HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI SISWA-SISWI SMA 2 PAYAKUMBUH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia (Ichsan, 1988). Sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif dan ekonomis (UU No.23 1992).
Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak
diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan
semakin baik pula (Yasrin, 1996). Manusia yang sehat dan memiliki tingkat
kesegaran yang baik akan mampu berprestasi dalam pekerjaan sehingga tingkat
produktivitas akan meningkat (Pradono, 1999).
Hasil penelitian survey kesegaran jasmani pada usia kerja yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan pada tahun
1993 yaitu 92,4% termasuk kategori kurang. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Pradono tahun 1998 pada usia 20-39 tahun warga Kebon Manggis, Jakarta
Timur diperoleh hasil pengukuran VO2max 50,2% termasuk kategori sangat kurang,
26,8% kurang, 15% cukup dan 7,7% baik.
Kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni,
faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah
sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap
misalnya genetik, umur, jenis kelemin. Sedangkan faktor eksternal diantaranya
aktivitas fisik, lingkungan dan kebiasaan merokok (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994; Abdullah, 1994).
Dr. Brotz telah menuliskan pada
tahun 1983 dalam journal of American Medical Association sebagai berikut:
tidak ada obat yang bisa digunakan sekarang atau masa depan yang memberikan dan
mempertahankan kesehatan yanglebih baik dari pada kebiasaan yang senantiasa
berolahraga. Banyak penelitian mengenai efek latihan olahraga pada usia muda. Dari
penelitian Allewison dan Andrews 1976, sepertiga hari sekolah dicurahkan pada
pendidikan jasmani. Hasilnya secara dramatis terlihat sebagai anak yang kuat,
badan yang sehat dan cenderung memiliki kemampuan akademik yang baik (
Sumardjono, 1987).
US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dan American
Collage of Sport Medicine melaporkan
bahwa sebanyak 250.000 jiwa melayang setiap tahun karena gaya hidup yang pasif.
Ketidak aktifan memberikan kontribusi kematian yang besar (34%) dan menelan
biaya $5,7 milyar pertahun (Sharkey).Kekurangan gerak atau kurangnya
keterlibatan secara aktif dalam berolahraga dapat menyebabkan derajat kesegaran
jasmani yang rendah. Kondisi biologik ini nampak pada keadaan nyata seperti:
Ø Orang lekas menderita kelelahan pada saat
melakukan tugas sehari-hari yang tergolong berbobot sedang
Ø Sistem otot dalam keadaan lemah yang
menyebabkan kekuatan, kecepatan dan daya tahan rendah
Ø Penampilan tampak loyo dan gairah hidup
kurang
Kekurangan gerak dan kurangnya latihan dengan intensitas yang memadai
dapat menimbulkan penyakit kurang gerak. Penyakit ini menampakkan dirinya dalam beberapa gejala seperti tubuh tambun atau
berkadar lemak tinggi, fungsi organ tubuh yang lemah dan hidup yang cenderung
tidak bergairah. Penderita cenderung mengidap penyakit berbahaya seperti
penyakit jantung, paru-paru, dan ginjal, tekanan darah tinggi dan gangguan
pencernaan (Lutan, 1991).
Aspek penting lainnya dari hidup aktif termasuk menghilangkan kebiasaan
negatif, seperti kecanduan rokok. Berdasarkan Public Health Promotion Office for Desease Prevention and Health
Promotion, rokok mengakibatkan 400.000 kematian setiap tahun termasuk 30%
kanker (85% kanker paru-paru) dan 25%
karena masalah kardiovaskuler (Sharkey,2003).
Menurut survey WHO pada tahun
1990, ternyata 75% pria Indonesia dan 15% wanita Indonesia adalah perokok
aktif. Indonesia Pneumobile Project (IPP)
melaporkan bahwa tahun 1989 di Jakarta dan Surabaya pada 4118 subyek yang
terdiri dari anak sekolah dan pekerja didapatkan populasi perokok pada pria
sebanyak 45,7% dan wanita sebanyak 1,8%
.
Daya tahan kardiorespirasi atau aerobic capacity merupakan
komponen terpenting dari kebugaran jasmani (Ichsan, 1997). Seseorang dengan
kapasitas aerobik yang baik, memiliki jantung yang efisien, paru-paru yang
efektif, peredaran darah yang baik pula, yang dapat mensuplai otot-otot
sehingga yang bersangkutan mampu bekerja secara kontiniu tanpa mengalami
kelelahan yang berlebihan (Sumaedjono, 1996).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada sub bab latar belakang masalah, dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Apakah jenis kelamin, kebiasaan berolahraga dan kebiasaan
merokok secara nyata memberikan pengaruh terhadap daya tahan kardiorespirasi
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh?
2.
Berapa besarkah tingkat pengaruh yang diberikan oleh
jenis kelamin, kebiasaan berolahraga dan kebiasaan merokok terhadap daya tahan
kardioresoirasi siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh?
3.
Faktor manakah diantara jenis kelamin,m kebiasaan
berolah raga dan kebiasaan merokok yang memiliki tingkat pengaruh paling yang terbesar terhadap daya tahan
kardiorespirasi siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui faktor mana yang paling
mempengaruhi daya tahan kardorespirasi
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh ditinjau dari segi jenis kelamin, kebiasaan
berolahraga, dan kebiasaan merokok.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk
mengetahui pola hubungan yang terjadi antara jenis kelamin, kebiasaan
berolahraga dan kebiasaan merokok terhadap daya tahan kardiorespirasi
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
2. Untuk
mengetahui besarnya nilai tingkat pengaruh yang diberikan oleh jenis kelamin,
kebiasaan berolahraga dan kebiasaan merokok terhadap daya tahan kardiorespirasi
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, khususnya bagi pihak SMA 2 Payakumbuh, sebagai berikut :
1.
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi dan dalam upaya meningkatkan status kesegaran jasmani
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
2.
Hasil ini dapat menambah wawasan ilmu khususnya
dibidang kesehatan olahraga.
3.
Sebagai referensi tambahan bagi peneliti lain yang
memfokuskan penelitiannya pada kasus yang sama atau kasus yang berhubungan
dengan tema skripsi ini.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas
sehari-hari dengan kesungguhan dan tnggung jawab, tanpa memiliki rasa lelah dan
penuh semangat untuk menikmati penggunaan waktu luang dan menghadapi
kemungkinan berbagai bahaya dimasa yang akan datang (Ichsan, 1988).
2.2. Komponen-Komponen
Kesegaran Jasmani
Komponen kesegaran jasmani terdiri dari dua kelompok yaitu : Health related fitness dan Skill related fitness (Nieman, 2004). Health
related fitness merupakan kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari :
1. Cardyo respiratory endurance
2. Body composition
3. Musculoskletal :
a. Flexibility
b. Muscular
strenghth
c. Muscular
endurance
Sedangkan Skill related fitness
merupakan kesegaran jasmani berhubungan dengan keterampilan terdiri dari :
1. Agality
2. Balance
3. Coordination
4. Speed
5. Power
6. Reaction time
2.3. Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja
dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga
dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Bina Upaya
Kesehatan Puskesmas, 1994).
Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari kesegaran
jasmani (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994; Len Kravitz, 1997).
Blain berpendapat daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan
kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan
sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama ( Pradono,
1999).
Daya tahan kardiorespirasi disebut juga aerobic capacity. Dalam
laboratorium pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan menghitung
ambilan maksimal O2 (VO2max) (Effendi, 1983).
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan
Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi
dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, aktivitas
fisik, komposisi lemak tubuh dan kebiasaan merokok.
1. Genetik
Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor
genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir.
Penelitian dari Kanada telah meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara
saudara kandung (dizygotic) dan kembar identik (monozygotic), dan
mendapati bahwa perbedaannya lebih besar pada saudara kandung dari pada kembar
identik.
Baru-baru ini, Manila dan Bouchard (1991) telah
memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab atas 25 –40% dari perbedaan
nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah
perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype,
dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab lainnya. Ini mendukung
pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan tinggi adalah dengan
memilih orang tua dengan teliti.
Kita mewarisi banyak faktor yang memberikan
konstribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory
dan kardiovaskuler, jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin
yang lebih banyak (Sharley, 2003).
Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan
otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari
serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki lebih banyak lebih tepat
untuk melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak
memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic.
Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi
tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf
(bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh
kurus dan tinggi) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas,
1994).
2.
Umur
Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran
jsmani. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada
masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20
sampai 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas,
1994). Daya tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan
untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Brian.Jsharkey,
2003).
Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai
usia 12 tahun,
selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot,
maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan
pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot
sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun.
Pengaruh
umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses
menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya
aktivitas dan timbulnya obes pada usia tua (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
3. Jenis Kelamin
Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda
karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas.
Daya tahan
kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh berbeda,
namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda memiliki
kebugaran aerobik antara 15-25%
lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka.
Tapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah
atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max.
Wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi
tubuhnya lebih banyak dibanding pria 15% dari komposisi tubuhnya (Ardle, 1981).
Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram hemoglobin
dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria dalam keadaan istirahat
terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap 100ml darah dan pada wanita
rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini menyebabkan wanita memiliki
kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada
wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria(Hairy,1989).
Pengambilan oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil
daripada pria 3,2L. Kapasitas vital paru
wanita juga lebih kecil dibanding pria.
4.
Kegiatan Fisik
Kegiatan
fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang
bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi
dapat mengurangi lemak tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Puskesmas, 1994).
Menurut Bucher (1983) ada sejumlah keuntungan penting bagi organ tubuh
vital akibat dari latihan yang teratur.
1. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum
otot jantung.
Bukti
yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan
dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari
aktivitas jasmani, terjadi pembesaran jantung.
2.
Pengaruh latihan terhadap isi sedenyut
Hasil
penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut
jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak
terlatih.
Atlet
terlatih dapat memompakan sebanyak 22liter darah sedangkan individu yang tidak
terlatih hanya 10,2liter darah saja.
3.
Pengaruh latihan terhadap denyut jantung
Hasil
tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih
mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang
tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali
lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya
berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang
tidak terlatih
4.
Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri
Banyak
eksperimen menunjukkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih
lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih.
5.
Pengaruh latihan terhadap pernafasan
a.
Dada bertambah luas. Hal ini terjadi semasa
pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa.
b.
Jumlah pernafasan permenit berkurang. Orang terlatih
bernafas 6 sampai 8 kali permenit, sedangkan pada orang yang tidak terlatih
sebanyak 18 sampai 20 kali permenit.
c.
Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang
yang tidak terlatihdiafragma bergerak sedikit sekali.
d.
Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang
terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen
lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa
peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang
berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan ekonomi dalam
pernafasan.
6.
Pengaruh latihan terhadap sistem otot.
Beberapa
keuntungan dari akibat latihan terhadap otot-otot diantaranya adalah :
a.
Sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat.
b.
Ukuran otot bertambah.
c.
Kekuatan otot meningkat.
d.
Daya tahan otot meningkat.
e.
Terjadi penambahan jumlah kapiler.
Hal ini
ini menyebabkan peredaran darah ke otot lebih baik ( Abdullah, 1994).
5. Kebiasan Merokok
Sudah lama diketahui efek jelek rokok terhadap paru-paru,
antara lain adalah penyakit paru obstruktif menahun yang dikenal dengan COPD
(Djamil, 1986).
Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO).
Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali lebih kuat dari pada oksigen, ini
berarti CO tersebut lebih cepat mengikat hemoglobin dari pada oksigen.
Hemoglobin dalam tubuh berfungsi sebagai alat pengangkutan oksigen untuk
diedarkan ke jaringan tubuh yang memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20
batang sehari di dalam hemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang
diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5% (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
Selain
itu dalam rokok mengandung NO dan NO2, merupakan substansia yang
dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang berlebihan yang menyebabkan
terbentuknya lipid peroksida yang lebih lanjut merusak dinding sel. Beberapa
sel tubuh telah terbukti mengalami proses degeneratif antara lain membran sel endotel,
pembuluh darah, epitel paru, lensa mata dan neuron (Yunwanti, 2002).
BAB
III
KERANGKA KONSEPTUAL
|
3.2. Hipotesa Penelitian
1. H0 = Tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi
SMA 2 Payakumbuh.
Hi = Ada hubungan antara jenis kelamin dengan
daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
2. H0 = Tidak
ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
Hi = Ada hubungan antara kebiasan berolahraga
dengan daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
3. H0 = Tidak
ada hubungan antara kebiasan merokok dengan daya tahan kardiorespirasi
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
Hi = Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
daya tahan kardio respirasi siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di bagian Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah, pada Oktober 2005.
4.2. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa penelitian analitik deskriptif
4.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi adalah
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh yang terdiri dari kelas 1 dan kelas 2
4.3.2. Sampel
Sampel diambil
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria
inklusi :
1.
Umur : 14-19 tahun
2.
Jenis kelamin : laki-laki dan wanita
Kriteria
eksklusif :
Skrining kesehatan tidak lewat
4.3.3. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat kepercayaan (dipakai 0,05)
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini adalah :
a.
Ketahanan kardiorespirasi
b.
Jenis kelamin
c.
Kebiasaan merokok
d.
Kebiasaan Olahraga
4.4.2. Defenisi operasional
a.
Ketahanan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem
jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan
istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang
aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh.
Berdasarkan
tes naik turun bangku Harvard, daya tahan kardiorespirasi dibagi berdasarkan
tiga kriteria :
Baik : >80
Sedang : 50-80
Kurang : <50
b.
Jenis Kelamin adalah keadaan responden yang
dibedakan berdasarkan penampilan fisik dan reproduksinya terdiri dari laki-laki
dan perempuan.
c.
Kebiasaan merokok
Menurut kriteria Doll tahun 1976.
a. Perokok : orang yang merokok sedikitnya satu batang
sehari selama sekurang-kurangnya satu tahun
b. Bekas perokok : orang yang telah merokok sedikitnya satu
batang sehari sekurang-kurangnya satu tahun, namun sekarang tidak merokok lagi.
c. Bukan perokok : orang yang tidak pernah
merokok sebanyak satu batang sehari selama satu tahun.
Menurut Alsagass, menyimpulkan bahwa:
a. Perokok ringan : merokok 1-10 batang/hari
b. Perokok sedang : merokok 20-30 batang/hari
c. Perokok berat : merokok 40-50
batang/hari
d.
Kebiasaan berolah raga
Olahraga adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu
dengan tujuan meningkatkan efisiensi tubuh yang hasil akhirnya adalah
meningkatkan kesegaran jasmani.
Kebiasaan olahraga yang dimaksudkan adalah olahraga yang dilakukan 3kali
dalam seminggu dan lamanya kurang lebih 30 menit.
4.5. Pengumpulan data
Data
diperoleh dengan menggunakan kuisioner dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan
dan tes kesegaran jasmani.
Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan maka orang percobaan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a.
Peserta dalam kondisi sehat berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter.
b.
Malam sebelum pengukuran kesegaran jasmani
dilakukan, peserta telah cukup tidur, minimal 7 jam.
c.
Sebelum pengukuran tidak melakukan kegiatan fisik
yang dapat menimbulkan kelelahan
d.
Makan terakhir dilakukan 2 jam sebelum pengukuran
kesegaran jasmani
e.
Tidak minum obat, satu hari sebelum pengukuran
f.
Sebaiknya menggunakan pakaian dan sepatu olahraga.
Apabila tidak ada gunakan pakaian yang ringkas dan leluasa untuk bergerak.
g.
Pelaksanaan pengukuran sebaiknya pada pagi hari,
bila keadaan memaksa dapat sore hari asal sinar matahari tidak terlalu panas,
dan peserta tidak dalam keadaan lelah.
h.
Tidak sedang hamil.
Tes yang dilakukan :
Tes daya tahan kardiovaskuler dengan tes naik turun bangku Harvard.
1.
Peralatan : Bangku tinggi 48 cm untuk pria, dan 43cm
untuk
wanita, stop watch, metronom, stateskop bila perlu.
2.
Petugas :
Dibutuhkan petugas yang mampu memberi
contoh dengan benar dan mampu menghitung denyut nadi.
3. Cara
kerja
a.
Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan
posisi tegak
b.
Peserta diharuskan naik turun bangku dengan irama
120x/menit yang diatur dengan metronom, selama 5 menit.
c.
Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah
diberi aba-aba mulai (stop watch dihidupkan), kemudian dinaikkan kaki kiri di
samping kaki kanan, lalu diturunkan kaki kanan diikuti kaki kiri. Demikian
seterusnya naik dan turun sesuai irama metronom.
d.
Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak,
dan seluruh telapak kaki menginjak di atas bangku.
e.
Bila belum mencapai waktu 5 menit peserta sudah
lelah, pengukuran dihentikan, (stop watch dihentikan) dan dicatat waktu.
f.
Segera setelah berhenti peserta duduk.
g.
Setelah satu menit istirahat, hitung nadi pada menit
pertama, kedua dan ketiga masing-masing selama 30 detik (1-1’30”, 2-2’30”, dan
3-3’30”)
4.
Hasil
Jumlah
hitungan nadi pada menit 1, 2 dan 3 setelah beristirahat.
5.
Penilaian
Rumus :
Kriteria
|
Skore
|
Nilai
|
Kurang
|
1
|
<50
|
Cukup
|
3
|
50-80
|
Baik
|
5
|
>80
|
4.6. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk pie diagram dan
tabel silang. Sedangkan analisis data dilakukan secara bertahap yaitu:
1. Analisis
univariat
Analisis ini dapat menggambarkan distribusi dari variabel-variabel yang
diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.
2. Analisis
bivariat
Analisis ini dapat melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square dengan
derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)
Rumus X2=
SURVEI
KEBIASAAN BEROLAHRAGA DAN KEBIASAAN MEROKOK SISWA-SISWA 2 PAYAKUMBUH
I.
Indentitas
1.
Nomor urut
2.
Nama
3.
Tanggal Lahir / umur
4.
Kelurahan
5.
Kecamatan
6.
Wilayah
II.
Riwayat Kebiasaan Berolahraga
1.
Melakukan olahraga dalam 3 bulan
terakhir
Ya Tidak
2.
Rata-rata melakukan olahraga dengan
teratur
1-2 kali per 3 bulan
1-2 kali per bulan
1-2 kali perminggu
3-5 kali perminggu
6-7 kali perminggu
Tidak melakukan olahraga
3.
Lama rata-rata melakukan olahraga
< 30 menit
³
30 menit
Tidak melakukan olahraga
4.
Intensitas olahraga yang dilakukan
Santai
Agak lelah
Cukup lelah
Lelah
Sangat lelah
Tidak melakukan olahraga
III. Riwayat
Kebiasaan Merokok
1. Merokok
Ya Tidak
2.
Jumlah batang rokok per hari
< 10
> 10
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di bagian Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah, pada Oktober 2005.
4.2. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa penelitian analitik deskriptif
4.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi adalah
siswa-siswi SMA 2 Payakumbuh yang terdiri dari kelas 1 dan kelas 2
4.3.2. Sampel
Sampel diambil
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria
inklusi :
3.
Umur : 14-19 tahun
4.
Jenis kelamin : laki-laki dan wanita
Kriteria
eksklusif :
Skrining kesehatan tidak lewat
4.3.3. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat kepercayaan (dipakai 0,05)
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini adalah :
e.
Ketahanan kardiorespirasi
f.
Jenis kelamin
g.
Kebiasaan merokok
h.
Kebiasaan Olahraga
4.4.2. Defenisi operasional
b.
Ketahanan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem
jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan
istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang
aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh.
Berdasarkan
tes naik turun bangku Harvard, daya tahan kardiorespirasi dibagi berdasarkan
tiga kriteria :
Baik : >80
Sedang : 50-80
Kurang : <50
e.
Jenis Kelamin adalah keadaan responden yang
dibedakan berdasarkan penampilan fisik dan reproduksinya terdiri dari laki-laki
dan perempuan.
f.
Kebiasaan merokok
Menurut kriteria Doll tahun 1976.
a. Perokok : orang yang merokok sedikitnya satu batang
sehari selama sekurang-kurangnya satu tahun
b. Bekas perokok : orang yang telah merokok sedikitnya satu
batang sehari sekurang-kurangnya satu tahun, namun sekarang tidak merokok lagi.
c. Bukan perokok : orang yang tidak pernah
merokok sebanyak satu batang sehari selama satu tahun.
Menurut Alsagass, menyimpulkan bahwa:
a. Perokok ringan : merokok 1-10 batang/hari
b. Perokok sedang : merokok 20-30 batang/hari
c. Perokok berat : merokok 40-50
batang/hari
g.
Kebiasaan berolah raga
Olahraga adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu
dengan tujuan meningkatkan efisiensi tubuh yang hasil akhirnya adalah
meningkatkan kesegaran jasmani.
Kebiasaan olahraga yang dimaksudkan adalah olahraga yang dilakukan 3kali
dalam seminggu dan lamanya kurang lebih 30 menit.
4.5. Pengumpulan data
Data
diperoleh dengan menggunakan kuisioner dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan
dan tes kesegaran jasmani.
Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan maka orang percobaan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
i.
Peserta dalam kondisi sehat berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter.
j.
Malam sebelum pengukuran kesegaran jasmani
dilakukan, peserta telah cukup tidur, minimal 7 jam.
k.
Sebelum pengukuran tidak melakukan kegiatan fisik
yang dapat menimbulkan kelelahan
l.
Makan terakhir dilakukan 2 jam sebelum pengukuran
kesegaran jasmani
m.
Tidak minum obat, satu hari sebelum pengukuran
n.
Sebaiknya menggunakan pakaian dan sepatu olahraga.
Apabila tidak ada gunakan pakaian yang ringkas dan leluasa untuk bergerak.
o.
Pelaksanaan pengukuran sebaiknya pada pagi hari,
bila keadaan memaksa dapat sore hari asal sinar matahari tidak terlalu panas,
dan peserta tidak dalam keadaan lelah.
p.
Tidak sedang hamil.
Tes yang dilakukan :
Tes daya tahan kardiovaskuler dengan tes naik turun bangku Harvard.
3.
Peralatan : Bangku tinggi 48 cm untuk pria, dan 43cm
untuk wanita, stop watch,
metronom, stateskop bila perlu.
4.
Petugas :
Dibutuhkan petugas yang mampu memberi
contoh dengan benar dan mampu menghitung denyut nadi.
3. Cara
kerja
h.
Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan
posisi tegak
i.
Peserta diharuskan naik turun bangku dengan irama
120x/menit yang diatur dengan metronom, selama 5 menit.
j.
Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah
diberi aba-aba mulai (stop watch dihidupkan), kemudian dinaikkan kaki kiri di
samping kaki kanan, lalu diturunkan kaki kanan diikuti kaki kiri. Demikian
seterusnya naik dan turun sesuai irama metronom.
k.
Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak,
dan seluruh telapak kaki menginjak di atas bangku.
l.
Bila belum mencapai waktu 5 menit peserta sudah
lelah, pengukuran dihentikan, (stop watch dihentikan) dan dicatat waktu.
m.
Segera setelah berhenti peserta duduk.
n.
Setelah satu menit istirahat, hitung nadi pada menit
pertama, kedua dan ketiga masing-masing selama 30 detik (1-1’30”, 2-2’30”, dan
3-3’30”)
4.
Hasil
Jumlah
hitungan nadi pada menit 1, 2 dan 3 setelah beristirahat.
5.
Penilaian
Rumus :
Kriteria
|
Skore
|
Nilai
|
Kurang
|
1
|
<50
|
Cukup
|
3
|
50-80
|
Baik
|
5
|
>80
|
4.6. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk pie diagram dan
tabel silang. Sedangkan analisis data dilakukan secara bertahap yaitu:
1. Analisis
univariat
Analisis ini dapat menggambarkan distribusi dari variabel-variabel yang
diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.
2. Analisis
bivariat
Analisis ini dapat melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square dengan
derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)
Rumus X2=
HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA TAHAN
KARDIORESPIRASI SISWA-SISWI SMA 2 PAYAKUMBUH
Oleh :
Nadia Cece Ananda
0010070100083
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
2007
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum .............................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................. 4
1.4.
Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kesegaran Jasmani ................................................. 6
2.2. Komponen-Komponen
Kesegaran Jasmani .............................. 6
2.3. Pengertian
Daya Tahan Kardiorespirasi ................................... 7
2.3.2
Konsumsi Oksigen Maksimal ...................................... 7
2.4. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi 8
3. Genetik ............................................................................... 8
4. Umur ................................................................................ 10
3. Jenis
Kelamin ................................................................... 11
5. Kegiatan Fisik .................................................................. 11
5. Kebiasaan
Merokok ......................................................... 14
6. Lemak
Tubuh ................................................................... 15
BAB III KEANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................ 16
3.2. Hipotesa
Penelitian ................................................................. 16
BAB IV................................................................................... METODOLOGI
PENELITIAN
4.1. Lokasi
Penelitian .................................................................... 18
4.2. Jenis Penelitian ......................................................................................... 18
4.3. Populasi,
Sampel, Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel 18
4.3.1. Populasi
.................................................................. 18
4.3.2. Sampel ............................................................................................... 18
4.3.3. Besar Sampel ............................................................................... 18
4.4. Variabel Penelitian ................................................................................ 20
4.4.1. Variabel penelitian ..................................................................... 20
4.4.2. Defenisi operasional .................................................................. 20
4.5. Pengumpulan data .................................................................................. 19
4.6. Pengolahan Data ..................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdullah, 1994. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta, hlm
53-64
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994. Pedoman
Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta, hlm2-51
Djamil Rusdan, 1989. Kebiasaan Merokok, Kapasitas Vitas dan Kapasitas
Pernafasan maximal, Majalah Kedokteran Universitas Andalas, hlm 14-15
Hasyim Efendi, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Tes
Kerja (Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Penerbit Alumni, hlm59-121
William Ganong, 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.17, Surabaya
: EGC, hlm665-667
Bud Getchell,
1979. Physical Fitness Away of Life.2nd ed.Indiana, pp 8-39
Athur Guyton, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed 9, Jakarta :
EGC, hlm1340-1351
Junusul Hairy, 1989. Fisiologi Olahraga Jilid I. Jakarta, hlm 50-213
Ichsan, 1988. Pendidikan Kesehatan dan Olahraga Jakarta, hlm 53-64
Lutan Rusli, 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung:ITB dan FPISK/IKIP B
andung, hlm.33-41
Len Kravitz, 1997. Panduan Lengkap dan Bugar Total.Jakarta : Raja
Grafindo Persada, him 5-9
Nieman David C, Kebugaran dan Kesehatan Anda alih bahasa Syahrastani,
M Kes, Universitas Negeri Padang 2004
William Ardle, 1981. Exercise Physiology Energy, Nutrition, and Human
Performance. Philadelpia, pp 369-389
Albert, 1994. Menuju Gaya Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, hlm1 26-129
Julianty Pradono, 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status
Kesegaran Jasmani Warga Kebon Manggis Jakarta Timur Umur 20-39 Tahun, 1998,
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 27, hlm 293-295
Brian Sharkey, 2003. Kebugaran dan Kesehatan.Ed1, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, hlm 75-93
Sumosardjuno, 1987. Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta :
Pustaka Karya Grafika Utama, hlm 9-20
Wahjoedi, 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani.Ed1, Jakarta :
Raja Grafindo Persada, hlm 58-59
Yaswir Yasrin, 1996. Gambaran Kebugaran Pada Lansia Dengan Uji
Treadmil, Majalah Kedokteran Andalas Vol20, hlm5-11
Yunwati Yuyun, 2002. Pengaruh Paparan Asap Rokok Kretek Dismutase
Hepar Tikus Mistar, Jurnal Kedokteran Yarsi Vol12, hlm85-92
0 komentar:
Post a Comment