 Deskripsi Prestasi Belajar Siswa

Kelompok
N
Sd
A
38
84,47
9,06
B
36
68,50
9,44

Dari data yang disajikan dalam tabel 4.3 di atas secara statistik terlihat bahwa nilai prestasi belajar siswa untuk kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.

B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji normalitas
a. Kemampuan awal siswa
            Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang diperoleh, dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Salah satu uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov.
                 Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal siswa disajikan dalam Tabel 4.4 berikut.




      Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa

Dhitung
Dtabel
db
Kesimpulan
0,092
0,158
74
Data normal

Karena Dhitung < Dtabel maka dapat dikatakan data kedua kelompok terdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

b. Prestasi belajar fisika
                 Dari hasil analisis, prestasi belajar fisika siswa dari kedua kelompok menunjukkan bahwa Dhitung < Dtabel (74; .05).
                 Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal siswa disajikan dalam Tabel 4.5.

      Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa

Dhitung
Dtabel
Db
Kesimpulan
0,087
0,158
74
Data normal
           
            Karena Dhitung < Dtabel maka dapat dikatakan data kedua kelompok terdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

2. Uji Homogenitas Varian
a. Kemampuan Awal
Dari hasil analisis, kemampuan awal dari kedua kelompok menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel berarti populasi kedua kelompok homogen. Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 4.6.
     Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal


Fhitung
Ftabel
db
Kesimpulan
1,328
1,52
72
Data homogen


     Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

b. Prestasi Belajar
         Dari hasil analisis, prestasi belajar dari kedua kelompok menunjukkan hasil perhitungan bahwa Fhitung < Ftabel berarti prestasi belajar dari kedua kelompok adalah homogen. Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 4.7.

   Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa

Fhitung
Ftabel
db
Kesimpulan
1,087
1,52
72
Data homogen


  Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15


3. Uji Kesamaan Kemampuan Awal
            Dari hasil perhitungan statistik melalui program SPSS II for Window diperoleh kesamaan kemampuan awal. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan uji-t untuk nilai grafik kiri (lower) yaitu -2,5672 dan nilai grafik kanan (Upper) yaitu 5,1608. Sedangkan hasil perhitungan uji-t adalah 0,669. Jika hasil uji-t berada diantara nilai grafik kiri dan nilai grafik kanan, maka dapat dikatakan tiadak ada perbedaan kemampuan awal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.  


C. Pengujian Hipotesis
            Pengujian hipotesis merupakan langkah atau prosedur untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar fisika siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar fisika siswa yang diajar melalui konvensional. Dengan membandingkan hasil uji-t antara thitung dengan ttabel dapat diketahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan dalam Tabel 4.8.

         Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Prestasi Belajar Siswa

 thitung
ttabel
db
Kesimpulan
7,426
2,647
72
Hipotesis diterima
           
Untuk uji beda prestasi belajar yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan uji-t. Dari hasil perhitungan uji-t yaitu 7,426 sedangkan nilai grafik kiri (Lower) adalah 11,6857 dan nilai grafik kanan (upper)adalah 20,2617. Karena nilai uji-t tidak berada diantara nilai grafik kiri dan kanan maka dikatakan ada perbedaan prestasi belajar siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.








D. Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Merumuskan Soal Bagi Kelas yang
     Diajar dengan Pendekatan Problem Posing Pokok Bahasan Getaran dan
     Gelombang

            Bagi kelas yang diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan pendekatan problem posing diberikan tes problem posing untuk mengetahui kemampuan siswa merumuskan soal.
             Kemampuan merumuskan soal bagi siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing disajikan dalam Tabel 4.9.

     Tabel 4.9 Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Merumuskan Soal

Kelompok
N
P%
A
38
8,47
84,7

Untuk mengetahui tingkat kemampuan Siswa dalam merumuskan soal berdasarkan norma absolut skala sebelas. Dari hasil perhitungan diperoleh persentase rata-rata kemampuan siswa dalam merumuskan soal adalah 84,7 %. Untuk siswa yang mendapat nilai 10 sebanyak 7 orang dengan persentase kemampuan merumuskan soal sebesar 18,42 %, untuk nilai 9 sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 36,84 %, untuk nilai 8 sebanyak 7 orang dengan persentasi sebesar 18,42 % dan untuk siswa yang mendapat nilai 7 sebanyak 10 orang dengan persentase kemampuan merumuskan soal sebesar 26,31 %.  Data menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam merumuskan soal termasuk baik sekali.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.


E. Pembahasan Hasil Penelitian
            Dari hasil penelitian diperoleh beberapa data yaitu data kemampuan awal yang diperoleh dari nilai pre-test sebelum materi getaran dan gelombang disampaikan, data kemampuan siswa dalam merumuskan soal bagi kelas eksperimen serta data prestasi belajar fisika siswa yang diperoleh dari hasil post-test.
            Dari hasil penelitian diperoleh data kemampuan awal siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing mempunyai nilai tertinggi yaitu 68,00 dan nilai terendah yaitu 25,00. Dengan nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah 47,65 dengan simpangan baku 8,88 dan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 46,36 dengan simpangan baku 7,71.
            Setelah selesai proses pembelajaran, melalui post-test diperoleh nilai hasil belajar sebagai nilai prestasi belajar fisika siswa. Untuk kelas eksperimen nilai tertinggi adalah 96,00 nilai rata-ratanya adalah 84,47 dengan simpangan baku 9,05. Sedangkan untuk kelas kontrol hasil prestasi belajar yang diperoleh yaitu nilai tertinggi adalah 80,00 nilai rata-ratanya adalah 68,50 dengan simpangan baku 9,44.
            Jika hasil prestasi kedua kelompok dibandingkan maka diperoleh prestasi belajar fisika kelas eksperimen lebih tinggi daripada prestasi belajar fisika kelas kontrol.
            Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka harus dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai salah satu syarat pengujian hipotesis.
Dari hasil analisis uji normalitas menunjukkan bahwa data kemampuan awal fisika siswa baik untuk kelompok yang diajar dengan pendekatan problem posing maupun kelompok yang diajar dengan metode konvensional terdistribusi normal. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan diperoleh bahwa Dhitung = 0,092 dan Dtabel = 0,158 pada taraf signifikansi 5 % dengan db = 74, maka Dhitung < Dtabel. Berarti kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama.
Dari hasil analisis uji normalitas menunjukkan prestasi belajar fisika siswa baik kelompok yang diajar dengan pendekatan problem posing maupun kelompok yang diajar dengan metode konvensional terdistribusi normal. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan diperoleh Dhitung = 0,087 dan Dtabel = 0,158 pada taraf signifikansi 5 %  dengan db = 74, maka Dhitung < Dtabel.
Dari hasil analisis uji homogenitas kemampuan awal diperoleh data bahwa Fhitung < Ftabel = 1,328 < 1,52 (72; .05). Untuk uji homogenitas prestasi belajar diperoleh data bahwa Fhitung < Ftabel = 1,087 < 1,52 (72; .05), berarti data dari kedua kelompok homogen, sehingga pengujian hipotesis dapat dilanjutkan.
Hipotesis yang diajukan dalam penlitian ini adalah prestasi belajar fisika siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar fisika siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung = 7,426 sedangkan ttabel (72; .05) = 2,647, berarti thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.
                 Kenyataan ini dapat dijelaskan secara teoritis bahwa dengan membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep akan menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran Behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan (Hudojo, 1988:32).
                 Sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan Siswa dalam merumuskan soal berdasarkan norma absolut skala sebelas. Dari hasil perhitungan diperoleh persentase rata-rata kemampuan siswa dalam merumuskan soal adalah 84,7 %. Untuk siswa yang mendapat nilai 10 sebanyak 7 orang dengan persentase kemampuan merumuskan soal sebesar 18,42 %, untuk nilai 9 sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 36,84 %, untuk nilai 8 sebanyak 7 orang dengan persentasi sebesar 18,42 % dan untuk siswa yang mendapat nilai 7 sebanyak 10 orang dengan persentase kemampuan merumuskan soal sebesar 26,31 %.  Data menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam merumuskan soal termasuk baik sekali.
            Dalam setiap kali merumuskan soal, tentunya siswa akan berusaha juga mencari pemecahannya sehingga proses belajar siswa akan lebih berkesan karena dia terlibat langsung di dalamnya. Seandainya pun siswa tidak bisa menyelesaikan soalnya maka akan ada kesempatan untuk membahasnya bersama dengan guru dan siswa lainnya di kelas.
            Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran fisika pada kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dan kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional, ternyata diperoleh prestasi belajar fisika yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dilihat dari data prestasi belajar fisika siswa setelah diberi perlakuan. Untuk kelas eksperimen nilai rata-ratanya 84,47 sedangkan untuk kelas kontrol nilai rata-ratanya 68,50. Selisih rata-rata prestasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 15,97 merupakan angka yang cukup tinggi dan menggambarkan bahwa prestasi belajar untuk kelompok eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol
            Pada waktu melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas, maka siswa akan lebih aktif karena aktivitas disini adalah kegiatan siswa baik individu maupun kelompok. Aktivitas individu adalah pada saat siswa diberi tugas untuk merumuskan soal dari situasi yang diadakan guru, aktivitas kelompok misalnya pada saat siswa melaksanakan kegiatan praktikum ataupun kegiatan diskusi berkaitan dengan materi yang diajarkan. Dari kedua aktivitas di atas memberikan kesempatan lebih baik bagi siswa untuk merumuskan soal.                  Dari paparan di atas maka pembelajaran melalui pendekatan problem posing perlu diterapkan di sekolah-sekolah untuk mendukung hasil pembelajaran yang lebih baik.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.      Prestasi belajar fisika untuk kelas yang diberi pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan prestasi belajar fisika untuk kelas yang diberi pendekatan konvensional.
2.      Kemampuan dalam merumuskan soal bagi siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing tergolong sangat baik. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif.  

B. Saran
            Berdasarkan hasil penemuan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran sebagai berikut.
1.      Kepada peneliti/calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa, supaya melakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan problem posing siswa, antara lain tentang kemampuan problem posing siswa yang berkemampuan kognitif berada pada tahap operasional formal.
2.      Dilihat dari rata-rata prestasi yang dicapai oleh siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas jauh lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran ini lebih efektif meningkatkan prestasi belajar daripada pendekatan konvensional, sehingga kepada para pendidik disarankan agar dapat menjadikan pembelajaran ini sebagai bahan pertimbangan agar dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran fisika.

DAFTAR ISI


Judul                                                                                                                  Halaman
                                                                                                                       
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C.    Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D.    Hipotesis Penelitian .......................................................................... 5
E.     Kegunaan Penelitian.......................................................................... 5
F.     Asumsi Penelitian.............................................................................. 5
G.    Definisi Operasional.......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.    Pembelajaran Menurut Filsafat Konstruktivisme ............................. 7
B.    Proses Pembelajaran Fisika ............................................................... 9
C.    Prestasi Belajar Fisika ....................................................................... 11
D.    Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing .......................... 12
E.     Pembelajaran Problem Posing dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar      22
  
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 24
B.    Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 25
C.    Populasi dan Sampel ......................................................................... 25
D.    Variabel Penelitian ............................................................................ 26
E.     Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 26
F.     Langkah-langkah Pelaksanaan Eksperimen  ..................................... 27
G.    Instrumen Pengukuran ...................................................................... 28
H.    Teknik Analisis Data ........................................................................ 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Data .................................................................................. 41
B.    Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................. 43
C.    Pengujian Hipotesis .......................................................................... 46
D.    Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Merumuskan Soal Bagi Kelas Eksperimen   47
E.     Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 48

BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan ....................................................................................... 52
B.    Saran ................................................................................................. 52

DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................. 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 56

































DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                               Halaman
3.1 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kelompok Eksperimen...................... 27
3.2 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol............................ 28
3.3 Kisi-kisi Butir Soal .............................................................................................. 29
3.4 Skor Penilaian Jawaban Siswa Ditinjau dari Jenis Soal ...................................... 30
3.4 Pedoman Konversi Skala Sebelas ....................................................................... 31
4.1 Deskripsi Data Hasil Perhitungan ....................................................................... 41
4.2 Deskripsi Kemampuan Awal Siswa  ................................................................... 42
4.3 Deskripsi Prestasi Belajar Siswa ......................................................................... 43
4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa .............................. 44
4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ................................... 44
4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa .......................... 45
4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa ............................... 45
4.8 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Prestasi Belajar Siswa ...................................... 46
4.9 Identifikasi Kemampuan Merumuskan Soal Problem Posing ............................. 47


















DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                                                           Halaman

3.1 Desain Pre-test dan Post-test dengan Kelompok yang Diacak .......................... 25







































DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                          Halaman
1.      Instrumen Penelitian ........................................................................................... 56
2.      Kunci Jawaban Instrumen .................................................................................. 61
3.      Instrumen Tes Prestasi Belajar Fisika ................................................................. 62
4.      Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Fisika ......................................................... 65
5.      Instrumen Tes Problem Posing ........................................................................... 66
6.      Data Uji Coba Instrumen .................................................................................... 68
7.      Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ..................................................................... 70
8.      Data Analisis Reliabilitas Instrumen ................................................................... 71
9.      Hasil Uji Reliabilitas Instrumen........................................................................... 72
10.  Data Kemampuan Awal Siswa   ......................................................................... 73
11.  Data Prestasi Belajar Fisika Siswa ...................................................................... 74
12.  Uji Normalitas Data Kemampuan Awal.............................................................. 75
13.  Uji Normalitas Data prestasi  .............................................................................. 76
14.  Uji Homogenitas Varian Kemampuan Awal....................................................... 77
15.  Uji Homogenitas Varian Prestasi ........................................................................ 78
16.  Uji-t Kemampuan Awal ...................................................................................... 79
17.  Uji-t Prestasi Belajar ........................................................................................... 80
18.  Nilai Tes Problem Posing .................................................................................... 81
19.  Persentase Kemampuan Merumuskan Soal Siswa .............................................. 82
20.  Rencana Pembelajaran untuk Kelompok Eksperimen ........................................ 83
21.  Rencana Pembelajaran untuk Kelompok Kontrol ............................................... 85
22.  Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ........................................................................... 87
23.  Surat Ijin Penelitian Fakultas FMIPA Unlam ....................................................  91
24.  Surat Ijin Penelitian dari Depdiknas ..................................................................  92
25.  Surat Ijin Penelitian dari SMUN I Banjarmasin ................................................  93



PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING BERBASIS AKTIVITAS DI SMUN I BANJARMASIN



S K R I P S I



OLEH
SYAM
NIM A1C1XXXXX





Unlam3






UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
AGUSTUS 2005



Petunjuk:
1.      Sebelum mengerjakan berdo’alah terlebih dahulu
2.      Bacalah soal dengan teliti
3.      Kerjakan soal yang anda anggap paling mudah dengan cara memberi silang (X) pada lembar jawaban yang disediakan
4.      Jangan membuat coretan dalam lembar soal
5.      Telitilah pekerjaan anda sebelum diserahkan
6.      Waktu mengerjakan 80 menit

SOAL

1. Gerak bolak-balik suatu benda berulang pada titik setimbang disebut …
a. Periode      b. Amplitudo       c. Getaran        d. Frekuensi        e. Simpangan

2. Pada gambar di samping yang dimaksud                            

    satu getaran adalah …         
a. R-S-T              b. R-S-T-S              c. R-S-T-R      
d. R-S-T-S-R       e. T-R-S-T-S

3. Amplitudo suatu getaran adalah …                                                                         
a. Banyaknya getaran dalam satu sekon                      R                                        T
b. Simpangan total dari gerak benda itu                                              S                   
c. Simpangan terkecil benda terhadap titik setimbang                       (Gbr. 1)
d. Simpangan terbesar benda terhadap titik setimbang
e. Selisih antara simpangan terbesar dan simpangan terkecil

4. Nilai simpangan benda bergetar adalah …
a. nol                         b. Tetap                      c. Berubah-ubah         
d. Berubah dari nol sampai maksimum        e. Berubah dari minimum ke nol

5. Lintasan yang menunjukkan amplitudo           Gbr. 2

adalah … (lihat Gbr.2)      
A
 
E
 
B
 
a. A dan E                    b. B dan C                                                

D
 
c. C dan D                   d. A,B dan C                                                                 

C
 
e. B, C dan D                                                                                                                  


6. Berdasarkan definisi amplitudo, dapat dikatakan bahwa amplitudo merupakan       kali jarak ayunan
a. Seperempat                       b. Setengah                  c. Satu setengah          
d. Satu                                  e. Dua

7. Suatu  benda melakukan 15 getaran tiap menit, maka frekuensi getaran itu adalah
a. 1/4 Hz     b. 1/2 Hz        c. 1 Hz             d. 15 Hz           e. 30 Hz

8. Jika frekuensi suatu getaran 2,5 Hz, maka periodenya adalah …
a. 0,0004 s       b. 0,004 s      c. 0,04 s       d. 0,4000 s       e. 4,0000 s

9. Suatu pegas bebas yang digantung vertikel ujungnya diberi beban 20 gram, pegas bertambah panjang sejauh 10 cm. beban kemudian ditarik sejauh 5 cm dan dilepaskan, jika percepatan gravitasi gravitasi bumi 10 ms-2, maka periode getaran adalah …
a.  sekon            b.  sekon      c. 5 sekon        d.  sekon        e. 5sekon

10. Di bumi, sebuah bandul sederhana bergetar dengan periode 1 sekon. Periode getaran bandul itu di tempat yang memiliki percepatan gravitasi sebesar 1/ 4 kali percepatan gravitasi bumi adalah … sekon.
a. 4,0                     b. 2,0               c. 1,0               d. 0,5               e. 0,25
11. Sebuah benda bergetar selaras dengan persamaan simpangan y= 5 sin  t
     (y dalam cm dan t dalam detik). Pada akhir detik pertama (pada t=1) besarnya simpangan adalah …
a. Nol cm         b.  cm        c. 5  cm         d.   cm       e.    cm
12. Sebuah benda bergetar selaras dengan persamaan kecepatan v = 5  t
      Pada akhir t=0, maka kecepatan benda bergetar menjadi …
a. Nol cm/s                        b.  cm/s                 c. cm/s
d.  cm/s                        e.  cm/s

13. Periode getaran bandul yang diayun oleh Ali sebesar 2 s. Kecepatan sudut ayunan bandul Ali sebesar … rad/s
a.  2,0                    b. 3,14             c. 6,28             d. 9,42             e. 12,56

14. Persamaan getaran harmonik dinyatakan oleh x(t) = 4 sin 30 t. Jika satuan x dalam cm dan t dalam sekon, maka kecepatan getaran harmonik pada saat t=2 s sebesar … m/s
a. 0,60                   b. 1,40             c. 15,0             d. 30,0             e. 60,0

15. Sebuah benda bergetar membentuk persamaan y = 8 sin  (y dalam satuan cm), maka simpangan getaran pada saat t= 0,25 sekon adalah …
a. 8 cm                   b. 3,1 cm         c. 25 cm           d. 0,25 cm       e. 16 cm

16. Di bawah ini rumus energi getaran harmonis  yang benar adalah …
a. E =      b. E =            c. E = 2 m A2T2
d. E =   e. E =

17. Superposisi dua getaran dengan frekuensi, sefase serta amplitudo yang sama memiliki simpangan paduan setiap saat bernilai …
a. Empat kali simpangan tiap kali getaran.    c. Tetap
b. Dua kali simpangan tiap tiap getaran        d. Bernilai nol
e. Setengah kali simpangan tiap getaran                                                          

18. Gelombang stasioner adalah hasil interferensi dua buah gelombang yang merambat dengan …
a. Frekuensi dan amplitudo, serta arah rambat sama
b. Frekuensi dan amplitudo berbeda, arah rambat berlawanan
c. Frekuensi dan amplitudo sama, arah rambat berlawanan
d. Frekuensi dan amplitudo serta fase sama
e. Frekuensi dan amplitudo berbeda, fase sama

19. Partikel-partikel medium tempat gelombang merambat bergerak …
a. Berlawanan arah dengan gerakan gelombang
b. Tegak lurus gerakan gelombang
c. Searah gerakan gelombang
d. Diam (bergerak di sekitar sebuah titik)
      e. Tetap di sekitar sebuah titik

20. Berikut ini adalah pernyataan yang benar yaitu …
a. Gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatnya adalah    gelombang transversal
b. Gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatnya disebut gelombang longitudinal
c. Gelombang yang arah getarnya searah dengan arah rambatnya disebut gelombang transversal
d. Gelombang transversal terdiri atas  rapatan dan renggangan
e. Gelombang longitudinal terdiri atas puncak dan lembah

21. Suatu gelombang menempuh jarak 20 meter dalam waktu 2 sekon, hal itu berarti …
a. Amplitudo gelombang 10 m                   d. Frekuensi gelombang adalah 2 Hz
b. Cepat rambat gelombang 10 m/s            e. Periode gelombang 2 sekon
c. Cepat rambat gelombang 20 m/s           
22. Sudut yang dibentuk antara sinar gelombang dan muka gelombang adalah …
a. 30o                     b. 45 o                   c. 60 o                   d. 90 o                   e. 180 o  

23. Sebuah gelombang lurus datang pada bidang antara dua medium dengan sudut bias
      45 o . Bila indeks bias medium 2 relatif terhadap medium 1 adalah , maka besar sudut datangnya adalah …
a. 15 o                    b. 30 o              c. 45 o              d. 60 o              e. 90 o  

24. Adanya penghalang berupa celah dapat mengakibatkan terjadinya pembelokan gelombang yang disebut ….. gelombang
a. Resonansi    b. Interferensi     c. Superposisi      d. Pembiasan   e. Difraksi
25. Jarak antara dua simpul yang berurutan pada suatu gelombang stasioner adalah 25 cm. Jika cepat rambat gelombang itu 225 m/s, maka frekuensinya adalah …Hz
a. 25                      b. 50                c. 125              d. 225              e. 450

26. Sebuah slinki menghasilkan gelombang longitudinal dengan jarak renggangan dan rapatan yang berurutan 20 cm. Jika cepat rambat gelombang pada slinki 5cm/s, maka periode gelombang adalah …
a. 8 s            b. 0,25 s         c. 100 s            d. 0,10 s           e. 0,04 s

27. Sebuah gelombang stasioner terjadi pada seutas kawat yang panjangnya 2,50 m dan massanya 250 gram. Pada kawat terbentuk 5 perut gelombang, jika tegangan kawat 250 N, maka cepat rambat dan frekuensi gelombang kawat adalah …
a. 50 cm/s dan 50 Hz        b. 25 m/s dan 25 Hz                c. 50 m/s dan 50 Hz
d. 25 m/s dan 50 Hz                      e. 0,5 m/s dan 2,5 Hz

28. Sebuah gelombang memiliki panjang gelombang 10 cm ketika merambat di medium A, dan panjang gelombang 15 cm ketika merambat di medium B, jika kecepatan gelombang di medium A adalah 0,9 m/s maka kecepatan gelombang dalam medium B adalah …
a. 12,5 m/s     b. 1,25 m/s     c. 1,35 m/s      d. 0,6 m/s           e. 60 m/s

29. Frekuensi sebuah gelombang adalah 400 Hz, sedangkan kecepatannya 320 m/s. Setelah melakukan 30 getaran gelombang akan menempuh jarak sejauh …
a. 40 m                  b. 30 m            c. 25 m                        d. 24 m            e. 20 m 

30. Sebuah kapal selam menyelidiki kedalaman laut di suatu tempat. Alat fathometer mencatat selang waktu 5 sekon mulai dari pulsa ultrasonik dikirim sampai diterima kembali. Jika cepat rambat bunyi dalam air adalah 1.400 m/s, maka kedalaman laut adalah …
a. 1400 m      b. 7000 m         c. 3500 m         d. 3000 m          e. 700 m

31.                                                                   Dari gambar di samping, dua   titik yang memiliki fase sama adalah …

                                                                        a. A dan B       b. B dan E
                                                                        c. B dan H       d. Cdan G
                                                                        e. D dan F                               

32. Jarak antara dua muka gelombang yang berdekatan adalah …
a. ½                    b.1               c. 2               d.4                           e. 6

33. Gelombang bunyi tidak dapat mengalami …
      a. Interferensi        b. Difraksi       c. Refraksi       d. Polarisasi     e. Refleksi

34. Pada pembiasan gelombang dari daerah dangkal ke daerah dalam, makin kecil sudut datang maka …
a. Makin besar sudut biasnya   b. Sudut bias tetap    c. Tergantung indeks bias
d. Makin kecil pula sudut biasnya e. Sudut datang sama dengan sudut biasnya

35. Sebuah gelombang merambat dari medium 1 ke medium 2 dengan sudut datang sebesar 45o. kecepatan gelombang di medium 2 adalah ¾ kali kecepatan gelombang di medium 1. maka sudut biasnya adalah …
a. 90 o           b. 70 o              c. 45 o              d. 32 o              e. 23 o

36. Pada gelombang berdiri, jarak antara simpul dan perut yang berurutan sama dengan …
a.                        b.                 c.                 d. 2                  e. 4

37. Bila cahaya melalui suatu celah yang sempit maka akan terjadi …
a. Pemantulan      b.Pembiasan     c. Interferensi    d. Difraksi      e. Polarisasi

38. Berikut ini merupakan pernyataan yang benar yaitu …
a. Interferensi Destruktif yaitu perpaduan gelombang yang saling melemahkan
b. Interferensi Destruktif yaitu perpaduan gelombang yang saling menguatkan.
c. Interferensi Konstruktif yaitu perpaduan gelombang saling melemahkan.
d. Interferensi Kontsruktif yaitu pembelokan gelombang saling menguatkan.
e. Interferensi Destruktif yaitu pembelokan gelombang saling melemahkan.

39. Satu panjang gelombang pada gelombang stasioner merupakan jarak antara …
a. simpul – simpul             b. simpul – perut         
c. perut – perut                  d. perut – simpul – perut – simpul
e. perut – simpul – perut – simpul – perut   

40. Gelombang bunyi dengan frekuensi 256 Hz merambat di udara dengan kecepatan 330 m/s. Kecepatan rambat gelombang bunyi dengan frekuensi 512 Hz di udara adalah …
a. 22,5 m/s       b. 165 m/s        c. 330 m/s       d. 660 m/s        e. 1320 m/s







Selamat Mengerjakan
Semoga sukses














Kunci Jawaban Tes Instrumen Fisika





1. c
2. d
3. d
4. d
5. d
6. b
7. a
8. d
9. a
10. b
11. d
12. c
13. b
14. a
15. b
16. a
17. b
18. d
19. e
20. a
21. a
22. d
23. a
24. e
25. e
26. a
27. a
28. c
29. b
30. c
31. e
32. b
33. c
34. c
35. c
36. b
37. d
38. a
39. e
40. d











Tes Problem Posing

Bacalah informasi (pernyataan)  di bawah ini dengan baik.
Kemudian, buatlah pertanyaan-pertanyaan berdasarkan informasi tersebut.
Soal sebanyak 10 (bentuk uraian).

Nama                           :                                                                           Hari/tanggal             :
Kelas                           :                                                                           Tanda tangan           :

Getaran, Getaran Harmonik, Gerak Harmonik, Gelombang dan Bunyi

GETARAN
1.        Sebuah bandul sederhana bergerak bolak balik diantara dua titik, jika jaraknya 50 cm, bandul bergerak 8 kali dalam waktu 16 detik.
Pertanyaan:      ………………………………………………………………………
                         ……………………………………………………………………….
                         ……………………………………………………………………….

2.        Suatu benda bergerak bolak balik melalui titik kesetimbangan dalam waktu 1 sekon.
Pertanyaan:      ………………………………………………………………………
                         ……………………………………………………………………...
                         ………………………………………………………………………
GETARAN HARMONIK

3.        Gerak bolak balik suatu benda secara periodik melalui titik kesetimbangan disebut gerak harmonik.
Pertanyaan:       ………………………………………………………………………..
                          ………………………………………………………………………..

4.        Ada suatu pegas yang diberi beban m kg pada ujungnya. Akibatnya pegas bertambah panjang sejauh ∆x cm.
Pertanyaan:       ……………………………………………………………………….
                          ……………………………………………………………………….
                          ……………………………………………………………………….
                                            Catatan:
                                            g = percepatan gravitasi (m/s2)

GERAK HARMONIK
5.        Suatu benda melakukan gerak harmonik dengan periode ¼ sekon, amplitudo 10 cm dan bergetar selama 1/6 sekon.
        Pertanyaan:             ………………………………………………………………………..
                                    ……………………………………………………………………….
                                    ……………………………………………………………………….
GELOMBANG
6.        Bentuk gelombang berdasarkan arah getarnya dibedakan menjadi dua yaitu arah getarnya tegak lurus arah rambat dan arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya.
        Pertanyaan:              ……………………………………………………………………….
                                    ………………………………………………………………………
                                    ………………………………………………………………………

7.        Ada beberapa sifat gelombang baik gelombang mekanik ataupun gelombang elektromagnetik diantaranya pemantulan gelombang, pelenturan gelombang (difraksi) dan interferensi gelombang.
        Pertanyaan             ……………………………………………………………………………
                                    ……………………………………………………………………………
                                    ……………………………………………………………………………

8.        Jarak antara dua simpul yang berurutan (berdekatan) atau dua perut yang berurutan sama dengan setengah panjang gelombang ()
Pertanyaan:   ……………………………………………………………………..
                             ……………………………………………………………………..
                             ……………………………………………………………………..
9.   Energi gelombang sebanding dengan dengan kuadrat amplitudo dan   frekuensinya.
Pertanyaan:       ……………………………………………………………………….
                          ………………………………………………………………………
                          ……………………………………………………………………
BUNYI
10.     Di udara, gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal. Getaran-getaran suatu sumber bunyi(misalnya pengeras suara) menghasilkan variasi tekanan  pada udara.
        Pertanyaan:    …………………………………………………………………….
                               …………………………………………………………………….
                               ………………………………………………………………………









Tes Prestasi Bidang Fisika

Petunjuk:
1. Sebelum mengerjakan berdo’alah terlebih dahulu
2. Bacalah soal dengan teliti
3. Kerjakan soal yang anda anggap paling mudah dengan cara memberi silang (X)
    pada lembar jawaban yang disediakan
4. Jangan membuat coretan dalam lembar soal
5. Telitilah pekerjaan anda sebelum diserahkan
6. Waktu mengerjakan 80 menit

SOAL

1. Amplitudo suatu getaran adalah …                                                                         
a. Banyaknya getaran dalam satu sekon                                                           
b. Simpangan total dari gerak benda itu                                           
c. Simpangan terkecil benda terhadap titik setimbang                      
d. Simpangan terbesar benda terhadap titik setimbang
e. Selisih antara simpangan terbesar dan simpangan terkecil

2. Lintasan yang menunjukkan amplitudo           Gbr. 2

adalah … (lihat Gbr.2)      
A
 
E
 
B
 
a. A dan E                    b. B dan C                                                

C
 
D
 
c. C dan D                   d. A,B dan C                                                                 

      e. B, C dan D                                                                                                         

3. Berdasarkan definisi amplitudo, dapat dikatakan bahwa amplitudo merupakan       kali jarak ayunan
a. Seperempat                       b. Setengah                  c. Satu setengah          
d. Satu                                  e. Dua

4. Jika frekuensi suatu getaran 2,5 Hz, maka periodenya adalah …
a. 0,0004 s       b. 0,004 s      c. 0,04 s       d. 0,4000 s       e. 4,0000 s

5. Suatu pegas bebas yang digantung vertikel ujungnya diberi beban 20 gram, pegas bertambah panjang sejauh 10 cm. beban kemudian ditarik sejauh 5 cm dan dilepaskan, jika percepatan gravitasi gravitasi bumi 10 ms-2, maka periode getaran adalah …
a.  sekon            b.  sekon      c. 5 sekon        d.  sekon        e. 5sekon

6. Periode getaran bandul yang diayun oleh Ali sebesar 2 s. Kecepatan sudut ayunan bandul Ali sebesar … rad/s
a.  2,0                    b. 3,14             c. 6,28             d. 9,42             e. 12,56
7. Sebuah benda bergetar membentuk persamaan y = 8 sin  (y dalam satuan cm). maka simpangan getaran pada saat t= 0,25 sekon adalah …
a. 8 cm                   b. 3,1 cm         c. 25 cm           d. 0,25 cm       e. 16 cm

8. Di bawah ini rumus energi getaran harmonis  yang benar adalah …
a. E =      b. E =            c. E = 2 m A2T2
d. E =   e. E =

9. Superposisi dua getaran dengan frekuensi, sefase serta amplitudo yang sama memiliki simpangan paduan setiap saat bernilai …
a. Empat kali simpangan tiap kali getaran.    c. Tetap
b. Dua kali simpangan tiap tiap getaran        d. Bernilai nol
e. Setengah kali simpangan tiap getaran                                                         

10. Berikut ini adalah pernyataan yang benar yaitu …
a. Gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatnya adalah    gelombang transversal
b. Gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatnya disebut gelombang longitudinal
c. Gelombang yang arah getarnya searah dengan arah rambatnya disebut gelombang transversal
d. Gelombang transversal terdiri atas  rapatan dan renggangan
e. Gelombang longitudinal terdiri atas puncak dan lembah

11. Suatu gelombang menempuh jarak 20 meter dalam waktu 2 sekon, hal itu berarti …
a. Amplitudo gelombang 10 m                   d. Frekuensi gelombang adalah 2 Hz
b. Cepat rambat gelombang 10 m/s            e. Periode gelombang 2 sekon
c. Cepat rambat gelombang 20 m/s           

12. Sudut yang dibentuk antara sinar gelombang dan muka gelombang adalah …
a. 30o                     b. 45 o                   c. 60 o                   d. 90 o                   e. 180 o  

13. Sebuah gelombang lurus datang pada bidang antara dua medium dengan sudut bias
      45 o . Bila indeks bias medium 2 relatif terhadap medium 1 adalah , maka besar sudut datangnya adalah …
a. 15 o                    b. 30 o              c. 45 o              d. 60 o              e. 90 o  

14. Adanya penghalang berupa celah dapat mengakibatkan terjadinya pembelokan gelombang yang disebut ….. gelombang
a. Resonansi    b. Interferensi     c. Superposisi      d. Pembiasan   e. Difraksi

15. Sebuah slinki menghasilkan gelombang longitudinal dengan jarak renggangan dan rapatan yang berurutan 20 cm. Jika cepat rambat gelombang pada slinki 5cm/s, maka periode gelombang adalah …
a. 8 s            b. 0,25 s         c. 100 s            d. 0,10 s           e. 0,04 s
16. Sebuah gelombang stasioner terjadi pada seutas kawat yang panjangnya 2,50 m dan massanya 250 gram. Pada kawat terbentuk 5 perut gelombang, jika tegangan kawat 250 N, maka cepat rambat dan frekuensi gelombang kawat adalah …
a. 50 cm/s dan 50 Hz        b. 25 m/s dan 25 Hz                c. 50 m/s dan 50 Hz
d. 25 m/s dan 50 Hz          e. 0,5 m/s dan 2,5 Hz

17. Frekuensi sebuah gelombang adalah 400 Hz, sedangkan kecepatannya 320 m/s. Setelah melakukan 30 getaran gelombang akan menempuh jarak sejauh …
a. 40 m                  b. 30 m            c. 25 m                        d. 24 m            e. 20 m 

18. Sebuah kapal selam menyelidiki kedalaman laut di suatu tempat. Alat fathometer mencatat selang waktu 5 sekon mulai dari pulsa ultrasonik dikirim sampai diterima kembali. Jika cepat rambat bunyi dalam air adalah 1.400 m/s, maka kedalaman laut adalah …
a. 1400 m      b. 7000 m         c. 3500 m         d. 3000 m          e. 700 m

19.                                                                   Dari gambar di samping, dua   titik yang memiliki fase sama adalah …

                                                                        a. A dan B       b. B dan E
                                                                        c. B dan H       d. Cdan G
                                                                        e. D dan F                               
                                                                       
20. Jarak antara dua muka gelombang yang berdekatan adalah …
a. ½                    b.1               c. 2               d.4                           e. 6

21. Sebuah gelombang merambat dari medium 1 ke medium 2 dengan sudut datang sebesar 45o. kecepatan gelombang di medium 2 adalah ¾ kali kecepatan gelombang di medium 1. maka sudut biasnya adalah …
a. 90 o           b. 70 o              c. 45 o              d. 32 o              e. 23 o

22. Pada gelombang berdiri, jarak antara simpul dan perut yang berurutan sama dengan …
a.                        b.                 c.                 d. 2                  e. 4
23. Bila cahaya melalui suatu celah yang sempit maka akan terjadi …
a. Pemantulan      b.Pembiasan     c. Interferensi    d. Difraksi      e. Polarisasi

24. Berikut ini merupakan pernyataan yang benar yaitu …
a. Interferensi Destruktif yaitu perpaduan gelombang yang saling   melemahkan
b. Interferensi Destruktif yaitu perpaduan gelombang yang saling menguatkan.
c. Interferensi Konstruktif yaitu perpaduan gelombang saling melemahkan.
d. Interferensi Kontsruktif yaitu pembelokan gelombang saling menguatkan.
e. Interferensi Destruktif yaitu pembelokan gelombang saling melemahkan.

25. Gelombang bunyi dengan frekuensi 256 Hz merambat di udara dengan kecepatan 330 m/s. Kecepatan rambat gelombang bunyi dengan frekuensi 512 Hz di udara adalah …
a. 22,5 m/s       b. 165 m/s        c. 330 m/s       d. 660 m/s        e. 1320 m/s



Kunci Jawaban Tes prestasi Fisika



1. d
2. d
3. b
4. d
5. a
6. b
7. b
8. a
9. b
 10. a
 11. a
 12. d
       13. b



14. e
15. a
16. a
17. d
18. c
19. e
20. b
21. d
22. b
23. d
24. a
25. d













Uji Homogenitas Kemampuan Awal antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol



            F=




































Uji Homogenitas Prestasi Belajar Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol



            F=




































Nilai Kemampuan Merumuskan Soal Problem Posing
No
Nilai
No
Nilai
1
7
21
8
2
10
22
9
3
7
23
10
4
9
24
10
5
8
25
7
6
9
26
7
7
7
27
9
8
8
28
10
9
9
29
9
10
7
30
7
11
7
31
8
12
9
32
8
13
9
33
8
14
9
34
9
15
9
35
9
16
10
36
8
17
10
37
7
18
9
38
7
19
10


20
9


           










Persentase Skor Kemampuan Siswa Dalam Merumuskan Soal

Skor 10 (7  orang)         x 100 % = 18,42 %

Skor  9 (14  orang)         x 100 % = 36,84 %

Skor 8 (7  orang)         x 100 % = 18,42 %

Skor 7 (10  orang)         x 100 % = 26,31 %

Nilai rata-rata kemampuan awal siswa dalam merumuskan soal adalah 8,47 dengan skor maksimal adalah 10. Maka dari hasil perhitungan diperoleh persentase rata-rata kemampuan siswa dalam merumuskan soal adalah:
P % =  x 100 % = 84,7 %
Presentase rata-rata kemampuan siswa dalam merumuskan soal sebesar 84,7 % tergolong sangat baik sekali.







RENCANA PEMBELAJARAN
(Kelompok Eksperimen)
Ø  Catatan kegiatan:
  1. Setiap huruf (A, B, C, dst) menunjukkan kegiatan guru.
  2. Setiap nomor (1,2,3, dst) menunjukkan pertanyaan oleh guru untuk siswa

Pertemuan ke 1
A. Pada pertemuan pertama, Guru memulai pelajaran untuk materi getaran, guru mendemonstrasikan bandul untuk menjelaskan pengertian getaran.
B. Guru menginformasikan pengertian getaran pada bandul
1. Sebutkan definisi getaran dengan bahasa kalian sendiri!
      2. Sebutkan definisi periode dan frekuensi getaran!
3. Menemukan rumus periode dan frekuensi getaran harmonik 

Pertemuan ke 2
A. Guru menginformasikan Pengertian superposisi getaran
B. Guru menjelaskan cara membuat superposisi dua getaran
1. Coba gambarkan superposisi dua getaran yang mempunyai fase sama!                                                                                     
2. Coba gambarkan superposisi dua getaran yang berlawanan fase!   
3. Coba kalian kerjakan latihan soal pada buku kalian!

Pertemuan ke 3
A. Guru menyediakan tali dan slinki
B. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
C. Guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan
§  Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS.
§  Siswa mendiskusikan hasil percobaan.
§  Siswa bersama guru menyimpulkan hasil percobaan.
§  Dari kesimpulan hasil percobaan, merupakan suatu situasi atau informasi. yang dapat diambil suatu permasalahan (perumusan soal).
§  Selanjutnya siswa diminta berdiskusi untuk merumuskan soal berikutnya.
§  Dari perumusan soal masing-masing kelompok saling ditukar untuk kemudian didiskusikan jawabannya.
§  Jawaban dari masing-masing kelompok didiskusikan di depan kelas.

Pertemuan ke 4
A. Guru menginformasikan sifat-sifat umum gelombang.
B. Guru menginformasikan pemantulan dan pembiasan pada gelombang.
1.      Guru bersama siswa menurunkan persamaan umum yang berlaku pada pembiasan gelombang.
2.      Guru meminta siswa menyelesaikan latihan soal.
3.      Guru menginformasikan definisi difraksi dan interferensi gelombang.
4.      Guru meminta siswa untuk menggambarkan perpaduan gelombang baik yang sefase ataupun yang berlawanan fase.
C. Guru memberikan tugas siswa untuk merumuskan soal dari situasi yang diadakan

Pertemuan ke 5
A. Melakukan percobaan Melde
B. Menyimpulkan hasil percobaan untuk menemukan Definisi gelombang stasioner dan sifat-sifatnya.

Pertemuan ke 6
Melaksanakan tes untuk pokok bahasan Getaran dan Gelombang






RENCANA PEMBELAJARAN
(Kelompok Kontrol)
Ø  Catatan kegiatan:
  1. Setiap huruf (A, B, C, dst) menunjukkan kegiatan guru.
  2. Setiap nomor (1,2,3, dst) menunjukkan pertanyaan oleh guru untuk siswa

Pertemuan ke 1
A. Pada pertemuan pertama, Guru memulai pelajaran untuk materi getaran, guru mendemonstrasikan bandul untuk menjelaskan pengertian getaran.
B. Guru menginformasikan pengertian getaran pada bandul
1. Sebutkan definisi getaran dengan bahasa kalian sendiri!
      2. Sebutkan definisi periode dan frekuensi getaran!
3. Menemukan rumus periode dan frekuensi getaran harmonik 

Pertemuan ke 2
A. Guru menginformasikan Pengertian superposisi getaran
B. Guru menjelaskan cara membuat superposisi dua getaran
1. Coba gambarkan superposisi dua getaran yang mempunyai fase sama!                                                                                     
2. Coba gambarkan superposisi dua getaran yang berlawanan fase!   
3. Coba kalian kerjakan latihan soal pada buku kalian!

Pertemuan ke 3
A. Guru menyediakan tali dan slinki
B. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
C. Guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan
§  Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS.
§  Siswa mendiskusikan hasil percobaan.
§  Siswa bersama guru menyimpulkan hasil percobaan.
§  Siswa menuliskan kesimpulan hasil percobaan di depan kelas
§  Siswa diberi tugas rumah

Pertemuan ke 4
A. Guru menginformasikan sifat-sifat umum gelombang.
B. Guru menginformasikan pemantulan dan pembiasan pada gelombang.
1.      Guru bersama siswa menurunkan persamaan umum yang berlaku pada pembiasan gelombang.
2.      Guru meminta siswa menyelesaikan latihan soal.
3.      Guru menginformasikan definisi difraksi dan interferensi gelombang.
4.      Guru meminta siswa untuk menggambarkan perpaduan gelombang baik yang sefase ataupun yang berlawanan fase.
C. Guru memberikan tugas siswa untuk menyelesaikan latihan soal.

Pertemuan ke 5
A. Melakukan percobaan Melde
B. Menyimpulkan hasil percobaan untuk menemukan Definisi gelombang stasioner dan sifat-sifatnya.

Pertemuan ke 6
Melaksanakan tes untuk pokok bahasan Getaran dan Gelombang

 



 






LKS

GELOMBANG

 

A. Pendahuluan

Gelombang ada dua macam yaitu
1.      gelombang mekanik
yaitu gelombang yang memerlukan medium atau zat antara dalam perambatannya.
2.      gelombang elektromagnetik
yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium atau zat antara dalam perambatannya.
Yang akan dibahas disini adalah gelombang mekanik.
Berdasarkan cara perambatannya gelombang mekanik terbagi dua yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
      Apa yang dimaksud dengan gelombang transversal dan bagaimana cara perambatannya ?
Apa yang dimaksud dengan gelombang longitudinal dan bagaimana cara perambatannya ?
Untuk lebih jelasnya marilah kita lakukan kegiatan berikut ini.

B. Tujuan

1.      Menjelaskan pengertian gelombang.
2.      Membuktikan bahwa dalam perambatan gelombang hanya getarannya saja yang berpindah sedangkan mediumnya tetap
3.      Mengamati gelombang transversal pada slinki
4.      Mengamati gelombang longitudinal pada slinki
5.      Menggambarkan bentuk gelombang transversal dan gelombang longitudinal yang terjadi pada slinki
6.      Menjelaskan hubungan antara arah getaran (sentakan) dengan arah rambat gelombang
7.      Menyimpulkan pengertian gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
C. Alat dan Bahan
  1. Slinki
  2. Kertas

Langkah-langkah Kegiatan
  1. Medium Dalam Perambatan Gelombang
(1)   Rentangkan slinki di meja ± 3 meter dengan memegang kedua ujungnya (suruh teman yang lain untuk memegang di ujung yang lain).
Kemudian sentakkan salah satu ujungnya sesuai arah sentakan beberapa kali!
 




Arah sentakan        
Saat slinki disentak-sentakkan sesuai arah sentakan maka terjadi ...…..…….. Jadi gelombang adalah getaran yang …………………………………………

(2)   Tempelkan beberapa potong kertas pada slinki di tempat yang berbeda, lalu sentakkan slinki seperti pada langkah nomor 1. Amati peristiwa yang terjadi!
a.       Apakah kertas ikut berpindah ? ……………………………………………
b.      Hal tersebut menunjukkan bahwa pada peristiwa perambatan gelombang yang berpindah adalah ……………………………………………………..
c.       Bagaimana dengan mediumnya ? ………………………………………….

(3)   Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
  1. Gelombang Transversal
(1)   Rentangkan slinki di meja ± 3 meter dengan memegang kedua ujungnya (suruh teman yang lain untuk memegang di ujung yang lain).
 




Arah sentakan        
(2)   Rekatkan beberapa potong kertas pada slinki di tempat yang berbeda (beri tanda A, B, C dan seterusnya), kemudian sentakkan salah satu ujungnya  sesuai arah sentakan beberapa kali.
Kemana arah rambatannya?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

(3)   Gambarkan kedudukan titik-titik A, B, C dan seterusnya pada saat slinki itu disentak-sentakkan!





(4)   Bagaimana hubungan antara arah getaran (sentakan) dengan arah rambatannya?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

(5)   Gelombang yang bersifat seperti di atas adalah gelombang transversal.
Jadi apakah yang dimaksud dengan gelombang transversal?
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………… 

  1. Gelombang Longitudinal
(1)   Rentangkan slinki di meja ± 3 meter dengan memegang kedua ujungnya (suruh teman yang lain untuk memegang di ujung yang lain).



 



           Arah sentakan        

(2)   Rekatkan beberapa potong kertas pada slinki di tempat yang berbeda (beri tanda A, B, C dan seterusnya), kemudian dorong dan tarik salah satu ujungnya  sesuai arah sentakan/ dorongan beberapa kali.
Kemana arah rambatannya?
…………………………………………………………………………………

(3)   Gambarkan kedudukan titik-titik A, B, C dan seterusnya pada saat slinki itu ditarik dan didorong!




(4)   Bagaimana hubungan antara arah getaran (sentakan/dorongan dan tarikan) dengan arah rambatannya?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

(5)   Gelombang yang bersifat seperti di atas adalah gelombang longitudinal.
Jadi apakah yang dimaksud dengan gelombang longitudinal?
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

PROGRAM SATUAN PELAJARAN
Satuan Pendidikan      : SMU
Mata Pelajaran            : Fisika
Pokok Bahasan           : Getaran dan Gelombang
Kelas/Semester            : I/2
Tahun Ajaran              : 2002/2003
Waktu                         :  6 x pertemuan (12 jam pelajaran)

Tujuan Pembelajaran Umum
Siswa mampu melakukan percobaan dan bernalar untuk memahami beberapa sifat getaran dan gelombang yang merambat.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pertemuan I:
Setelah guru melakukan demonstrasi tentang getaran, siswa dapat mendefinisikan pengertian getaran.
Setelah guru melakukan demonstrasi, siswa dapat menerangkan bahwa setiap benda yang dapat bergetar akan bergetar dengan frekuensi alamiahnya sendiri.
Setelah guru melakukan demonstrasi, siswa dapat menerangkan bahwa pada getaran harmonik bekerja gaya-gaya yang selalu mengarah ke satu titik yang besarnya sebanding dengan jarak ke titik tersebut.
Setelah guru memberi informasi tentang gaya pemulih, siswa dapat mendefinisikan pengertian gaya pemulih.
Setelah siswa melakukan percobaan di depan kelas kelas, siswa dapat menganalisis gaya yang bekerja pada getaran beban yang digantung pada pegas.


Pertemuan II:
Setelah guru memberi informasi tentang hukum kekekalan energi mekanik, siswa dapat menunjukkan bahwa benda yang bergetar ideal memenuhi hukum kekekalan energi mekanik.
Setelah siswa melakukan demonstrasi di depan kelas dengan bantuan guru, maka siswa dapat menunjukkan superposisi dua getaran.

Pertemuan III:
Setelah guru melakukan demonstrasi dengan menggunakan slinki dan tali, siswa dapat mendefinisikan pengertian gelombang.
Setelah melakukan percobaan, siswa dapat membedakan bahwa berdasarkan arah getarannya gelombang dibedakan menjadi gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Setelah guru memberi informasi, siswa dapat menunjukkan bahwa panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang.
Setelah guru memberi informasi, siswa dapat menunjukkan bahwa energi gelombang sebanding dengan kuadrat amplitudo.

Pertemuan IV:
Setelah guru memberi informasi, siswa dapat menunjukkan bahwa gelombang dapat dipantulkan dan dibiaskan.
Setelah guru memberikan informasi, siswa dapat menerangkan bahwa bila dua atau lebih gelombang yang koheren tiba di suatu titik, gelombang tersebut akan berinterferensi.
Setelah guru memberi informasi, siswa dapat menerangkan bahwa bila gelombang mengenai suatu celah atau melewati tepi penghalang, terjadi difraksi.


Pertemuan V:
Setelah melakukan percobaan Melde, siswa dapat menunjukkan bahwa gelombang stasioner terjadi sebagai akibat interferensi gelombang datang dan gelombang pantul.

Pertemuan VI:
Siswa dapat menyelesaikan soal-soal tentang getaran dan gelombang.

Materi Pelajaran

Pertemuan 1 :        - Konsep getaran
- Gaya-gaya yang bekerja pada gelombang pada getaran harmonik
Pertemuan 2 :        - Hukum kekekalan energi mekanik
- Superposisi dua getaran
Pertemuan 3 :        - Konsep gelombang
Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang
Energi gelombang
Pertemuan 4 :        - Pemantulan gelombang
Interferensi gelombang
Difraksi gelombang
Pertemuan 5 :        - Percobaan Melde
Pertemuan 6 :        - Tes

Kegiatan Pembelajaran

Pendekatan yang digunakan adalah keterampilan proses dengan menerapkan metode-metode eksperimen, diskusi, informasi, dan demonstrasi.
Langkah-langkah Kegiatan


No.
Pertemuan Ke
Materi
Kegiatan
Tugas-tugas
Kelompok
Perorangan
1






2




3








4





5

6
I






II




III








IV





V

VI
-   Konsep getaran
-   Gaya-gaya yang bekerja pada gelombang pada getaran harmonik


-   Hukum kekekalan energi mekanik
-   Superposisi dua getaran

-   Konsep gelombang
-   Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi gelombang
-   Energi gelombang
-   Pemantulan gelombang
-   Interferensi gelombang
-   Difraksi gelombang
-   Hukum Melde

-   Soal-soal getaran dan gelombang
-      Demonstrasi
-      Informasi
-      Percobaan
-      Bertanya pada siswa


-      Informasi
-      Demonstrasi



-  Demonstrasi
-      Bertanya pada siswa
-      Informasi





-      Informasi





-      Percobaan

-      Mengerjakan soal-soal



Mengerjakan LKS

















Membuat rangkuman informasi penting secara kelompok

Mengerjakan LKS
-    Membuat rangkuman informasi-informasi penting
-    Menjawab pertanyaan
-    Membuat rangkuman informasi-informasi penting
-    Membuat rangkuman informasi-informasi penting
-    Menjawab pertanyaan


-    Membuat rangkuman informasi-informasi penting



-    Mengerjakan soal tes

Alat dan Bahan serta Sumber Pelajaran

Alat dan Bahan
Materi Getaran:  - statif                                  - mistar
Bandul                           - pegas
Tali                                 - beban
Materi Gelombang:  - slinki
- tali
Sumber Pembelajaran: Buku Fisika SMU Kelas I Semester 2.

Penilaian

Prosedur:
Penilaian Proses Pembelajaran
Keaktifan tanya jawab
Membuat rangkuman
Daftar hadir
Penilaian Hasil Belajar
Tes di akhir pokok bahasan
Alat Penilaian:
No.
Nama
Penilaian
Daftar Hadir
Keaktifan Tanya Jawab
Percobaan
Merangkum Materi
Tes Akhir Pokok Bahasan










Mengetahui:                                                                Banjarmasin,   April 2005
Guru Pembimbing                                                       Guru Praktek


----------------                                                                --------------------------
NIP.                                                                            NIM.





























































0 komentar:

Post a Comment

 

Pengikut

Copyright © ZONA SKRIPSI All Rights Reserved • Design by Dzignine
best suvaudi suvinfiniti suv