PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
FLOORING PADA PT RIMBA KARYA RAYATAMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimantan Timur memiliki areal hutan yang ditumbuhi berbagai macam jenis
pohon dan memacu para pengusaha untuk mengolah sumber daya alam tersebut yang
memanfaatkan hasilnya untuk bahan industri pengolahan kayu jadi bagi
perusahaan-perusahaan industri kayu. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam industri pengolahan kayu tersebut, maka akan memberikan
kontribusi bagi pemerintah daerah setempat dalam hal penerimaan sektor pajak,
menghasilkan devisa bagi negara dan membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja
yang mengganggur.
PT Rimba Karya Rayatama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
kontraktor perkayuan dan industri pengolahan kayu bulat menjadi kayu olahan
berupa flooring berbagai jenis dan ukuran, dengan memiliki 1 (satu) buah sawmill
sebagai sarana penunjang kegiatan proses produksi perusahaan dalam menghasilkan
produk kayu olahan tersebut.
Flooring ini dibuat sebagai pelengkap bahan bangunan yang digunakan untuk
menambah lapisan pada bagian atas lantai, ada juga yang menggunakan flooring
ini sebagai hiasan ornamen lantai agar kelihatan rapi tergantung dari keinginan
konsumen.
Ditinjau dari segi karakteristik proses pengolahan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan industri kayu, dapat dikatakan sebagai produksi massa karena
berproduksi secara terus-menerus dan produksi ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen (ekspor) maupun kebutuhan perusahaan yang mengolah kayu
bulat (log) menjadi kayu olahan.
Dalam hal proses produksi dilakukan beberapa tahap yaitu tahap
pemotongan, tahap perakitan dan tahap penyelesaian akhir dimana tahap-tahap
tersebut akan dibebankan biaya pada masing-masing departemen produksi, sehingga
dapat diketahui jumlah biaya dan harga pokok produksi pada masing-masing
departemen tersebut.
Untuk itu perlu
adanya pengumpulan biaya produksi agar dapat diketahui dengan jelas dan tepat
tentang biaya produksi yang dikorbankan dalam menghasilkan kayu olahan,
sehingga dapat diketahui berapa besar perbedaan antara harga pokok produksi
kayu olahan menurut perusahaan dengan harga pokok produksi menurut perhitungan
akuntansi dengan menggunakan metode full costing.
Selama proses
produksi, biaya-biaya yang terjadi antara lain biaya bahan baku yaitu kayu
bulat (logs), biaya tenaga kerja yaitu berupa gaji karyawan baik karyawan bulanan
maupun kontrak yang terlibat langsung dalam proses produksi dan biaya overhead
pabrik yaitu biaya-biaya yang secara tidak langsung terlibat dalam proses
produksi seperti biaya spare parts alat kerja, biaya BBM/pelumas, biaya
penyusutan alat kerja, biaya gaji mandor produksi dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perhitungan
Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Metode Full Costing pada PT Rimba Karya
Rayatama di Samarinda”
B.
Perumusan Masalah
Seperti yang
telah diterangkan di atas, maka penulis akan merumuskan masalah tersebut
sebagai berikut :
“Apakah ada perbedaan yang lebih kecil mengenai perhitungan harga pokok
produksi per meter kubik (m3) flooring bengkirai antara perhitungan
menurut PT Rimba Karya Rayatama dengan metode full costing”.
C. Tujuan dan
Kegunaan
1.
Tujuan
a.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
perhitungan harga pokok produksi per meter kubik flooring antara perhitungan
menurut perusahaan dengan metode harga pokok produksi pendekatan full costing.
b.
Untuk mengetahui jumlah harga pokok produksi yang diserap
pada masing-masing departemen produksi.
2.
Kegunaan
a.
Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen PT Rimba Karya
Rayatama dalam pengambilan keputusan mengenai harga pokok produksi kayu olahan.
b.
Sebagai referensi dan koreksi bagi pihak-pihak yang
memerlukan sehubungan dengan judul sikripsi tersebut di atas.
D. Sistematika
Penulisan
Dalam penyusunan
skripsi ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, berisikan latar belakang,
perumusan masalah yang dihadapi dan tujuan kegunaan serta sistematika
penulisan.
BAB II : Dasar Teori, berisikan pengertian akuntansi
biaya, siklus akuntansi biaya, pengertian biaya dan harga pokok, penggolongan
biaya, metode pengumpulan biaya produksi, hipotesis dan definisi konsepsional.
BAB III : Metode Penelitian, berisikan definisi
operasional dan rincian data yang diperlukan, jangkauan penelitian, teknik
pengumpulan data, alat analisis dan pengujian hipotesis.
BAB IV : Hasil Penelitian, berisikan mengenai gambaran
umum perusahaan, struktur organisasi, proses produksi dan penyajian data.
BAB V : Analisis dan Pembahasan, berisikan mengenai
analisis terhadap data-data yang diperoleh selama penelitian dan pembahasan
mengenai hasil dari pada pengolahan data yang telah dianalisis.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran, berisian mengenai
kesimpulan dari hasil analisis perhitungan dan saran kepada pihak manajemen
dalam menetapkan harga pokok.
BAB II
DASAR TEORI
E. Akuntansi Biaya
1. Pengertian
Akuntansi Biaya
Perusahaan yang mengolah bahan baku untuk menghasilkan barang jadi
memerlukan prosedur serta pencatatan tentang proses produksi yang mengolah
bahan-bahan tersebut. Pemakaian bahan untuk proses produksi perhitungan biaya
produksi untuk menilai persediaan barang jadi ataupun barang setengah jadi dan
persediaan bahan yang sedang diproses tetapi belum selesai, kesemuanya ini
termasuk dalam bidang akuntansi biaya.
Akuntansi biaya biasanya hanya dianggap berlaku untuk operasi pabrikase,
namun dalam dunia ekonomi dewasa ini setiap jenis organisasi dari berbagai
ukuran dapat mengambil manfaat dari penggunaan konsep dan teknik akuntansi
biaya. Dalam hal ini penulis hanya menerapkan akuntansi biaya sesuai dengan
judul skripsi yang ditulis dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang terjadi
di lapangan.
Akuntansi biaya juga dapat diartikan sebagai kunci atau alat yang penting
guna membantu manajemen dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan
serta sebagai penilaian terhadap kegiatan perusahaan.
Menurut Mulyadi bahwa pengertian Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk
jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.1)
Matz ‑ Usry mendefinisikan akuntansi biaya sebagai berikut :
“Cost
accounting sometime call management accounting, should be considered the key
managerial partner, furnishing management with the necessary accounting tools
to plan and control activities.” 2)
Kemudian Abdul Halim mengemukakan definisi akuntansi biaya sebagai
berikut :
“Akuntansi biaya adalah
akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok (cost) dari suatu
produk yang diproduksi (atau dijual di pasar) baik untuk memenuhi pesanan dan
pemesan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan. yang akan dijual.” 3)
Selanjutnya dikemukakan pula definisi akuntansi biaya menurut R. A.
Supriyono dalam bukunya Akuntansi Biaya, bahwa :
Akuntansi biaya adalah salah
satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen untuk memonitor dan merekam
transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya.4)
Jadi akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu
produk dengan melakukan suatu proses pencatatan, penggolongan dan penyajian
transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya.
Akuntansi biaya dinyatakan oleh Fess and Warren dalam bukunya adalah :
“Cost accounting emphasizes the
determination and the control of costs. It is concerned primarily with the
costs of manufacturing processes and of manufactured products. In addition, one
of the most important duties of the cost accountant is to gather and explain
cost data, both actual and prospective. Management uses these data in
controlling current operations and in planning for the future. 5)
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa fungsi akuntansi biaya
adalah sebagai alat informasi bagi seorang pimpinan dalam rangka pengambilan
keputusan. Disamping itu, dikemukakan juga bahwa akuntansi biaya pada umumnya
identik dengan manajerial dan sebagai alat bagi seorang manajer dalam
merencanakan dan mengontrol serta mengevaluasi kegiatan perusahaan.
Menurut R. A. Supriyono, Akuntansi biaya bertujuan untuk :
1. Perencanaan dan pengendalian biaya.
2. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.
Adapun menurut Matz and Usry, Akuntansi Biaya mempunyai peranan sebagai
berikut :
1. Menyusun dan melaksanakan rencana dan
anggaran operasi perusahaan dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.
2. Menetapkan metode kalkulasi biaya dan
prosedur yang menjamin adanya pengendalian biaya dan jika memungkinkan,
pengurangan atau pembebanan biaya.
3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka
kalkulasi biaya dan penetapan harga, dan sewaktu-waktu memeriksa jumlah
persediaan dalam bentuk fisis.
4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk
periode akuntansi tahunan atau periode yang lebih singkat.
Akuntansi biaya memberikan klasifikasi dan pembagian biaya
yang tepat dalam mengontrol bahan baku, bahan penolong, upah tenaga kerja dan
biaya-biaya tak langsung menetapkan standar untuk mengukur efisiensi,
memberikan data dan menyusun anggaran serta untuk menetapkan harga pokok produk
atau jasa yang dihasilkan perusahaan secara teliti.
Adapun tujuan dari akuntansi biaya adalah untuk menyediakan
informasi biaya bagi manajemen guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan.
Penentuan harga pokok produk juga merupakan tujuan dari pada
perusahaan pabrikase hanya dapat dilakukan jika diadakan pemisahan antara biaya
produksi dan biaya non produksi
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka biaya-biaya yang terjadi
di dalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa, sehingga
jelas yang mana biaya langsung dan biaya tak langsung yang termasuk biaya
produksi dan apa saja yang merupakan biaya non produksi, dengan demikian
memungkinkan untuk menentukan harga pokok atau menetapkan biaya produksi secara
baik dan teliti. Akuntansi biaya bukanlah tujuan tetapi merupakan alat dari
manajemen untuk berbagai tujuan dan keperluan yang dibutuhkan manajemen
termasuk pengawasan dan penekanan biaya produk yang dihasilkan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya itu sendiri dapat membantu
manajemen dalam mengambil keputusan mengenai :
1.
Penentuan harga pokok persatuan produk atau jasa.
2.
Pengendalian biaya.
3.
Pengendalian data biaya bagi pengambilan keputusan khusus,
perumusan kebijaksanaan dan perencanaan jangka panjang.
2. Siklus Akuntansi
Biaya
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan
pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk
jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya
dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses
produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan
disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke
bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk
mengikuti proses pengolahan, sejak dimasukkannya bahan baku ke dalam proses
produksi sampai dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut.
Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1.
Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya.
Siklus Siklus
Pembuatan Produk Akuntansi Biaya
|
|||||||
|
|||||||
|
3. Pengertian Biaya
dan Penggolongan Biaya
Perusahaan dapat dipandang sebagai salah satu sistem yang memproses
masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencari laba
mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa
sumber ekonomi yang lain yang nilainya lebih tinggi dari pada nilai masukannya.
Untuk menjamin suatu kegiatan usaha menghasilkan kegiatan keluaran yang
lebih tinggi dari pada nilai masukan yang dikorbankan, akuntansi biaya mengukur
pengorbanan nilai masukan tersebut guna menghasilkan informasi bagi manajemen
yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah kegiatan usahanya
menghasilkan laba atau rugi.
Pengertian biaya pada hakekatnya merupakan pengorbanan yang diukur dengan
satuan uang yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan, yakni dalam hal memproduksi
barang dan jasa.
Dalam akuntansi biaya, biaya merupakan semua pengeluaran yang sudah
terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produk yang dihasilkan, sernua
biaya yang terjadi tersebut membentuk suatu harga pokok yang kalau dibagi dengan
jumlah produk yang dihasilkan atau produk yang dipesan menghasilkan harga pokok
per unit.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai
pengertian biaya itu sendiri.
Menurut R. A. Supriyono bahwa biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan
akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.8)
Sedangkan menurut Mulyadi bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin akan
terjadi untuk tujuan tertentu.9)
Kemudian Selamet Sugiri mendefinisikan biaya sebagai berikut:
“Cost (biaya)
adalah pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk menghasilkan sumber daya
ekonomi lainnya, sedangkan expense adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh
penghasilan (revenue).”10)
Selanjutnya pengertian biaya menurut Letricia G. Raiburn adalah “Biaya
(cost) adalah mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi.” 11)
Dari beberapa definisi di atas tersirat bahwa biaya merupakan semua
pengorbanan ekonomi yang dapat diukur dengan unit moneter baik yang telah
terjadi maupun yang akan terjadi tidak dapat dihindarkan dan digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan. Oleh karena itu merupakan persyaratan dasar
bahwa biaya harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan
penggunaannya.
Dalam menggolongkan dan mencatat biaya-biaya hendaknya harus
selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya
tersebut, untuk itu maka sebaiknya dipakai konsep “different cost and different
purposes”, karena tidak ada suatu konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai
macam tujuan.
Apabila
penggolongan biaya-biaya untuk tujuan penentuan harga pokok produk, maka
penggolongan biaya harus disesuaikan dengan proporsinya masing-masing yaitu
dengan menelusuri biaya-biaya yang ada berdasarkan pertimbangan dan sebab
pembebanan dari biaya tersebut.
Untuk menelusuri atau meneliti tentang biaya yang terjadi di
dalam kegiatan operasi perusahaan, diperlukan data biaya yang merupakan sumber
informasi, selain itu juga perlu adanya struktur organisasi dan prosedur atau
proses produksi yang jelas dalam pengolahan bahan baku sampai kepada bahan jadi
pasa suatu perusahaan atau pabrik.
Menurut Mulyadi, biaya digolongkan dalam 5 (lima) penggolongan biaya
yaitu :
1. Penggolongan biaya menurut obyek
pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini nama obyek pengeluaran
merupakan dasar penggolongan biaya.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok
dalam perusahaan.
Pada penggolongan biaya ini dikelompokkan menjadi tiga
yaitu :
a. Biaya Produksi
b. Biaya Pemasaran
c. Biaya Administrasi dan Umum
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya
dengan suatu yang dibiayai.
Pada penggolongan ini dibagi menjadi :
a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya
yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah suatu yang dibiayai.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah
biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya dibagi menjadi :
a. Biaya variabel
b. Biaya semi variabel
c. Biaya semi tetap
d. Biaya tetap
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu
manfaatnya.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) adalah biaya
yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun)
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi pengeluaran tersebut.12)
Oleh karena itu dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan
biaya berikut ini :
1. Penggolongan biaya berdasarkan obyek
pengeluaran.
2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi
pokok dalam perusahaan (functional cost classification).
3. Penggolongan biaya atas dasar hubungan
biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah
lakunya terhadap perubahan volume kegiatan.
1.
Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dibagi
menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja dan
Biaya overhead pabrik.
Penggolongan biaya atas
dasar obyek pengeluaran cocok digunakan dalam organisasi yang masih kecil.
Penggolongan biaya ini bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara
menyeluruh dan pada umumnya untuk kepentingan penyajian kepada pihak luar
perusahaan.
2.
Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok perusahaan
Biaya-biaya didalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi biaya
produksi, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan
proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dibagi menjadi
3 elemen (1) biaya bahan baku, (2) biaya tenaga kerja dan (3) biaya overhead
pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut biaya prime cost,
sedangkan biaya overhead pabrik disebut conversion cost.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang terjadi hubungannya
dengan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diidentifikasikan dengan aktivitas
produksi maupun pemasaran. Contohnya adalah gaji direksi, biaya-biaya bagian
akuntansi dan personalia, biaya telepon dan lain-lain.
Ada dua macam perlakuan terhadap biaya administrasi dan umum yaitu :
a.
Biaya administrasi dan umum dialokasikan kepada dua fungsi
pokok dalam perusahaan : fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Hal ini
dilakukan karena pada dasarnya biaya administrasi dan umum dikeluarkan untuk
dua fungsi pokok tersebut.
b.
Memisahkan biaya administrasi dan umum sebagai kelompok biaya
tersendiri dan tidak mengalokasikan ke dalam fungsi produksi maka biaya
produksi akan bertambah. Jika ada produk yang belum laku terjual pada akhir
periode maka ada sebagian biaya administrasi dan umum yang masih melekat pada
persediaan pokok tersebut. Pengendalian biaya administrasi dan umum dapat lebih
mudah dilakukan, jika biaya tersebut dikelompokkan dan disajikan secara
terpisah.
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
memenuhi pesanan dari pihak luar, begitu juga untuk menarik pihak luar dengan
mengadakan promosi, advertensi dan sebagainya. Biaya pemasaran dan biaya
administrasi disebut juga biaya komersial (commercial expenses).
3. Penggolongan biaya atas
dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atas obyek
pembiayaan. Apabila perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka
sesuatu yang dibiayai adalah berupa produk, sedangkan jika perusahaan
menghasilkan jasa , maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa penyerahan jasa
tersebut.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat digolongkan
menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya
yang terjadi, dimana ada sesuatu yang dibiayai. Jika tidak ada sesuatu yang
dibiayai maka biaya ini tidak akan terjadi. Biaya tak langsung adalah biaya
yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya langsung dan biaya tidak langsung harus dibebankan dalam
hubungannya dengan produk apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu
produk. Jika perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, maka semua jenis
biaya tersebut adalah biaya langsung, sehingga tidak perlu dibedakan antara
biaya langsung dan biaya tidak langsung. Contohnya perusahaan semen, perusahaan
gula.
Dalam hubungannya denga produk, biaya produksi dibagi menjadi 3 (tiga)
unsur yaitu : biaya bahan langsung (bahan baku), biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik (biaya produksi tak langsung).
Bahan baku adalah bahan yang diproses yang menjadi barang jadi yang
membentuk bagian menyeluruh dari pada produk jadi dan biaya bahan baku adalah
harga pokok bahan baku tersebut yang diolah dalam proses produksi.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat
diperhitungkan langsung dalam pembuatan produk tertentu. Biaya tenaga kerja
langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung
terhadap produk tertentu.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi, selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya-biaya produksi tak
langsung lainnya.
4.
Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap
perubahan volume kegiatan.
Untuk keperluan pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, biaya dapat
digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan, yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume atau aktivitas. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah
totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas tetapi
tingkat perimbangannya tidak proporsional atau sebanding.
5.
Penggolongan biaya atas dasar waktu
Perhitungan laba atau rugi suatu perusahaan dilakukan dengan berbagai
cara mempertemukan penghasilan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi
tertentu, dengan biaya-biaya yang terjadi di dalam periode yang sama. Atas
dasar waktu biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : (1) Pengeluaran
modal (capital expenditure), (2) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure).
Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dinikmati oleh lebih dari satu
periode akuntansi. Dimana pada saat terjadinya, pengeluaran tersebut dicatat
sebagai harga pokok aktiva dan pembebanannya pada periode akuntansi yang
menikmatinya.
Pengeluaran penghasilan adalah biaya-biaya yang hanya bermanfaat di dalam
periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi. Pada saat terjadinya
pengeluaran penghasilan tersebut dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan
dengan penghasilan yang diperoleh didalam periode akuntansi dimana biaya
tersebut terjadi.
4. Metode Penentuan
Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan
unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu
full costing dan variabel costing.
a.
Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode
penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan
perilakunya.”14)
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional
menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan
berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba
rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak
luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya
harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
b.
Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga
pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok
adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap
dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non
produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan
harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian
dari harga pokok.”15)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach
merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan
perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel
dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi,
administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put
yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang
dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak
internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
4.
Perbedaan Full Costing dan
Variabel Costing
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing
sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam
metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan
dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi
sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau
kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi
tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih
tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke
periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak
terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya
tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik
tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
a.
Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi
dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa
yang disebut sebagai biaya produksi
adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik
langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel
costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok
dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya
produksi.
b.
Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai
biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan
dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan,
dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel
costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus
tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas
kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi
maupun operasi.
c.
Menurut metode full costing, biaya overhead tetap
diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya
tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau
jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan
produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung
diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
d.
Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan
overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full
costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang
harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
e.
Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan
istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok
penjualan.
f.
Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi
(contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam
metode full costing dengan metode variable costing adalah :
a.
Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian
biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila
tidak semua produk pada periode yang sama.
b.
Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead
pabrik telah diperlakukan sebagai beban
pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun
berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
c.
Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih
rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing
hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
d.
Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya
tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan
biaya volume dan laba (CVP) dalam rangka
perencanaan dan pengendalian.
Dalam
praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk
kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.
F. Metode
Pengumpulan Biaya Produksi
Dalam menyusun harga pokok dari suatu perusahaan sangat erat hubungannya
dengan metode yang akan dipakai. Metode pengumpulan biaya produksi, dimana
metode pengumpulan harga pokok produksi tergantung dari sifat pengolahan produk
yang pada dasarnya sifat pengolahan produk tersebut dapat dibedakan kedalam 2
(dua) klasifikasi, yaitu :
1.
Pengolahan produk yang didasarkan atas pesanan
2.
Pengolahan produk yang merupakan produksi massa
Oleh karena itu, metode pengumpulan harga pokok produksi pada dasarnya
dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Metode harga pokok pesanan (Job order cost
method)
2.
Metode harga pokok proses (Process cost method)
Menurut Mulyadi dalam bukunya :
Metode harga pokok pesanan adalah cara
penentuan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
pesanan-pesanan tertentu dan harga pokok produksi untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud
metode harga pokok proses adalah produk dimana biaya produksi dikumpulkan untuk
setiap proses selama jangka waktu tertentu dan biaya produksi persatuan dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan diproses tersebut selama
jangka waktu yang bersangkutan. 16)
Adapun R. A. Supriyono mendefinisikan sebagai berikut :
Metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan
atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat
dipisahkan identitasnya. Sedangkan yang dimaksud dengan metode harga pokok
proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan
untuk setiap satuan waktu tertentu (misalnya bulan, triwulan, semester, tahun).17)
Berikut ini akan disajikan format perhitungan antara harga
pokok pesanan dan harga pokok proses sebagai berikut :
-
Harga pokok pesanan
Taksiran biaya produksi :
·
Taksiran
biaya bahan baku Rp
xxx
·
Taksiran
biaya tenaga kerja langsung Rp
xxx
·
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx
Total biaya produksi Rp
xxx
·
Laba yang diinginkan Rp
xxx
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp XXX
-
Harga pokok proses
Biaya produksi :
·
Biaya
bahan baku Rp
xxx
·
Biaya
tenaga kerja langsung Rp
xxx
·
Biaya overhead pabrik Rp
xxx
Jumlah biaya produksi Rp
XXX
Jumlah
biaya produksi
Harga pokok produksi per satuan = 18)
Unit ekuivalensi
Selanjutnya Abdul Halim mengemukakan karakteristik penggunaan
metode harga pokok proses, yaitu sebagai berikut :
1. Kegiatan produksi dilakukan dengan tujuan
mengisi persediaan atau disebut juga berproduksi massa, sehingga :
a.
produk
tidak tergantung pembeli dan bersifat homogen
b. sifat produksi adalah kontinyu (tidak
terputus-putus)
2. Biaya produksi dikumpulkan secara periodik
per departemen produksi atau pusat biaya.
3. Dikenal adanya istilah unit ekuivalen yaitu
unit yang disamakan dengan satuan produk jadi (selesai) untuk kepentingan
perhitungan barang dalam proses.
4. Setiap akhir periode dibuat laporan harga
pokok produksi yang dibuat per cost center.
5. Pada umumnya barang jadi departemen satu
menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai barang selesai.19)
Ciri khas proses produksi seperti tersebut di atas,
mengakibatkan pengumpulan biaya produksi pada perusahaan yang berproduksi
secara massal mempunyai ciri-ciri dimana biayanya dikumpulkan tiap periode
tertentu dan harga pokok persatuan produk dihitung pada tiap akhir periode yang
bersangkutan.
Jadi kalkulasi pada metode harga pokok proses ini digunakan
untuk mengumpulkan biaya dalam perusahaan yang menghasilkan produk homogen,
bentuk produk bersifat standar, tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh
pembeli, proses produksi dapat dilaksanakan kontinyu dan produksi ditujukan
untuk memenuhi dan mengisi persediaan.
Berbeda
dengan perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, dimana
pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan/
pembeli, produksi ditujukan untuk melayani pesanan dan sifat produksinya akan
terputus-putus. Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik
proses produksi perusahaan.
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang dan kerangka teoritis yang
ada, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Diduga
bahwa perhitungan harga pokok produksi flooring bengkirai PT Rimba Karya
Rayatama lebih kecil jika dihitung dengan menggunakan metode harga pokok
produksi pendekatan full costing”.
H. Definisi Konsepsional
Sesuai dengan judul skripsi yaitu penerapan metode harga pokok proses
perhitungan harga pokok produksi pada PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda maka
penulis akan memberikan batasan mengenai konsep tersebut.
Yang dimaksud penulisan
dalam skripsi ini adalah mengadakan perhitungan harga pokok produksi dengan
pendekatan metode full costing sehingga harga pokok dapat diketahui dengan
tepat. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam hal ini adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik baik yang bersifat tetap maupun
bersifat variabel.
Menurut LM Samryn full costing adalah :
“Full costing adalah metode
penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa meperhatikan
perilakunya.”20)
Menurut Amin Widjaja Tunggal bahwa harga pokok adalah :
Harga pokok suatu produk adalah jumlah
pengeluaran dan beban yang diperkenankan langsung atau tidak langsung untuk
menghasilkan barang atau jasa didalam kondisi dan tempat dimana barang tersebut
dapat digunakan atau dijual. 21)
Jadi harga pokok suatu produk adalah jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang ditambah biaya-biaya yang seharusnya
hingga barang tersebut sampai dipasar, sedangkan biaya produksi adalah
biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku
hingga menjadi produk jadi.
Objek dari penelitian ini adalah PT Rimba Karya Rayatama di
Samarinda yaitu perusahaan yang bergerak di bidang usaha pengolahan kayu bulat
(log) menjadi kayu olahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode harga pokok proses (process cost method) dengan pendekatan metode full
costing.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Definisi Operasional
PT Rimba Karya Rayatama adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri perkayuan meliputi bidang usaha pengolahan hasil hutan berupa
kayu jadi dalam bentuk flooring dengan berbagai jenis dan ukuran dengan tujuan
pemasaran dalam dan luar negeri.
Dalam hubungannya dengan proses pengolahan kayu bulat (log)
menjadi kayu olahan, penentuan harga pokok yang sesuai dengan metode harga
pokok proses adalah dengan menghitung jumlah biaya produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya tak langsung pabrik yang
dikeluarkan dalam rangka menghasilkan kayu olahan tersebut.
Biaya produksi yang terjadi terdiri dari beberapa komponen
biaya antara lain :
1. Biaya bahan baku
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku berupa kayu bulat
(log).
2. Biaya tenaga
kerja yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang
terlibat langsung dalam proses produksi pengolahan kayu bulat (log) menjadi
flooring yang diukur dalam satuan upah harian dan borongan tergantung
perjanjian.
3. Biaya overhead
pabrik yaitu biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja yang
secara tidak langsung dikeluarkan dalam menghasilkan kayu olahan berupa
pemakaian minyak solar, pelumas, gemuk, amplas, spare parts dan lain-lain.
B. Rincian Data Yang Diperlukan
Adapun data yang digunakan
dalam mendukung penulisan skripsi ini adalah :
1.
Gambaran umum PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.
2.
Struktur organisasi PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda.
3.
Jumlah produksi flooring bengkirai untuk bulan Desember 2002.
4.
Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan bulan Desember 2002.
5.
Harga pokok produksi kayu olahan menurut PT Rimba Karya
Rayatama di Samarinda tahun 2002.
C. Jangkauan Penelitian
Sehubungan dengan perincian
data yang diperlukan sesuai dengan judul skripsi ini, maka yang menjadi obyek
penelitian hanya terbatas pada suatu perhitungan harga pokok produksi flooring
per meter kubik (m3) menurut metode harga pokok proses dan
membandingkannya dengan perhitungan harga pokok yang ditentukan oleh PT Rimba
Karya Rayatama di Samarinda.
Penelitian ini dilaksanakan
pada PT Rimba Karya Rayatama di Jalan Pangeran Antasari No.45B RT. 57
Samarinda, terbatas pada bagian yang terkait seperti bagian administrasi dan
keuangan yang menerima data dari bagian produksi pengolahan kayu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.
Library Research, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan studi kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori pendukung yang
dijadikan acuan untuk analisis dan pembahasan dalam penulisan ini.
2.
Field Work Research, yaitu penulis mengadakan penelitian
secara langsung ke obyek yang diteliti yaitu PT Rimba Karya Rayatama di
Samarinda. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung untuk memperoleh
data-data dengan kepala bagian produksi maupun staf perusahaan yang ada
kaitannya dengan penelitian.
E. Alat Analisis
Yang Digunakan
Untuk
keperluan analisis dan pembahasan, penulis menggunakan alat analisis akuntansi
biaya dengan mengadakan penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok yang ada
dalam perusahaan dan menentukan harga pokok produksi dengan pendekatan full
costing, dengan rumus sebagai berikut :
Biaya Bahan baku Rp.
XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.
XXX
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp.
XXX
Biaya Overhead Pabrik
Variabel Rp. XXX
Harga Pokok Produksi Rp. XXX 22)
Untuk
lebih rinci mengenai pengembangan dari pada alat analisis tersebut diatas, maka
alat analisis tersebut sebagai berikut :
PT…………
Laporan Biaya Produksi
Periode
bulan …… 20XX
Data
Produksi : Satuan Satuan
Produk
dalam proses awal xx
Produk
masuk proses xx
Produk diterima dari Dept. sebelumnya xx
Produk selesai dan ditransfer ke Dept.
berikutnya xx
Produk dalam proses akhir xx
Produk hilang di awal proses xx
Produk
hilang di akhir proses xx
Pembebanan Biaya : Biaya
Total Biaya per unit
(Rp) (Rp)
-
Biaya
Bahan Baku xxxx xx
-
Biaya
Tenaga Kerja Langsung xxxx xx
-
Biaya Overhead Pabrik xxxx xx
xxxx xx
Pertanggungjawaban Biaya :
Jumlah biaya yang dipindahkan ke Dept.
berikutnya Rp XXX
Jumlah produk hilang diakhir proses Rp
XXX
Jumlah produk dalam proses akhir :
-
Biaya
Bahan Baku Rp
xx
-
Biaya
Tenaga Kerja Langsung Rp
xx
-
Biaya Overhead Pabrik Rp
xx
Jumlah produk dalam proses akhir Rp
XXX
Tabel x. Koreksi
atas Perbedaan Perhitungan menurut Perusahaan dengan Menurut Metode Full
Costing.
Keterangan
|
Menurut PT Rimba
Karya Rayatama
|
Koreksi + / (-)
|
Menurut Metode Full Costing
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN
F.
Gambaran Umum Perusahaan
PT Rimba Karya Rayatama mulai beroperasi sejak tanggal 15
Maret 1990 dengan SITU (Surat Ijin Tempat Usaha) tanggal 21 Pebruari 1990 serta
SIUP (Surat ijin Usaha Perdagangan) No. 106/17-01/PK/V/1990 tanggal 16 Mei
1990.
PT Rimba Karya Rayatama beralamatkan di Jalan Pangeran
Antasari No. 45B RT. 57 Samarinda dengan dibantu oleh 55 (lima puluh lima)
orang karyawan yang terdiri dari 30
(tiga puluh) orang bagian produksi, 7 (tujuh) orang bagian keuangan, 3 (tiga)
orang bagian personalia dan 15 (lima belas) orang bagian pemasaran.
PT Rimba Karya Rayatama adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri perkayuan meliputi bidang usaha pengolahan hasil hutan berupa
kayu jadi yaitu flooring berbagai jenis kayu dan ukuran sesuai standar pasar.
Flooring ini digunakan sebagai bahan bangunan yaitu dipasang pada bagian
lantai, sehingga akan menutupi lantai bagian dasar.
Hasil dari pada pengolahan produk tersebut dipasarkan
berdasarkan standar kualitas produk dan kebutuhan baik itu kebutuhan dalam
negeri maupun kebutuhan ekspor dengan kualitas no. 1 antara lain ke negara
Taiwan, Hongkong, Jepang dan Korea. Untuk kebutuhan dalam negeri hanya
dipasarkan flooring dengan standar no. 2 dan 3 dengan tujuan ke pulau Jawa
antara lain Jakarta dan Surabaya sedangkan untuk daerah kalimantan di
Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tenggarong dan Sangatta.
Untuk membedakan antara masing-masing standar kualitas produk
flooring jenis bengkirai dengan ukuran 2,5 x 100 x 7 cm terlihat pada tabel 1
di bawah ini :
Tabel 1. Spesifikasi hasil produksi
flooring sesuai dengan standar kualitas pasar
Spesifikasi
|
Kualitas
No.1
|
Kualitas
No.2
|
Kualitas
No.3
|
Hasil potong rapi
|
V
|
V
|
V
|
Dempul dan plamir
|
V
|
X
|
X
|
Sesuai ukuran
|
V
|
V
|
X
|
Terdapat cacat kayu
|
X
|
X
|
V
|
Urat kayu kelihatan
|
X
|
X
|
V
|
Sumber
: PT Rimba Karya Rayatama (Standarisasi Flooring, 1999)
G. Struktur Organisasi
Dalam menyusun struktur organisasi suatu
perusahaan hendaknya berdasarkan pada fungsi manajemen dengan mempertimbangkan
prinsip-prinsip pengendalian intern dan sinkronisasi dengan sistem administrasi
perusahaan. Kelancaran roda kegiatan perusahaan, tergantung pada skill
pengelolaannya yang ditujukan kepada bawahannya.
Demikian pula hendaknya PT Rimba Karya
Rayatama dimana pimpinan perusahaan menyadari arti pentingnya struktur
organisasi suatu perusahaan yang disesuaikan pada masing-masing bidang kegiatan
yang dilakukan. Pembagian ini diharapkan dapat mempermudah pimpinan perusahaan
dalam melaksanakan atau memberi tugas sehingga dengan mudah mengadakan
pengawasan terhadap bawahannya.
Struktur organisasi PT Rimba Karya Rayatama Samarinda
berdasarkan Keputusan Direktur nomor : 021/Kep-Dir/RKR-SMD/I/1992 adalah
sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur Organisasi
PT Rimba Karya Rayatama
STRUKTUR
ORGANISASI
|
||||||
|
||||||
Sumber
: PT Rimba Karya Rayatama Samarinda
Berikut ini akan dijelaskan
mengenai struktur organisasi sesuai dengan job diskription pada masing-masing
bagian, yaitu :
a.
Komisaris :
-
Mengangkat dan memberhentikan pimpinan sesuai dengan rapat
dewan komisaris.
-
Memberikan dana investasi kepada perusahaan dan membubarkan
perusahaan sesuai dengan kondisi perusahaan.
-
Memberikan pertimbangan dan kebijaksanaan khusus kepada
pimpinan bilamana diperlukan.
b.
Pimpinan
-
Mengangkat dan memberhentikan kepala-kepala bagian yang
dianggap tidak produktif.
-
Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelangsungan hidup
perusahaan.
-
Memberikan masukan dan kebijakan bilamana diperlukan para
kepala bagian.
c.
Kepala Bagian Produksi
-
Membuat rencana kerja dan melakukan proses produksi.
-
Memberikan pertimbangan dan saran yang berguna pada
masing-masing bagian dibawahnya.
-
Membuat perencanaan dan realisasi atas biaya produksi untuk
diajukan kepada Kepala Bagian Keuangan.
Kepala bagian produksi
membawahi beberapa bagian yang terlibat dalam proses produksi antara lain :
1.
Pengawas Produksi
-
Melakuan pengawasan terhadap jalannya proses produksi yang
harus sesuai dengan rencana kerja yang ada.
-
Melakukan pengawasan terhadap para karyawan yang terlibat
dalam proses produksi.
-
Membuat perhitungan jam kerja lembur karyawan bilamana
diperlukan.
-
Memberikan tindakan dan peringatan kepada karyawan yang
mangkir dalam menyelesaikan pekerjaan.
2.
Petugas Gudang
-
Menyediakan perlengkapan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan
karyawan dalam proses produksi.
-
Menyediakan BBM, pelumas dan spare parts bilamana diperlukan.
-
Membuat laporan harian pemakaian BBM, pelumas, spare parts
dan perlengkapan lainnya yang digunakan selama proses produksi.
-
Membuat laporan persediaan produk jadi yang ada di gudang.
3.
Mekanik
-
Bertanggung jawab terhadap kinerja mesin produksi dan membuat
laporan jam kerja mesin.
-
Bertanggung jawab terhadap kerusakan mesin dan melakukan
perbaikan terhadap mesin bila terjadi kerusakan.
-
Membuat laporan pemakaian spare parts dan melaporkannya pada
bagian gudang.
d.
Kepala Bagian Personalia
-
Mengangkat dan memberhentikan para karyawan.
-
Membuat laporan pengeluaran dan penambahan karyawan.
-
Memberikan training kepada para karyawan baru.
-
Membuat perhitungan gaji,upah dan lembur untuk setiap
karyawan.
e.
Kepala Bagian Keuangan
-
Membuat laporan posisi keuangan rutin setiap bulannya dan
dilaporan kepada Pimpinan.
-
Memberikan pertimbangan rencana anggaran biaya yang dibuat
oleh masing-masing kepala bagian.
Kepala bagian
keuangan membawahi beberapa bagian antara lain :
1.
Kasir
-
Melakukan semua pembayaran-pembayaran tunai kepada supplier.
-
Melakukan pembayaran-pembayaran kepada para karyawan (gaji,
premi, bonus, tunjangan dan lain-lain).
-
Melakukan pembayaran-pembayaran rutin perusahaan (pajak,
astek, listrik, air, telepon, dan lain-lain).
2.
Pembukuan
-
Melakukan pencatatan terhadap transaksi-transaksi keuangan.
-
Mencatat semua penerimaan dan pengeluaran baik kas maupun
bank.
f.
Kepala Bagian Pemasaran
-
Memonitoring fluktuasi harga di pasaran.
-
Melakukan usaha-usaha dan strategi pemasaran yang dapat
meningkatkan hasil penjualan.
-
Membuat laporan hasil penjualan secara berkala dan
melaporkannya kepada pimpinan.
-
Melakukan penagihan kepada para debitur yang belum membayar
tagihan hasil penjualan.
H. Proses Produksi
1. Tahap Proses
Produksi
Adapun proses produksi dalam
pembuatan flooring dengan menggunakan kayu bengkirai tersebut secara garis
besar melalui beberapa tahap, yaitu tahap pemotongan, tahap perakitan dan tahap
penyelesaian akhir. Untuk dapat menilai baik tidaknya kualitas hasil produksi
flooring tersebut sangat tergantung pada bahan baku yang dipilih dan proses
produksi yang sesuai dengan keinginan pasar.
a.
Tahap pemotongan
Pada tahap pemotongan ini
kayu bulat (logging) diseleksi berdasarkan kualitas dan besarnya kayu yang akan
dipotong berdasarkan ukuran yang disesuaikan berdasarkan standar pasar yaitu :
2,5 x 100 x 7 cm. Sebelum dipotong
kayu tersebut dipisahkan dari kulit kayunya, kemudian setelah kulit kayu
terlepas dari batangnya, kayu tersebut dibersihkan dan dipotong dengan menggunakan
mesin pemotong kayu yaitu Radial Arm Saw sesuai dengan ukuran yang disepakati
dengan pihak pembeli atau pemesan.
b.
Tahap perakitan
Setelah kayu dipotong sesuai
ukuran yang dikehendaki, maka dilakukan pembersihan pada bagian atas atau
permukaan kayu. Setelah bersih kayu tersebut dibelah dengan menggunakan mesin
pembelah kayu yaitu Titling Arbor Table Saw 14” yang berguna untuk mengukur
panjang, pendek dan tebalnya flooring. Kemudian setelah dilakukan pengukuran,
barulah kayu tersebut dihaluskan dengan cara mengetam dengan menggunakan mesin
ketam kayu yaitu Automatic 1-D Planner 20”. Setelah kayu-kayu tersebut
kelihatan bersih dari permukaan yang tidak rata atau setelah dihaluskan, maka
barulah kayu tersebut diproses menjadi flooring dengan motif diinginkan yaitu
menggunakan alat 4-Spindle 1-End Tenoner, pembuatan motif ini masih agak
kelihatan kasar. Setelah motif selesai, maka akan melangkah pada proses
selanjutnya yaitu tahap penyelesaian akhir.
c.
Tahap penyelesaian akhir
Pada tahap ini, kayu yang
sudah diberi motif akan diperhalus lagi dengan menggunakan mesin High Speed
Router yang berguna untuk memperhalus bagian-bagian kecil motif flooring.
Setelah terlihat halus, maka barulah flooring-flooring tersebut diperhalus
dengan menggunakan mesin pengamplas kayu, setelah dilakukan pengamplasan flooring
tersebut hampir mendekati tahap akhir yaitu diperhalus lagi dengan vernish agar
kelihatan licin dan digunakan untuk bahan bangunan sebagai pelapis lantai dan
lain-lain.
2.
Peralatan Yang Digunakan
Adapun peralatan yang
digunakan dalam menunjang proses produksi pembuatan flooring yaitu :
a.
Radial Arm Saw
Mesin ini juga dikenal
dengan nama mesin pemotong kayu yang digunakan untuk memotong kayu baik
berukuran pendek maupun panjang.
b.
4-Spindle 1-End Tenoner
Mesin ini dikenal sebagai
mesin pembuat pasak kayu, biasanya mesin ini digunakan untuk menyerut kayu yang
akan digunakan sebagai pasak pada saat merakit potongan kayu bengkirai menjadi
satu motif flooring.
c.
Titling Arbor Table Saw 14”
Mesin ini dikenal dengan
nama mesin pembelah, fungsi mesin ini adalah untuk membelah kayu ukuran panjang
atau pendek menjadi dua bagian.
d.
High Speed Router
Mesin ini digunakan untuk
membuat motif atau router pada sisi kayu (profile kecil), biasanya mesin ini
digunakan untuk membuat motif pada kayu kecil, bulat dan sebagainya.
e.
Automatic Planner Knife Grinder
Mesin ini digunakan untuk
mengasah mata pisau panjang yang biasanya digunakan untuk mengetam pada mesin
siku.
f.
Automatic 1-D Planner 20”
Mesin ini adalah mesin ketam
yang berguna untuk membentuk kayu sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.
g.
Sthill Chain Saw
Mesin ini adalah
mesin untuk memotong kayu yang berukuran besar dan panjang.
I.
Penyajian Data
Berikut ini akan disajikan data-data yang berhubungan dengan
penulisan skripsi guna membantu penulis dalam menganalisis pemecahan masalah
yang ada yaitu biaya produksi pembuatan flooring untuk periode bulan Desember
2002.
1. Hasil Produksi
selama bulan Desember 2002
Adapun hasil produksi pengolahan flooring bengkiran oleh PT
Rimba Karya Rayatama Samarinda selama bulan Desember 2002 berdasarkan hasil
produksi mingguan :
Tabel 2. Hasil produksi
flooring bengkirai periode bulan Desember 2002
No.
|
Produksi
|
Jumlah Produksi (m3)
|
1.
2.
3.
4.
|
Minggu ke 1
Minggu ke 2
Minggu ke 3
Minggu ke 4
|
90,50
85,00
84,50
90,00
|
Total
|
350,00
|
Sumber : PT Rimba Karya Rayatama (12/2002)
2. Bahan Baku
a) Bahan baku yang
diolah untuk dijadikan flooring selama bulan Desember 2002 sebanyak 375 m3
b) Produk yang
hilang di akhir proses yaitu tahap pemotongan
15,5 m3 , tahap perakitan 7,5 m3 dan tahap
penyelesaian akhir 2 m3.
c) Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku langsung yang terjadi selama bulan
Desember 2002 sebesar Rp 306.250.000,00
3.
Biaya Tenaga
Kerja
Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama bulan Desember 2002
untuk menyelesaikan 350 m3 flooring kayu bengkirai ukuran 2,5 x 100
x 7 cm sebesar Rp 76.125.000,00 dengan rincian :
-
Tahap pemotongan
(30 org x
350 m3 x Rp 1.500,00) Rp
15.750.000,00
-
Tahap perakitan
(30 org x
350 m3 x Rp 2.500,00) Rp 26.250.000,00
-
Tahap Penyelesaian akhir
(30 org x 350 m3 x Rp 3.250,00) Rp 34.125.000,00
Total ……………… Rp 76.125.000,00
4. Biaya Overhead Pabrik
-
Penyusutan Peralatan Pabrik, terdiri dari :
1)
Radial Arm Saw =
Rp 18.416,67
2)
4-Spindle 1-End Tenoner =
Rp 52.000,00
3)
Shtill Chainsaw =
Rp 35.208,33
4)
Titling Arbor Table Saw 14” =
Rp 33.962,50
5)
High Speed Router =
Rp 49.454,17
6)
Automatic Planner Knife Grinder = Rp
25.729,17
7)
Automatic 1-D Planner 20” = Rp
36.291,67
Jumlah Penyusutan Peralatan Pabrik Rp 251.062,51
-
Penyusutan Bangunan Pabrik
(Rp. 250.000.000,- x 0,05 /
12) Rp 1.041.666,67
-
Pemeliharaan Mesin Pabrik
(Rp. 5.000.000,00 per tahun) Rp 416.666,67
-
Pemakaian Bahan Bakar Minyak/Solar
(2000 ltr x Rp. 2.000,-) Rp 4.000.000,00
-
Pemakaian Pelumas (Olie SAE20,40W)
(200 ltr x Rp. 2.750,-) Rp 550.000,00
-
Bahan Penolong :
1) Amplas (3000 lembar x Rp 1.750,-) Rp 5.250.000,00
2) Spare Parts (mata gergaji, baut, dll) Rp 2.250.000,00
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 13.759.395,85
Alokasi Biaya per Tahap :
Tahap pemotongan : (40,0% x Rp 13.759.395,85) = Rp
5.503.758,35
Tahap perakitan : (37,5% x Rp 13.759.395,85) = Rp
5.159.773,44
Tahap penyelesaian akhir : (22,5% x Rp 13.759.395,85) = Rp
3.095.864,06
Dasar alokasi yang digunakan untuk biaya overhead pabrik
sesuai dengan banyaknya volume pekerjaan yaitu volume jam kerja karyawan selama
25 hari kerja atau 200 jam selama 1 bulan sesuai dengan perhitungan di bawah
ini :
a) Tahap pemotongan,
menyerap jam kerja sebanyak 80 jam selama 25 hari kerja {(80 jam x 100 %) / 200
jam} = 40,00 %.
b) Tahap perakitan,
menyerap jam kerja sebanyak 75 jam selama 25 hari kerja {(75 jam x 100 %) / 200
jam} = 37,50 %.
c) Tahap
penyelesaian akhir, menyerap jam kerja sebanyak 45 jam selama 25 hari kerja
{(45 jam x 100 %) / 200 jam} = 22,50 %.
Jadi total biaya keseluruhan untuk menghasilkan flooring
sebanyak 350 m3 yaitu :
1) Biaya bahan baku
: 350 m3 x Rp 875.000,- =
Rp 306.250.000,00
2) Biaya tenaga
kerja langsung =
Rp 76.125.000,00
3) Biaya overhead pabrik =
Rp 13.759.395,85
Total
……………… Rp 396.134.395,85
Dalam menentukan besarnya perhitungan harga pokok produksi
untuk menghasilkan 350 m3 flooring bengkirai ukuran 2,5 x 100 x 7 cm
menurut PT Rimba Karya Rayatama baik
secara total maupun per meter kubik akan terlihat pada tabel 3 perhitungan di
bawah ini :
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
J.
Analisis
Besarnya pembebanan biaya produksi flooring bengkirai yang
dihasilkan oleh PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda dapat diketahui
berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola perusahaan yaitu data
produksi dan biaya produksi.
Untuk mengetahui besarnya harga pokok per meter kubik
flooring bengkirai yang diproduksi PT Rimba Karya Rayatama digunakan dasar
perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan metode full costing.
Setelah diketahui antara harga pokok produksi yang ditentukan
oleh perusahaan dengan pendekatan full costing, maka akan terlihat perbedaan
dari kedua komponen utama yaitu harga pokok secara keseluruhan maupun harga
pokok per meter kubik flooring bengkirai tersebut.
1.
Menurut
PT Rimba Karya Rayatama
Perhitungan harga pokok produksi yang dihasilkan
dilakukan dengan menjumlah seluruh biaya yang terjadi selama periode tersebut
dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
Untuk perhitungan harga pokok produksi menurut PT Rimba
Karya Rayatama ini nampak pada tabel 3 halaman 46.
2.
Menurut
Metode Full Costing
Adapun tahap proses produksi yang dilakukan ada tiga
yaitu tahap pemotongan, tahap perakitan dan tahap penyelesaian akhir dengan
menggunakan laporan harga pokok proses pendekatan metode full costing.
Dari ketiga tahap proses produksi tersebut diperlukan
biaya produksi hingga selesai sebesar Rp 395.925.551,89 dengan harga pokok
produksi per meter kubik (m3) sebesar Rp 1.124.788,50
Berikut ini penulis kemukakan perhitungan dari
masing-masing departemen produksi yang bertujuan untuk mengetahui biaya dan
harga pokok produksi per meter kubik (m3) flooring bengkirai ukuran
2,5 x 100 x 7 cm.
a.
Tahap Pemotongan
Perhitungan pada tabel 4 merupakan harga pokok pada
tahap pemotongan dan merupakkan jumlah biaya yang dipindahkan ke tahap
perakitan, kemudian diperhitungkan tambahan untuk harga pokok per m3
di tahap pemotongan sebesar Rp 931.676,69 sebagai berikut :
-
Bahan baku :
Rp 328.125.000 / 375 m3 = Rp
875.000,00
-
Tenaga kerja langsung : Rp 15.750.000 / 375 m3 = Rp
42.000,00
-
Overhead pabrik : Rp 5.503.758,35 / 375 m3 = Rp
14.676,69
Pada tahap pemotongan ini terhadi produk hilang diakhir
proses sebesar 15,50 m3 dengan jumlah biaya sebesar Rp 14.440.988,68
sehingga menyerap biaya selama proses produksi berlangsung.
Tahap Perakitan
Pada tabel 5 dijelaskan perhitungan harga pokok per
meter kubik flooring bengkirai akibat adanya produk hilang diakhir proses
pengolahan yaitu sebanyak 7,50 m3 maka terlebih dahulu dihitung
jumlah produksi di tahap perakitan. Jumlah produk yang ditransfer (dipindahkan)
ke tahap penyelesaian akhir sebanyak 352 m3.
Perhitungan penyesuian harga pokok produk untuk tahap
perakitan adalah :
-
Harga pokok per m3 yang baru
adalah : Rp 349.378.785,35 / 359,50 m3 = Rp 971.846,41.
-
Harga pokok per m3 yang diterima
dari tahap pemotongan sebesar Rp
931.676,69.
-
Tambahan biaya produksi karena adanya produk
hilang diakhir proses : Rp 358.704.687,55 + Rp 7.642.855,56 = Rp.
366.347.543,11
Sehingga akibat dari adanya produk yang hilang di akhir
proses, maka harga pokok per meter kubik (m3) menggambarkan jumlah
yang salah, oleh sebab itu harus diadakan penyesuaian atau penambahan terhadap
biaya produksi flooring bengkirai sebesar Rp 7.642.855,56 sehingga harga pokok
per meter kubik (m3) tersebut untuk tahap perakitan berjumlah Rp
1.019.047,41.
Perhitungan tambahan untuk harga pokok per meter kubik
(m3) flooring bengkirai di tahap perakitan adalah :
-
Tenaga kerja langsung : Rp 15.750.000 / 375 m3 = Rp 73.018,08
-
Overhead pabrik : Rp 5.503.758,35 / 375 m3 = Rp 14.352,64
Tahap Penyelesaian
Akhir
Harga pokok pada tabel 6 merupakan harga pokok produk
selesai pada tahap perakitan dan ditransfer ke gudang untuk siap dipasarkan
sebanya 350 m3, dengan perhitungan tambahan biaya produksi adalah :
-
Harga pokok yang diterima dari dept.
perakitan :
Rp 334.937.469,67 / 359,5 m3 = Rp 931.676,69
-
Tenaga kerja langsung : Rp 26.250.000,00 / 359,5 m3 = Rp 73.018,08
-
Overheda pabrik : Rp 5.159.773,44 / 359,50 m3 = Rp 14.352,64
Dari perhitungan tersebut dengan menggunaan bahan baku
kayu bengkirai sebanyak 375 m3 per bulan telah menghasilkan 350 m3 flooring
bengkiran ukuran 2,5 x 100 x 7 cm. Dari perhitungan dengan menggunakan metode
harga pokok proses pendekatan full costing dapat diketahui harga pokok untuk
masing-masing tahap proses produksi flooring bengkirai per meter kubiknya.
Jadi harga pokok per meter kubik (m3)
flooring bengkirai adalah jumlah seluruh biaya untuk proses produksi dibagi
dengan satuan produksi pada periode bulan Desember 2002 adalah : Rp
395.925.551,89 / 352 m3 = Rp 1.124.788,50.
Maka berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat
dikemukakan bahwa harga pokok per meter kubik flooring bengkirai pada PT Rimba
Karya Rayatama Samarinda bulan Desember 2002 dengan pendekatan full costing
sebesar Rp 1.124.788,50.
Pembahasan
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yaitu
kayu bengkirai selama bulan Desember 2002 adalah sebanyak 375 m3 dan
mampu menghasilkan 350 m3 flooring bengkirai.
Pada tahap pemotongan harga pokok per meter kubik (m3)
untuk bahan baku adalah Rp 875.000,00 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp
42.000,00 dengan overhead pabrik sebesar Rp 14.676,69 sehingga pokok per meter
kubik (m3) pada tahap tersebut adalah Rp 931.676,69. Jumlah produk yang
akan ditransfer ke tahap perakitan adalah sebanyak 359,50 m3 dengan
jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 334.937.769,67.
Jumlah produk yang diterima dari tahap pemotongan adalah
sebesar 359,50 m3. Pada tahap ini terjadi produk hilang akhir proses
sebesar 7,50 m3 dengan biaya produksi sebesar Rp 7.642.855,56 untuk
itu perlu diadakan penyesuaian yaitu dengan cara menambah harga pokok yang ada.
Sehingga harga pokok yang sebenarnya pada tahap perakitan ini adalah
sebesar Rp 1.019.047,41. Kemudian
jumlah yang ditransfer (dipindahkan) ke tahap berikutnya adalah 352,00 m3
dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 358.704.687,55. Harga pokok
untuk tenaga kerja pada tahap ini adalah sebesar Rp 73.018,08 dan biaya
overhead pabrik sebesar Rp 14.352,64.
Proses produksi pada tahap penyelesaian akhir atau
produk jadi dimana jumlah produk yang diterima dari tahap sebelumnya yaitu
sebesar 352,00 m3 dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp
358.704.687,55. Harga pokok per meter kubik (m3) pada tahap
penyelesaian akhir ini untuk biaya tenaga kerja adalah Rp 96.946,02 dan biaya
overhead pabrik adalah sebesar Rp 8.795,07. Sehingga total harga pokok yang
sebenarnya dalam proses produksi
flooring bengkirai sebesar Rp
1.128.788,50 dengan jumlah biaya yang dibebankan sebesar Rp 395.925.551,89 serta memperhitungkan semua biaya yang
terjadi dalam proses produksi flooring bengkirai tersebut.
Gabungan laporan harga pokok produksi dari tahap
pemotongan, tahap perakitan, dan tahap penyelesaian akhir akan terlihat dalam
tabel 7 sebagai berikut :
Kemudian untuk mengetahui perbandingan antara perhitungan
menurut perusahaan dengan menurut metode full costing, maka dilakukan koreksi
terhadap laporan harga pokok produksi, baik dari jumlah biaya yang dibebankan
maupun harga pokok per meter kubik (m3) flooring bengkirai.
Berikut ini penulis berikan koreksi atas biaya produksi
yang dikeluarkan maupun harga pokok produksi per meter kubik (m3)
sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.
Tabel 8. Perbandingan perhitungan antara menurut PT
Rimba Karya Rayatama Samarinda dengan medote full costing.
Keterangan
|
Menurut
PT Rimba Karya Rayatama
|
Koreksi
+ / (-)
|
Menurut
Metode Full Costing
|
- Harga pokok produksi
- HPP/m3
|
Rp 396.134.395,85
Rp 1.131.812,56
|
Rp (2.458.421,24)
Rp (7.024,06)
|
Rp 393.675.974,61
Rp 1.124.788,50
|
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 8 tersebut diatas bahwa harga pokok
produksi menurut PT Rimba Karya Rayatama menunjukkan angka lebih besar Rp. 393.675.974,61 jika
dibandingkan dengan menurut metode full costing sebesar Rp. 395.925.551,89 ini
berarti bahwa ada selisih lebih besar menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar
Rp. 2.458.421,24 dan angka ini harus dikoreksi agar sesuai dengan metode full costing.
Kemudian untuk harga pokok produksi per meter kubik (m3) juga
menunjukkan angka lebih besar menurut PT Rimba Karya Rayatama sebesar Rp.
7.024,06 dan angka ini harus dikoreksi agar sesuai dengan metode full costing.
Adapun sebab-sebab dari perbedaan tersebut diatas dikarenakan
antara lain :
b.
Perbedaan umum
-
PT Rimba Karya Rayatama tidak membuat perhitungan secara
bertahap mengenai proses produksi, tetapi membuat perhitungan secara total dari
keseluruhan proses produksi yang terjadi, sehingga terjadi perbedaan
perhitungan dengan menggunakan metode full costing.
-
PT Rimba Karya Rayatama belum memanfaatkan produk yang hilang
diakhir proses (sisa bahan yang terbuang) untuk dijadikan produk olahan lain
seperti kayu bakar dan limbah pabrik sebagai hasil penjualan produk sampingan
yang dapat digunakan sebagai pengurang dari harga pokok maupun tambahan hasil
penjualan produk utama.
c.
Perbedaan khusus
Perbedaan tersebut terletak pada
produk hilang dalam proses akhir sebanyak 25 m3, menurut PT Rimba
Karya Rayatama diperhitungkan sebesar Rp 21.875.000,00 sedangkan menurut metode
full costing sebesar Rp 24.333.421,24 dengan rincian sebagai berikut :
1)
Tahap pemotongan =
Rp 14.440.988,68
2)
Tahap perakitan =
Rp 7.642.855,56
3)
Tahap penyelesaian akhir = Rp
2.249.577,00
Jumlah =
Rp 24.333.421,24
dari jumlah tersebut diatas, terjadi
selisih sebesar Rp 2.458.421,58
diperoleh dari hasil pengurangan antara harga pokok produksi menurut PT Rimba
Karya Rayatama sebesar Rp 396.134.395,85 dengan menurut metode full costing
sebesar Rp 393.675.974,61 dan selisih tersebut
nampak tertera pada tabel 8.
Dengan demikian bahwa sesuai dengan hipotesis yang
dikemukakan tersebut di atas terhadap laporan harga pokok produksi PT Rimba
Karya Rayatama dapat diterima.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang penulis kemukakan terhadap hasil
analisis dan pembahasan adalah :
1. Bahwa jumlah harga pokok
produksi menurut perhitungan PT Rimba
karya Rayatama Samarinda adalah sebesar Rp 396.134.395,85 sedangkan menurut
perlakuan metode full costing sebesar Rp 393.675.974,61 ini berarti terdapat
selisih yang harus dikoresi sebesar Rp (2.458.421,24).
2. Kemudian untuk harga pokok
per meter kubik (m3) flooring bengkirai menurut PT. Rimba Karya
Rayatama Samarinda sebesar Rp 1.131.812,56 sedangkan menurut metode full
costing sebesar Rp 1.124.788,50 ini berarti terdapat selisih harga pokok per
meter kubik (m3) sebesar Rp (7.024,06).
3. Adapun selisih tersebut
disebabkan oleh perbedaan perhitungan produk hilang diakhir proses menurut PT
Rimba Karya Rayatama sebesar Rp
21.875.000,00 sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp 24.333.421,24.
4. Bahwa sesuai dengan
hipotesis yang dikemukakan tersebut terhadap laporan harga pokok produksi PT
Rimba Karya Rayatama dapat diterima.
B. Saran
Adapun saran yang penulis kemukakan kepada pihak
manajemen PT Rimba Karya Rayatama
Samarinda adalah :
1.
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan,
hendaknya pihak manajemen lebih cenderung memilih perlakuan dengan menggunakan
metode full costing agar terlihat jelas seluruh biaya produksi yang dikeluarkan
untuk masing-masing tahap produksi.
2.
Untuk sisa bahan baku yang tidak dapat digunakan sebaiknya
pihak manajemen lebih memikirkan lagi bagaimana cara memperlakukan sisa bahan
baku yang terbuang, sehingga dapat menambah hasil penjualan dari produk yang
tidak dapat digunakan.
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
FLOORING PADA PT RIMBA KARYA RAYATAMA
DI SAMARINDA
Oleh :
E R N A W A T I
NIM. 97.14266.03130.01
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2003
HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT Rimba Karya Rayatama di
Samarinda.
Nama : ERNAWATI
NIM : 97.14266.03130.01
Jurusan : Akuntansi
Program Studi : Akuntansi (Strata I)
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing
II,
Drs. Lewi Malisan, M.Si. Drs. Marthen Anzar, Ak.
NIP. 131 570
802 NIP.
131 913 955
Mengetahui :
Ketua Jurusan Akuntansi,
Dra.
Hj. Anis Rachma Utary, Ak. M.Si.
NIP. 130 937 311
RINGKASAN
ERNAWATI,
Perhitungan harga pokok produksi pada PT Rimba Karya Rayatama di
Samarinda.
PT Rimba Karya Rayatama adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang industri perkayuan meliputi bidang usaha pengolahan
hasil hutan berupa kayu jadi yaitu flooring berbagai jenis kayu dan ukuran
sesuai standar pasar. Flooring ini digunakan sebagai bahan bangunan yaitu
dipasang pada bagian lantai, sehingga akan menutupi lantai bagian dasar.
Permasalahan yang timbul dalam penelitian
ini apakah ada perbedaan yang lebih besar dalam menetapkan perhitungan harga
pokok produksi per meter kubik (m3) flooring baik yang dilakukan
oleh PT Rimba Karya Rayatama maupun dengan menggunakan metode pendekatan full
costing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan perhitungan harga pokok produksi per meter kubik flooring
antara perhitungan menurut perusahaan dengan metode harga pokok produksi
pendekatan full costing dan untuk mengetahui jumlah harga pokok produksi yang
diserap pada masing-masing departemen produksi dengan dugaan sementara
(hipotesis) bahwa perhitungan harga pokok produksi flooring bengkirai PT Rimba
Karya Rayatama lebih kecil jika dihitung dengan menggunakan metode harga pokok
produksi pendekatan full costing.
Untuk keperluan analisis dan pembahasan,
penulis menggunakan alat analisis akuntansi biaya dengan mengadakan
penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok yang ada dalam perusahaan dan
menentukan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing, yaitu
pembebanan biaya produksi secara keseluruhan baik biaya tetap maupun biaya
variabel.
Kemudian untuk mengetahui perbandingan
antara perhitungan menurut perusahaan dengan menurut metode full costing, maka
dilakukan koreksi terhadap laporan harga pokok produksi, baik dari jumlah biaya
yang dibebankan maupun harga pokok per meter kubik (m3) flooring
bengkirai.
Bahwa jumlah harga pokok produksi menurut
perhitungan PT Rimba Karya Rayatama
Samarinda adalah sebesar Rp 396.134.395,85 sedangkan menurut perlakuan metode
full costing sebesar Rp 393.675.974,61 ini berarti terdapat selisih yang harus
dikoresi sebesar Rp (2.458.421,24). Kemudian untuk harga pokok per meter kubik
(m3) flooring bengkirai menurut PT. Rimba Karya Rayatama Samarinda
sebesar Rp 1.131.812,56 sedangkan menurut metode full costing sebesar Rp
1.124.788,50 ini berarti terdapat selisih harga pokok per meter kubik (m3)
sebesar Rp (7.024,06). Selisih perhitungan tersebut disebabkan oleh perbedaan
perhitungan produk hilang dalam proses akhir antara menurut PT Rimba Karya
Rayatama sebesar Rp 21.875.000,00 dan menurut metode full costing sebesar Rp
24.333.421,24.
Sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan
bahwa laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Rayatama dapat diterima.
RIWAYAT
HIDUP
ERNAWATI, lahir pada tanggal 11 Oktober 1979 di Tarakan,
Kalimantan Timur, merupakan anak dari pasangan Bapak H. Fadlan dan Ibu Hj.
Faridah.
Memulai
pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di Sekolah Dasar Muhammadiyah di Tarakan dan lulus tahun 1991.
Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri 4
Tarakan dan lulus pada tahun 1994. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Tarakan dan lulus pada tahun 1997.
Pendidikan
pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dimulai sejak tahun 1997 di Universitas
Mulawarman Samarinda tepatnya pada Faluktas Ekonomi dan mengambil jurusan
Akuntansi dengan prodram studi Strata 1 (S1) Akuntansi.
Pada tahun
2000, mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke XXVI di Nunukan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT, karena berkat dan ridho-Nya jualah sehingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Srata 1 (S1) Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik bantuan berupa tenaga, pikiran,
semangat, dan sebagainya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Prof. H. A. Waris, SE., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Mulawarman beserta seluruh Staf Akademik/ Tata Usaha dan Dosen
Pengajar yang telah memberikan kesempatan, bekal ilmu serta dorongan bagi
penulis dalam penuntut ilmu di kampus.
2.
Ibu Drs. Hj. Anis Rachma Utary, Ak, M.Si., selaku Ketua
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.
3.
Bapak Yunus Tete Konde, SE., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.
4.
Bapak Drs. Lewi Malisan, M. Si., selaku Dosen Pembimbing I
yang telah berusaha mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis sehingga
selesainya skripsi ini.
5.
Bapak Drs. Marthen Anzar, Ak., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah berusaha mengarahkan penulis dari persiapan sampai skripsi ini.
6.
Bapak Pimpinan beserta staf karyawan PT Rimba Karya Rayatama
di Samarinda yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan
data-data yang diperlukan guna menunjang penulisan ini.
7.
Khusus kepada Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga tercinta
yang banyak memberikan dukungan, bimbingan, pengorbanan serta kasih sayang dan
doa yang sangat berharga kepada penulis selama menuntut ilmu dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
8.
Semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga seluruh pihak yang telah
memberikan motivasi kepada penulis, mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah
SWT sesuai dengan bantuannya, Amiin.
Penulis telah berusaha dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dalam penyajikan skripsi ini,
serta menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya penulis siap menerima segala kritikan, saran dan masukan yang
sifatnya membangun.
Samarinda,
Juni 2003
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
RINGKASAN ...................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah ...................................................................... 3
C.
Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 3
D.
Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI
A.
Akuntansi Biaya ............................................................................. 5
1.
Pengertian Akutansi Biaya ...................................................... 5
2.
Siklus Akuntansi Biaya ............................................................ 9
3.
Pengertian Biaya dan
Penggolongan Biaya .......................... 10
4.
Metode Penentuan Harga
Pokok Produksi .......................... 19
5.
Perbedaan Full Costing dan
Variabel Costing ..................... 21
B.
Metode Pengumpulan Biaya
Produksi ...................................... 24
C.
Hipotesis ......................................................................................... 27
D.
Definisi Konsepsional ................................................................... 27
BAB III METODE
PENELITIAN
A.
Definisi Operasional ..................................................................... 29
B.
Rincian Data yang
Diperlukan .................................................... 30
C.
Jangkauan Penelitian ................................................................... 30
D.
Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31
E.
Alat Analisis Yang
Digunakan .................................................... 31
BAB IV HASIL
PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan ................................................... 33
B.
Struktur Organisasi ...................................................................... 34
C.
Proses Produksi ............................................................................ 39
D.
Penyajian Data .............................................................................. 42
BAB V ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
A.
Analisis .......................................................................................... 47
B.
Pembahasan .................................................................................. 54
BAB VI KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan ................................................................................... 60
B.
Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
TABEL
Tabel Tubuh
Utama Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Spesifikasi hasil produksi flooring sesuai dengan
standar kualitas pasar ………………………………………………….
Hasil produksi flooring bengkirai PT Rimba Karya
Lestari Samarinda periode bulan Desember 2004 …………………….
Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari
Samarinda bulan Desember 2004 ……………………………..
Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari
Samarinda bulan Desember 2004 (tahap pemotongan) ……….
Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari
Samarinda bulan Desember 2004 (tahap perakitan) …….…….
Laporan harga pokok produksi PT Rimba Karya Lestari
Samarinda bulan Desember 2004 (tahap penyelesaian akhir) ...
Laporan harga pokok produksi gabungan untuk
masing-masing tahap bulan Desember 2004 ……………………..……
Perbandingan perhitungan antara PT Rimba Karya
Lestari Samarinda dengan metode full costing ………………………..
|
34
43
47
49
51
53
56
57
|
DAFTAR
GAMBAR
Gambar Tubuh Utama Halaman
1.
2.
|
Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus
akuntansi biaya ………………………………………………..
Struktur organisasi PT Rimba Karya Lestari Samarinda
…..
|
10
35
|
1) Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi ke-5, BP-STIE YKPN, Yogyakarta, 1993,
halaman 6.
2) Adolph Matz and Milton F
.Usry, Cost Accounting Planning and
Control, Eight Edition, South Western Publishing.Co. Ohio, 1997, Page 9.
3) Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi
Keempat, Cetakan Ketiga, BPFE-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999, halaman
3.
4) R. A. Supriyono, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan
Penentuan Harga Pokok, Buku I, Edisi Ke-2, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1994,
halaman 12.
5) Phillip E. Fess and Carl s.
Warren. Accounting Principles.
Fifteenth Edition. South-Western Publishing Co. Cincinatti. West Chicago, IL.
Dallas. Livermore. CA. 1989, page 16.
6) R.A. Supriyono, Op. Cit., halaman 14.
7) Adolph Matz and Milton F.
Usry, Akuntansi Biaya, Perencanaan dan
Pengendalian, Jilid I, Cetakan kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1994, halaman 10-11.
8) R. A. Supriyono, Op. Cit., halaman 16.
9) Mulyadi, Op. Cit., halaman 8-9.
10) Selamet Sugiri, Akuntansi
Manajemen, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1999, halaman 15.
11) Letricia G. Raiburn,
Akuntansi Biaya : dengan menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya,
alih bahasa : Sugiarto, Edisi Keenam, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1993, halaman
4.
12) Mulyadi, Op. Cit.,
halaman 14 -17.
13) Ibid, halaman 14.
14) LM Samryn, Akuntansi
Manajerial Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, halaman 63.
15) Mas’ud Mahfoedz, Akuntansi
Manajemen, Buku Satu, Edisi IV, Cetakan Ketiga, BPFE -Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, 1993, halaman 230.
16) Mulyadi, Loc.Cit.
17) RA. Supriyono, Op.Cit.,
halaman 36-37.
18) Mulyadi, Op. Cit., halaman 77.
19) Abdul Halim, Op. Cit.,
halaman 147-149.
20) LM Samryn, Akuntansi Manajerial
Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001,
halaman 63.
21) Amin Widjaja Tunggal, Akuntansi
Untuk Usahawan, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, halaman 11.
22) Mulyadi, Op. Cit.,
halaman 19.
23) Mulyadi, Op. Cit., halaman
113.
3 komentar:
cakeeeppppp.......
makaciiih...?
bagus eh
Post a Comment